Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Buku: Jendela Tak Berkaca karya Meisya Zahida

Buku: Jendela Tak Berkaca karya Meisya Zahida

Ungkapan Penyair
Alhamdulillah, saya haturkan padaNya. Ini adalah anugerah terindah yang selalu membuat saya berkaca-kaca, setengah tidak percaya buku ini selesai sesuai rencana.
Karena aktifitas-aktifitas dalam kehidupan dunia yang cukup menyita sehingga lepas dari waktu yang ditargetkan. Dan tentu dukungan dari berbagai pihak menjadi andil besar dalam terwujudnya buku ini.
Saya mengucapkan banyak terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam pengerjaan buku ini dan yang paling spesial untuk kedua orang tua saya, kepada seseorang yang setia mendampingi saya serta keluarga yang tak lelah menyemangati dan menjadi sumber inspirasi.
Sahabat sekaligus guru yang dengan rela memberi ulasan dan pengantar buku ini: Syaf Anton Wr, Mbak Yuli Nugrahani, Cerpenis dan penyair Asal Lampung, Umirah Ramata, Fendi Kachonk sahabat sekaligus saudara yang telah banyak membimbing saya serta teman-teman kantor, Ari Arman, M. Wakid, dll.
Akhirnya, saya ingin menyampaikan ini pula sebagai catatan secara pribadi dalam perihal puisi: Saya merasakan, saya mengalami lalu saya menuliskan dan kini mewujudkannya sebagai buku. Semoga berguna dan selamat membaca.
Salam
Meisya
Penulis

Endorsement
"Membaca puisi-puisi Meisya yang banyak bicara seputar cinta, ibarat membaca pesan-pesan cinta yang dititipkan kepada angin yang terbang dan melewati kita dengan lembut. Dan sebab itulah, sebab kepada apa pesan itu ia titipkan, kita sebenarnya bisa menunda sejenak untuk bertanya, kemana arah cinta itu, dan berhenti sejenak untuk menyejukkan diri."
(Shiny.ane el'poesya. Penulis manuskrip puisi 50.000 Ma'(w)ar-- l, penulis buku sayembara Kotak Cinta)
Membaca buku "Jendela Tanpa Kaca" seperti mengeja kegelisahan tentang pencarian jati diri. Rindu, luka dan air mata jadi ritual kisah paling karib. Begitu sendu, bahkan mendayu mengharu biru karena seperti yang termaktub dalam 'Parade Sunyi': apa yang tidak pada waktu di ingatan, segala berlalu di arah ketiadaan. Sungguh untaian puisi dalam buku ini begitu mendebarkan; menggetarkan, ada kesan yang menggenang sebagai kenang.
(Arief Siddiq Razaan, Dosen sekaligus penulis Buku 99 Rahim Per(EMPU)an)
Tentang Penyair
Lahir di Sumenep, Jawa Timur, 29 Desember. Saat ini bekerja di kantor UPK PNPM kecamatan Pragan, kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Baginya menulis adalah cara paling indah untuk menuangkan isi hati, mengungkapkan perih juga emosi. “Jangan pernah ada kata berhenti, sebab berhenti adalah kekalahan sebelum kau meraih mimpi.” Begitu katanya.
Beberapa karyanya bisa dinikmati dalam beberapa buku, seperti Akar Rumput (Kampoeng Jerami), Get Married (RosieBook 2016), Keteduhan Jiwa (2015), Sajak Embara (Rose Book, 2016), Mata Cinta (Rose Book 2016), Akuarium Melankolia (Ruas 2015) dan sebagainya. Bisa disapa di akun facebook Meisya Zahida atau email meisyazahida414@gmail.com
Kata Pengantar:

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.