Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Puisi-Puisi Pilihan Azizi Sulung

Puisi-Puisi Pilihan Azizi Sulung


Waktu (II)

suaramu parau
terpantul dari balik telepon genggam
mengecup pilu
diamini batu-batu
pada belukar
kita belajar kedalaman sabar
dan pada langit
kita mengutuk kesetiaan
atas segala sakit dan pahit.

Rumah Belimbing, 2017

Riwayat Waktu

jangan minta aku menghitung datakmu
tersebab segala peristiwa yang terjadi adalah caci-maki
detik adalah hidup
menit adalah perjalanan
dan waktu adalah pengembaraan tanpa lalu

semenjak detak jam dinding
mengajariku bertabah
merampungkan segala rencana
menitipkan segala rindu pada kelana

sia-sia,
hingga pada detik terakhir
waktu tetap mengantar wajah gelisah dan
gundah yang merambah
waktu bagi kita tetap luka yang basah.

Rumah Belimbing, 2017

Lubtara

ke silam tubuhmu
aku mengembara mencari masa lalu
melewati jalan buntu dan berbatu
masihkah dapat kutemukan sejarah
setelah berulangkali terjarah

pada purba tubuhmu
kuasaku memahat namamu yang baru.

Rumah Belimbing, 2017

Rindu Pulang dan Menu Ibu

dari belarak pohon kelapa
tungku ibu menyala
menyisakan asap
melambung: mengejar mimpi dan harap

pada air yang mulai mendidih
ibu bubuhkan kuning jagung
dan setangkup maronggi
mencelupkan niat
mengasinkan tekad
pada tangannya tergenggam takdir
pucat matanya menyimpan getir

di atas wajan tanah dan cobek batu
ibu kerap meghaluskan kesal dan rindu
kesal yang mengajariku keteguhan
rindu yang mengajariku mengesakan pilihan

dari belarak pohon kelapa
tungku ibu kembali menyala
pada bundar telur ceplok
kerap ibu berkisah tentang pahitnya hidup
pada sembab kuah maronggi
ibu berulang kali bertutur:
keringat tidak menjamin hidup mujur
nasab bukan alasan untuk hidup takabur.

Rumah Belimbing, 2017

Jangan Kembali Menjelma Rindu

mengertilah,
kini aku bukan lagi setangkai mawar
yang leluasa mengamini sentuh setiap tangan

aku bukan lagi masam malam
setia mengeram detak waktu
dan membiarkan semua hati menitipkan rindu

kini aku bukan lagi tanah lapang
yang pintar merahasiakan mimpi
karena aku sudah sekian lama
dilahirkan takdir sebagai mawar yang berduri.

Rumah Beimbing, 2017


Azizi Sulung, lahir di Sumenep, 07 Juli 1994. Santri Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk Sumenep. Menulis Puisi, Cerpen dan Resensi. Karya-karyanya sudah pernah dimuat di media lokal maupun nasional seperti; Media Indonesia, Republika, Bali Post, Radar Surabaya, Radar Ciribon, Radar Madura, Kabar Madura, Majalah Simalaba, dsb. Karya-karyanya yang telah dibukukan: Accident: Malapetaka Terencana (2012), Simposium (2012), Solitude (2012), Perempuan dan Bunga-Bunga (2014), Luka-Luka Bangsa (2015), dan Rampai Luka (2016). Pernah tercatat sebagai Juara 2 Lomba Menulis Surat Untuk Jokowi Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Locita.co (2018). Juara 1 Lomba Cerpen Tingkat Kecamatan yang diselenggarakan oleh Ikatan Santri Bragung; IKSBAR (2011). Juara 3 Lomba Resensi se-Madura yang diselenggarakan oleh BEM Sekolah Tinggi Islam Negeri (STAIN) Pemekasan (2011). Nominator Lomba menulis Cerpen tingkat nasional yang diselenggarakan oleh LPM IAIN Purwokerto (2014). Kontributor Favorit naskah Puisi Penerbit Stepa Pustaka (2016). Kontributor Favorit Cerpen dalam event Pen Fighter Awards (2017). Juga tercatat sebagai pengagas Gubuk Sastra Kita (GSK) MA Tahfidh Annuqayah. Sekaligus pernah bergiat di Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Sumenep. E-mail: p_sulung52@yahoo.com No. Hp: 082331712147.



Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.