Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Puisi-Puisi Alya Salaisha

Puisi-Puisi Alya Salaisha

Puisi-Puisi Alya Salaisha*

Gelasku dan Bibirmu

sebagai gelas, aku tak akan lupa
apa rasa bibirmu, saat lekat di bibirku
bahkan jika akhirnya harus menghapus
lipstik berwarna asing yang tertinggal di bibirmu

ada setetes harap
yang kuhirup setiap liurmu menempel di tubuhku
kau, tentu saja, tak pernah mengetahui
sebab ingkar, atau lupa barangkali
pada selingkar gelas, yang
kau cumbu pada suatu malam

rindu?
kemana harus kutitip biar sampai padamu?
sungguh aku tak peduli
jika nanti kita bercumbu,
bibirmu terasa kian pahit

Cikarang, 2013


Karena Tangan Kita Selalu Erat Berpegangan
  
akhirnya kita lalui jalan-jalan yang dibentangkan bersama
"hanya selembar kertas ini kita tandai setiap nama jalan atau gang atau
bangunan, supaya kita tak salah sampai. karena tangan kita selalu
erat berpegangan, jangan pula lepas" katamu, sore itu

lalu kuingatkan lagi hari pertemuan. mungkin pada purnama kedelapan atau
di bulan lahirmu. saat itu rindu yang kusimpan dalam dada selalu
memanggilmu. aku akan menunggumu di kota kelahiranmu, di dalam aroma pala.

"jangan tanya apakah aku masih mengingatmu, ketika cintaku sudah
menumbuh pohon dan buahnya kini ranum menunggu kau petik" bisikku
: ingin mengingatkanmu lagi – sambil melempar segala ragu

sore ini, saat mentari mulai malu-malu,  kukabarkan tentang anggur
di bibirku yang menunggu kau petik. kelak di purnama kesepuluh tepat
pada bulan kelahiranmu. "kado bagimu yang menungguku"

aku pun mencatat tiap hari kata-kata itu

Jakarta, 2013-2017

 *Perempuan kelahiran Jombang, 26 Maret 1986 ini menulis puisi dan mengikuti lomba baca puisi sejak di bangku kuliah di Politeknik Negeri Lampung. Alya juga pernah menyelenggarakan Lomba Penulisan Puisi tingkat Nasional “Sarian Poetry Event” yang digelar di tahun 2013. Puisi-puisinya telah dimuat sejumlah media, dan buku bersama. Peraih juara 1 sayembara cipta puisi Tulis Nusantara Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2013 ini telah menerbitkan buku puisi tunggal Taman Terakhir (KKK, 2017). Kini Alya menetap di Jakarta, melanjutkan kuliah, sambil lalu menjadi pengusaha.














Baca Juga:

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.