Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Buku: Indonesia adalah Kita - Antologi Puisi Penyair Penjaga Kebhinnekaan

Buku: Indonesia adalah Kita - Antologi Puisi Penyair Penjaga Kebhinnekaan

Buku Puisi: Indonesia adalah Kita - Antologi Puisi Penyair Penjaga Kebhinnekaan
Kurator: Ezra Tuname
Editor: Julia Daniel Kotan
Penerbit: TareSI Publisher & Leragere Pustaka Utama



Buku yang memuat puisi 25 penyair Indonesia dari lintas daerah, usia, dan profesia, yaitu: A Slamet Widodo, Ahmad Setyo, Bambang Widiatmoko, Buanergis Muryono, Dian Rusdi, Eddy Pramduane, Eka Budianta, Eko Kuntadhi, Ezra Tuname, Heru Marwata, Immaculata Is Susetyaningrum, J Edward Tampubolon, Jamal Rahman Iroth, Jose Rizal Manua, Julia Daniel Kotan, Kristina Sirait, Kurnia Effendi, Maya Azeezah, Muhammad De Putra, Panjikristo, Riri Satria, Setyo Widodo, Timur Sinar Suprabana, Waty Sumiati Halim, Wayan Jengki Sunarta.

Catatan Editor Kita adalah Indonesia

Menjadi warga negara yang mencintai bangsanya adalah hal yang didambakan oleh setiap pribadi . Maka untuk menunjukkan rasa cinta itu  dapatlah dilakukan dengan mengeksplorasi talenta dalam diri yang ada pada setiap orang. Demikian juga dengan terbitnya buku Kita Adalah Indonesia masing-masing kontributor mengupayakan dengan maksimal mungkin penuangan gagasan untuk menjadi puisi yang indah. Saya sebagai ketua penerbitan dan sekaligus menjadi editor merasakan gejolak yang menantang untuk menyuarakan hati ingin menyuarakan rasa cinta pada bangsa kita.  Moment yang begitu agung, menyonsong HUT ke-72 RI, kami sepakat membuat sesuatu yang dapat abadi dan berguna bagi bangsa kita. Disepakati menuliskan puisi yang bernapaskan kebangsaan dan merawat kebhinnekaan. Akhirnya diputuskan , supaya lebih luas cakupannya maka yang terpenting adalah bernuansa  Indonesia yang terkenal dengan kebhinnekaanya. Hingga lahirlah Antologi Puisi Penyair Penjaga Kebhinnekaan “ KITA Adalah Indonesia .
Proses bergulir , semua proses berjalan lancar dan kami sangat merasakan sensasi bekerja sama dalam pembuatan buku antologi ini. Saat kami merasakan dari para kontributor adalah penyair yang berbeda suku dan bahasa serta pekerjaan dan juga jam terbang dalam kepenulisan karya  puisi.  Tak ada sekat dan semua mufakat, kita tetap kompak. Mulai dari menghubungi para sastrawan dan juga yang bukan sastrawan. Saat selesai Kami meminta  banyak endorsement dari pejabat sampai anak didik dan mereka memberikan respon bahwa puisi ini menggelitik, mengundang berpikir dan mereka sangat apresiatif.
Sampai pada kisah Ibu Dewi Motik Pramono yang berkenan memberikan salah satu puisi dari buku  puisi beliau yang digunakan sebagai pengantar  kata sambutan beliau.  Ibu Dewi Motik sungguh menyuport dan mengapresiasi usaha ini sehingga beliau berkenan memberikan sambutan untuk antologi ini. Sangat menyentuh Ibu Dewi Motik mengingatkan pada kita bahwa bangsa kita akan maju dan baik-baik saja kalau Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD’45  serta Harga mati NKRI kita pertahankan , akan terciptalah keharmonisan dan tekat para penyair dalam antologi ini akan terealisasikan. Sesuai slogan kami sebagai  penyair penjaga kebhinnekaan. Sesuatu yang magis untuk diucapkan di tengah maraknya pengucapan slogan oleh masyarakat Indonesia yang diucapkan oleh Bapak Presiden Indonesia , Bapak Joko Widodo atau sering disebut Bapak Jokowi. AKU INDONESIA. AKU PANCASILA.
Terima kasih pada para kontributor yaitu  para penyair yang terdiri dari Eka Budianta , Timur  Sinar Suprabana, Jamal Rahman Iroth, Ahmad Setyo, Setyo Widodo, Maya Azeezah, Wayan Jengki Sunarta, Eddy Pramduane, A Slamet Widodo, Muhammad De Putra, Riri Satria, Jose Rizal Manua, Dian Rusdi, J.  Edward Tampubolon, Waty Sumiati Halim, Heru Marwata, Bambang Widiatmoko, Immaculata Is Susetyaningrum, Buanergis Muryono, Panjikristo, Kurnia Effendi, Eko Kuntadhi, Kristina Sirait, Julia Daniel Kotan, Ezra Tuname yang bertekad menjaga nurani merawat negeri. Semoga suara mereka dalam puisi akan menembus sanubari para pembacanya. Tentu saja membawa pengaruh positif untuk Indonesia.
Semua yang ada di dalam buku ini ditorehkan dengan niat baik . Maka berkat kemurahan Tuhan yang mengalir pada kami untuk kesempatan ini , Saya selaku ketua dan editor  menguucapkan terima kasih pada semua pihak yang tergabung dalam antologi ini. Pada Ezra Tuname selaku kurator yang sudah mengurasi dengan baik dan bagus. Pada Ibu Dr.Hj. Dewi Motik, M.Si.  yang berkenan memberikan sambutan dengan menggugah semnagat kami. Terima kasih pada Bapak  Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. Dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang menghantar pembaca untuk masuk pada  puisi dengan prolog yang sangat mengalir deras. Pada Bapak Alexander Aur  Apelaby, Dosen Filsatat Universitas Pelita Harapan dan Universitas Multimedia Nasional (UMN) yang menutup  buku ini dengan epilog yang tidak kalah kerennya. Terima kasih juga  pada para pemberi endorsement Prof Tengsoe, Bapak Abdul Hadi W.M. , Bapak Rida K Liansi, Ibu Nia Samsihono, Ken Laras, dan  Pak Ahmad Nurcholis, Om Sofyan RH. Zaid, serta teman-teman semua yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Semua diberikan dalam takaran sebagai orang yang juga sangat mencintai Indonesia dan membaca buku puisi ini  serta mengucap lantang juga “Kita Adalah Indonesia”.
Terakhir pada Taresi Publisher yang menerbitkan buku ini dan bersedia mendampingi Penerbit  Leragere  Pustaka Utama yang sedang belajar terbang dengan menginduk pada Taresi. Terima kasih Terima kasih pada Sofyan RH Zaid yang membantu semuanya sampai percetakan dengan bantuan Mas Indra yang menata letaknya isi dan cover buku ini. Pak Hotlan Tobing untuk Penerbit Leragere.  Terima kasih pada Mas Toto BS yang telah membuatkan sketsa yang dengan dengan singkat mengerti seperti apa yang akan dilukiskan. Terima kasih pada wajah –wajah sketsa yang ada di buku yang bersedia untuk dimuat gambarnya Dra. Ariany Isnamurti (PDS), Pak Yoseph Yapi Taum, Mas Wig S.M, Pak Isnain (PDS), Mas Rusdiansyah (sutradara), Jose Rizal Manua.
Sebuah karya apabila sudah dipersiapkan maksimal pun akan ada  didapati banyak kekurangan maka dalam kesempatan ini ketua mewakili semua yang terhimpun  dalam buku ini memohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami terbuka untuk  kritik dan saran sangat diharapkan dan akan menjadi lebih baik pada karya berikutnya. Sekali lagi terima kasih pada pribadi-pribadi tangguh yang membuat syair-syair dalam buku ini menjadi  utuh dan juga semua  yang membantu dalam hal spiritual dan material yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu di sini. Kita akan berjumpa pada karya berikutnya dan kita akan saling membantu bergandengan tangan serta bersama merawat kebhinnekaan bangsa kita bangsa Indonesia karena KITA ADALAH INDONESIA.
MERDEKA!!!

Jakarta , 07 Agustus 2017

Salam dan doa baik,
Julia Daniel Kotan

Endorsemen

Keindonesiaan kita akhir-akhir ini tergerus oleh aneka kepentingan politik dan SARA yang sungguh memilukan. Diakui atau tidak, itu terjadi di depan mata. Lalu apa yang harus dilakukan? Mari pupuk kebersamaan dan keindonesiaan kita lewat beragam cara. Salah satunya lewat literasi. Negeri ini sedang sakit yang akut, yang selalu kambuh dalam aneka situasi. Buku ini ditulis oleh 25 penyair dengan tema dasarnya: kita adalah Indonesia, Indonesia adalah kita. Tema ini sangat-sangat serius demi merangkai-indahkan kembali kebersamaan kita sebagai bangsa yang majemuk. Melodi dan syair-syairnya dengan tema beragam: Pancasila, bhinneka, korupsi, wakil rakyat, nusantara, nelayan dan laut, agama dan toleransi, dll. Tetapi nada dasarnya tetap sama, do= C: cinta tanah air. Profisiat untuk buku ini. Semoga terus bermunculan buku-buku semacam ini menumbuhkan nasionalisme dan patriotisme kita bersama, demi Indonesia yang jaya abadi seperti cita-cita para pendiri bangsa. (Alfred B. Jogo Ena, Editor, Penulis Bung Karno, Gereja Katolik, SVD, dan Pancasila tinggal di Sleman,Yogyakarta)

Refleksi luhur yang agung. Bumi pertiwi yang membesarkan jiwa raga, berpuisilah agar terdengar cintamu, kesetiaanmu. Darah dan jantungmu adalah suara-suara indah yang berani dan pahatlah di tiang Nusantara. Agar tidak dilupakan. Rahayu "KITA ADALAH INDONESIA". Nadi cinta yang abadi. (Dr. Ken Laras, Dosen,  Penulis dan Peneliti, tinggal di Papua)

BACA dan RESAPI kumpulan puisi ini meningkatkan rasa CINTA Tanah Air dan mengingatkan NILAI LUHUR Kebangsaan seperti: integritas, toleransi, gotong raya. SANGAT DIREKOMENDASIKAN! Salam Juara. (Putera Lengkong, MBA, Coach Olimpian Emas Indonesia 2016, http://PuteraLengkong.ne, tinggal di DKI Jakarta)

Kita adalah Indonesia merupakan sebuah karya yang tidak sekedar bisa Anda baca, tetapi akan membuat Anda sangat menikmati perjalanan batin sebagai orang Indonesia. Semakin membuat kita mantap  dalam memahami  budaya serta merasakan Indahnya Kebhinnekaan Indonesia. (Tommy Wong, Ketua Umum Billionaire Mindset Indonesia , tinggal di DKI Jakarta )

Buku ini membuktikan bahwa puisi selamanya tetap layak dituliskan  karena penyair bertanggung jawab pada kelangsungan kemanusiaan sampai akhir hayatnya. Lagi pula, dengan berpuisi, penyair tak sekadar hanya ingin menjadi penyair semata tetapi juga mungkin, karena melalui puisi  ia merasa ikut berpolitik, berbakti bagi nusa bangsa serta beribadah. Rasanya saya sedang membaca (manusia) Indonesia yang tampak selalu gelisah melalui buku ini. (Kurniawan Junaedhie, Pemulia Sastra, tinggal di Gading Serpong,Sumarecon Serpong)

Para penyair hakikatnya adalah para pengembara yang berjalan jauh untuk menemukan sesuatu yang menjadi kerinduannya. Seperti kumpulan puisi ini, Kita Adalah Indonesia. Para penyairnya telah pergi mengembara mencari Indonesia. Seperti Kurnia Effendi yang mencari Indonesia sampai ke Leiden ke helai kertas lusuh dan ceceran cat dan tinta Raden Saleh. Yang mencari ke hutan-hutan bakau, ke dalam kabut. Kumpulan puisi ini adalah kumpulan kegelisahan para penyair yang mencari dirinya bernama Indonesia. Termasuk Indonesia yang compang-camping. Kumpulan yang menarik meski getir. Shabas! (Rida K Liansi, Penyair, tinggal di Riau)

Buku ini menghimpun aneka ekspresi dan suara anak negeri tentang situasi masa kini Indonesia. Ada yang menyuarakan cintanya kepada ibu Pertiwi. Ada yang mengekpresikan keresahan dan ada pula yang berisi pengharapan. Selamat menikmati suara lain yang berlainan. (Abdul Hadi WM, Penyair Indonesia, tinggal di Gunung Putri, Bogor)

Sejak awal, puisi menjadi instrumen penting perjuangan bangsa-bangsa di dunia.  Puisi sanggup mengalirkan semangat untuk bertahan atau melawan demi keadilan. Puisi mampu meniupkan inspirasi demi perubahan. Di Indonesia -melalui Yamin, Amir, Chairil, dan lainnya- puisi menjadi ruh perjuangan dalam pembentukan NKRI. Oleh sebab itu, saya kira buku ini merupakan bentuk terima kasih yang tinggi kepada puisi, dan upaya kreatif menjaga keutuhan NKRI yang terancam melalui puisi. Hormat saya kepada para penyair yang puisinya dimuat dalam buku ini. (Sofyan RH. Zaid, Penyair, dan Editor. Tinggal di Bekasi)

Memasuki buku ini seperti mengumpulkan puzzle-puzzle ihwal kehidupan bernegara. Para penyair menyuguhkan dari pelbagai sisi, yang terkadang mustahil untuk dimasuki. Saya merasa beruntung membaca puisi-puisi ini degan sejumlah riwayat, peristiwa dan tentunya jejak rekam kepenulisan para penyair yang panjang-seakan memberikan tafsir lain, juga sebuah energi untuk terus jatuh cinta berulang kali pada Indonesia. (Alex R Nainggolan, Penikmat Puisi, tinggal di Tangerang)

Buku “Kita adalah Indonesia” merupakan “muara rasa nasionalisme” dari dua puluh lima penyair. Para penyair telah memandang Indonesia sebagai “Area Miniatur” dengan segala warnanya, mula dari warna alam, budaya, religius hingga politik. Rasa kagum dan terpesona, menggugah para penyair untuk mengartikulasikan semua realitas ini, dengan rangkaian kata yang indah. Semoga buku ini, menjadi inspirasi bagi para pembaca untuk membangkitkan nasionalisme dan patriotismenya bagi negeri ini. (Fritz Meko, SVD, tinggal di Surabaya)

Saat kita terlahir, kita adalah orang yang tidak menggunakan apa pun, kita tumbuh dan hidup bersama satu sama lain tanpa membedakan dan mengotak-kotakan apakah itu kelompok hitam, putih, ataupun kuning.Namun, sayang jiwa kita dicelikkan dengan ajaran dewasa, bahwa si hitam atau si kuning atau si putih adalah yang baik. Bahkan si dewasa, mengajarkan dan menanamkan pada kita bahwa di luar kotanya adalah tak tahu akan sang pencipta. Sang dewasa, hentikanlah semua ini, karena kita juga punya hak untuk tumbuh bersama, karena keragaman itu indah bagai pelangi. Sadarkah bahwa kalian dulu ada tanpa terkotak-kotak dan selalu bersama. (Sugeng M Poerba, Penikmat Puisi, Kepala Bagian Administrasi Peninjauan Kembali Dokumentasi pada Sekretariat Pengadilan Pajak, tinggal di DKI Jakarta)

Dengan sangat terpaksa saya harus mengatakan bahwa  puisi-puisi dalam antologi ini ditulis oleh orang-orang 'gila' yang membawa kita melihat negeri ini dalam 'ketelanjangan'. Buku ini menampar para pecundang negeri ini. Ia merekam cerdas  kebatinan anak negeri. Indonesia terkoyak, Indonesia menangis..! Kalian terpanggil mengumpulkan energi dalam kebhinekaan! Kita sangat yakin, Indonesia Hebat! Kita adalah Indonesia! (Sastro Klengsreh Kali Code, tinggal di Yogyakarta).

Dalam keindahan itu hadir tema bermacam-macam. Namun, semua seperti terbingkai oleh satu semangat, yaitu semangat kebangsaan. Tak pelak, keberagaman yang terbingkai itu  mestilah dirawat dengan semangat saling  menghormati dan memiliki. Ide dan semangat itu kadang hadir dalam diksi yang lugas, kadang dalam metafor yang segar. Apa pun wujudnya dan bagaimanapun caranya, penyair melalui sajak-sajaknya telah menyuarakan pentingnya semangat kebangsaan dalam keberagaman itu diabadikan. (Sunu Wasono, Dosen, Penyair,  Pemerhati Cerita Lelembut dan Penggila Akik tinggal di  Cibinong)

Indonesia memang majemuk dan semajemuk itu juga persoalan yang ada. Bagi yang peduli, maka buku yang sarat makna ini akan bersama menyuarakan kepedulian kita adalah Indonesia. Semoga Indonesia semakin baik lagi. (William Wiguna, MPd, Ketua Umum ASPIRASI-Asosiasi Penulis dan Inspirator Seluruh Indonesia,tinggal di DKI  Jakarta)

Menjadikan Indonesia negara berdaulat, tentram dan makmur adalah barisan harapan pada kedalaman makna puisi-puisi di dalam buku ini. Sebagian seperti jarum dan benang hendak merajut kembali merah putih yang koyak dihantam badai perpecahan. Karena tanah mengajarkan, meski perbedaan di tanahku, tumbuh berbaur menyatu, darah-merah putih-tulang negeriku. Karenamu, Tanah Airku, Karenamu cintaku. (Roymon Lemosol, Penyair  Maluku, tinggal di  Maluku)

Puisi akan hampa kalau tidak dibaca dan diberi komentar maka menarilah pena saya untuk buku ini.  Kita sadari Indonesia negeri yang sangat elok,  oleh karenanya Indonesia terlalu indah dan sayang untuk dilukai. Senandung anak-anak pertiwi dalam mencintai negeri ini dituangkannya  melalui puisi. Mengapa, karena Indonesia bukan negeri dongeng. Tuhan menciptakan Indonesia begitu sempurna. mempunyai  semuanya, Pancasila,UUD'45,Kebhinnekaan dan harga mati NKRI. Rawatlah dan hidupi semuanya karena Kita Adalah Indonesia! (Santi Sima Gama, Penulis Feminis, Pegiat Literasi, studi di  Yogyakarta)

Banyak cara mengungkapkan cinta kepada tanah air. Semua warga bangsa bisa melakukan cara masing-masing sesuai dengan talenta dan kompetensi yang dimiliki. Dalam antologi ini, para penyair mengekspresikan kecintaannya terhadap Indonesia melalui puisi. Mereka menuliskan perasaan dan harapannya lewat berbagai gaya tutur yang berbeda. Ekspresi yang telanjang, ada yang simbolik, ada yang amat sublim, dan ada pula yang sangat oratorik. Sebagai antologi, keberagaman bentuk ucap adalah kekayaan. Anda mencintai Indonesia? Sekarang, saatnya membaca antologi puisi ini. (Tengsoe Tjahjono, Dosen Sastra Universitas Negeri Surabaya, tinggal di Malang)

Beragam cara digoreskan seseorang untuk meluapkan perasaan, ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Puisi adalah salah satunya. Dalam buku ini, para penulis puisi menunjukkan "taring"nya bahwa puisi adalah senjata paling tajam untuk mengulas kata dan mengungkap makna. Jangan lewatkan baris demi baris dari setiap bait yang tertuang. (Ahmad Nurcholish, Penulis, Aktivis Kebinekaan dan Perdamaian, tinggal di Bogor)

Puisi ialah bentuk ekspresi pengalaman batin seseorang yang diwujudkan dengan kata-kata indah, perumpamaan, atau kiasan. Sebagai sebuah karya sastra, puisi mengacu pada nilai estetika dan unsur keindahan. Puisi juga sebagai alat yang diciptakan seseorang dalam meraih tujuan. Para "penyair" yang tergabung dalam buku ini telah memilih kata membangun rentetan metafor yang menopang kata. Karya mereka dapat menginspirasi pembaca. Buku ini berisi tulisan "penyair" yang benar penyair yang  merangkai kata menjadi dunia. (Nia Samsihono, Penyair,tinggal di DKI Jakarta)

Membaca puisi-puisi yang tercantum dalam antologi ini mengingatkan saya akan spirit kebangsaan yang ditanam para founding fathers bangsa Indonesia. Semangat kebangsaan itu menyuntikkan ‘darah Indonesia’, dan kita pun sungguh-sungguh merasa sebagai orang Indonesia. Puisi-puisi ini lahir di saat yang tepat yaitu di tengah menggeloranya semangat di beberapa kalangan yang ingin mempertanyakan kembali arti keindonesiaan kita. Karena itu, puisi-puisi ini sangat cocok untuk menenun kembali jiwa keindonesiaan yang ‘mungkin’mulai pudar digerus oleh keegoisan kita sendiri. (Benny Obon, S. Fil, M.Th, tinggal di San Francisco, USA)

Indonesia sebagai rumah bersama tentu bukan tanpa sentuhan antara alat-alat dapur, semisal gelas dan sendok, periuk, irus, kuali, dan sutel. Demikian juga antarwarga dalam rumah bersama itu, bukan tanpa sentuhan. Syair-syair dalam kumpulan puisi ini setidaknya mencerahkan setiap warga rumah agar sentuhan-sentuhan antarwarga tidak membias menjadi daya yang saling merugikan. (Avent Saur, Editor Rubrik Sastra Koran Flores Pos yang bermarkas di Ende, Flores)

Ketika teknologi dan perkembangan zaman semakin melaju, menusia berlomba-lomba untuk maju. Jeritan nurani semakin tak terdengar, bahkan lenyap ditelah hiruk-pikuk polusi ambisi. Saya bersukur di saat yang tepat para penyair kembali giat dan semangat menciptakan karya-karya yang indah. Menyentuh, menyindir dan menghujam  lewat kata-kata yang puitis. Hal mana yang menyadarkan kita untuk semakin mencintai negeri ini dan menjaganya agar Indonesia tetap bersatu. Semoga buku ini berjaya. (Sari Narulita, Penulis, Novelis tinggal di DKI Jakarta)

Puisi-puisi yang terangkum dalam kumpulan buku puisi ini mampu membangkitkan rasa nasionalis yang sangat diperlukan pada masa sekarang. Terutama bagi generasi sekarang yang mulai mendewakan gadget sehingga mulai pudar rasa memiliki negeri kita tercinta ini. Apalagi saat ini bangsa kita sedang dalam kondisi yang memprihatinkan dengan adanya gerakan intoleran yang mau memecah bangsa. Maka buku-buku seperti ini wajib dibaca untuk generasi muda atau siapa saja supaya mereka tidak lupa akan sejarah bangsanya. Profisiat! (Kris Maryanta, Guru IPS SMP Santa Ursula, Jakarta Pusat, tinggal di Bekasi)



Menurut saya, puisi yang ditulis oleh para penyair ini adalah  puisi-puisi yang inspiratif. Saat membacanya hati terasa tergugah. Kami sebagai generasi muda harus mulai memikirkan masa depan bangsa ini. Kami mungkin akan bisa juga menyuarakan itu melalui puisi seperti ini, tetapi siapa yang akan membantu kami? Semoga kami dapat merawat kebhinnekaan dan semangat persatuan di antara kami sebagai generasi Z ini. Kami bangga dan bersiap melanjutkan estafet kepemimpinan dengan merefleksikan isi puisi dalam buku ini. Saya ucapkan “PERFECT” dan PROFISISIAT untuk kumpulan puisi ini. Ingat  “Kita Adalah Indonesia”. (Agnes Briggita Gunawan, Kelas IX-4 SMP Santa Ursula, Jakarta Pusat tinggal di DKI Jakarta)

Baca Juga:

Alamat Email Media Massa yang Memuat Karya Sastra
Menjadi Binatang Jalang atau Lonte Pemilik Modal - Dino Umahuk
Revolusi Kenabian oleh Sofyan RH. Zaid

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.