Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Remi Sylado: Denni JA Memperalat Para Penyair

Remi Sylado: Denni JA Memperalat Para Penyair


#KAWACA.COM - Pada acara Sastra Reboan (9/5) sebagai rangkaian perayaan ulang tahun Sastra Reboan ke-10 yang akan digelar dari Mei sampai Desember 2018, Remi Sylado tampil sebagai bintang tamu. Zabidi Lawang Langit yang menemani Remi di panggung pada sesi diskusi, salah satu menanyakan soal puisi esai Denny JA yang belakangan marak dibicarakan.

“Belakangan ini, publik sastra marak dengan pro kontra puisi esai yang diusung Denny JA. Apa pandangan Bung Remi terkait puisi esai tersebut?” Tanya Zay.
“Begini ya, ini penting saya sampaikan, agar publik tahu. Saya sempat ditelepon Nia Samsihono (bukan Fatin Hamama; ed) meminta saya menulis pengantar untuk kumpulan puisi esai. Dia bilang, nanti katanya ada honor 2,5 juta. Setelah saya baca puisinya, sangat jelek, dan saya menolak!” Ucap Remi.

Lebih lanjut Remi: “Dan yang membuat saya tidak berkenan membaca setelah itu adalah bahwa ternyata Denny JA itu memperalat penyair-penyair supaya mau menulis, lantas dikontrak dengan jutaan rupiah, dan tidak bisa lagi lepas dari situ. Jika ada yang mundur dan mengembalikan uangnya, tetap tidak bisa. Setelah dicelanya dan dibunuh karakter penyair yang bersangkutan, yang saya tahu persis itu, saya baca misalnya Ahmadun (Yosi Herfanda). Ahmadun dicacimaki karena 10 jutanya itu. Saya kira, cara-cara seperti itu, tidak berbudaya. Arti lain dari tidak berbudaya ialah biadab!”

“Setelah saya baca, dia mempublikasikan jika puisi esai itu sebagai genre baru. Apa itu genre baru? Jika kita bicara genre baru, kita lihat tahun 70-an itu, ITB itu ada GAS, Gabungan Apresiasi Sastra namanya. Mereka antara lain ada Nirwan Dewanto, Edi Supriyono, mereka  membuat ungkapan puisi dengan lukisan, karena mereka dari seni rupa. Kalau bicara genre, tidak ada genre baru di situ. Puisi harus ditaruh esai. Kalau mau esai yang puitis misalnya, kita bisa baca catatan pinggirnya Goenawan Mohamad. Esai itu memberi kita kekayaan spiritual dan intelektual dengan membacanya tiap pekan di Tempo. Saya tidak berkenan dan tidak tertarik, maaf jika di antara kalian ada yang suka puisi esai, saya termasuk yang paling tidak tertarik pada puisi esai,” Demikian Remi mengakhiri jawabannya.

Tepuk tangan hadirin begitu riuh. Diskusi terus berlanjut pada topik lain, seperti komunitas sastra di Indonesia, penyair Indonesia terkini, tentang bahasa Indonesia hari ini, serta sejarah dalam sastra Indonesia yang ditanyakan oleh para penonton.

_________
Tanggapan Denny JA: Denny JA: Remi Sylado Masih Harus Belajar Banyak...

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.