Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Hasil Kurasi Puisi “Puputan Melawan Korupsi”

Hasil Kurasi Puisi “Puputan Melawan Korupsi”




#KAWACA.COM - Undangan menulis puisi bertema “Puputan Melawan Korupsi” yang digagas oleh Jatijagat Kampung Puisi bekerjasama dengan Yayasan Manikaya Kauci dan KPK dibuka dari tanggal 3 November dan ditutup 13 November 2017. Di luar dugaan, sambutan berdatangan dari berbagai penjuru Tanah Air, dari Sabang sampai Merauke. Ada 270-an peserta yang mengirim puisi-puisinya ke email saya. Tidak hanya penyair, puisi juga dikirim oleh pegawai negeri, pegawai swasta, advokat, dosen, guru, mahasiswa, pelajar, seniman, wartawan, fotografer, pedagang, ibu rumah tangga, pengangguran, dan sebagainya. Sebagian besar peserta mengirim tiga puisi, namun ada juga yang mengirim lebih dari tiga. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua peserta yang telah mengirimkan puisinya untuk kegiatan ini.

Ada sekitar 800-an puisi yang harus saya baca secara seksama dan kemudian saya kurasi/seleksi untuk keperluan buku yang akan diterbitkan. Untuk menghindari penumpukan naskah, sejak seminggu lalu saya bekerja siang-malam menyeleksi setiap puisi yang masuk ke email saya.
Metode kerja yang saya terapkan adalah pertama mengunduh setiap puisi dan mengumpulkannya dalam satu folder. Kemudian setiap puisi saya baca dengan teliti, bahkan banyak puisi yang harus saya baca berulang-ulang. Setelah itu, saya melakukan seleksi tahap pertama. Puisi yang lolos kurasi saya kumpulkan dalam folder “Lolos Tahap 1”, sedangkan puisi yang tidak lolos saya taruh dalam folder “Tidak Lolos”. Kemudian puisi-puisi yang lolos tahap pertama saya baca lagi dengan lebih hati-hati dan saya seleksi lagi dengan lebih ketat untuk mendapatkan puisi-puisi yang menarik dan layak dibukukan.
Demi mengupayakan objektivitas, dalam kerja kurasi ini saya menutup mata hati terhadap nama-nama yang saya kenal akrab. Sebab dalam proses kurasi pertaruhannya adalah puisi, bukan nama atau biodata apalagi foto. Setiap puisi bersaing dengan puisi lainnya untuk memperebutkan posisi dalam buku. Maka, banyak puisi yang ditulis oleh nama-nama yang saya kenal akrab terpaksa saya eleminasi karena puisi yang dikirimkannya masih mentah dan berantakan. Namun, sebaliknya, banyak puisi yang ditulis oleh nama-nama baru yang tidak saya kenal berhasil lolos dalam proses kurasi ini. Bagaimana pun juga sebagai kurator tunggal, saya mempertaruhkan kredibilitas dan integritas sebagai penyair dalam kerja kurasi ini.
Kriteria yang saya pakai untuk proses kurasi ini secara umum adalah tema/konten dan bentuk/teknik puisi. Sebagian besar puisi yang dikirim peserta tampak masih mentah, masih berupa muntahan unek-unek, diperparah lagi dengan kurangnya editing, logika, dan penguasaan bahasa. Tema juga tidak tergarap dengan baik atau kurangnya pendalaman tematik sehingga sebagian besar puisi masih berupa rangkaian statmen yang kering dan klise dibumbui petuah-petuah basi.
Secara isi/konten, masih banyak peserta yang terjebak narasi besar, lupa pada narasi kecil di sekelilingnya. Sebagian besar puisi hanya menampilkan riak-riak permukaan, kurang memunculkan kedalaman permenungan dari tema yang digarap. Dalam konteks ini, semestinya penyair mampu menawarkan cara pandang baru ketika menggarap tema yang disodorkan. Selain itu, sebagian besar puisi masih berantakan secara teknik/bentuk, misalnya pemilihan diksi, metafora, membangun suasana, nada, gaya ucap, dan sebagainya. Hal itu menyebabkan puisi kehilangan fokus dan keutuhan tidak terjaga.
Memang tidak mudah menulis puisi dengan tema-tema tertentu, apalagi tema tersebut kurang menyentuh kalbu. Apakah karena kasus korupsi dianggap sangat lumrah sehingga tidak mengejutkan atau tidak menyentuh lagi untuk dituliskan ke dalam puisi. Entahlah.
Kegiatan ini tidak bersifat lomba, maka tidak ada kalah-menang. Sebab seni (puisi) sangat dekat dengan subjektivitas, maka lomba seringkali melahirkan kontroversi dan kasak kusuk. Dalam konteks ini, saya berupaya menyusun buku kumpulan puisi ini agar menarik dan variatif, maka untuk itu diperlukan proses kurasi. Bila banyak puisi tidak lolos untuk buku ini, semoga bisa lolos untuk buku yang lain.
Berikut adalah 100 puisi yang lolos kurasi untuk buku bertema “Puputan Melawan Korupsi”. Untuk memudahkan urutan, saya susun berdasarkan abjad nama penulisnya. Semoga hasil kurasi ini bisa diterima dengan jiwa besar.
Aditya Putra Pidada
- Sajak Sederhana
Ahmad Irfan Fauzan
- Doa Rakyat
Achmad Obe Marzuki
- Lembaga Amplop
Ahmad Zaini
- Siapa Versus KPK
Ahmada Khoirul Umam
- Beruang-beruang Ber”uang”
Alamsari
- Istri Tameng Korupsi
Aldy Istanzia Wiguna
- Doa Orang Miskin
Alexander Robert Nainggolan
- Tubuh Lintah
Alfa Anisa
- Kepada Masa Depan, Surat Tertulis Harapan
Alfian Dippahatang
- Tiga Rangkaian Puputan
Angga Wijaya
- Kucing Di Rumahku
Asril Koto
- Bagi Kolusi
Astrajingga Asmasubrata
- Rajah Merah
Atanasius Rony Fernandez
- Buku Tabungan Akhir Tahun
Ayu Chumani Pranatthi
- Koruptor Tanpa Rupa
Azis Wisanggeni
- Negeri Hantu
Badaruddin Amir
- Tentang Apa
Bambang Kariyawan
- Mengunyah Geram
Bambang Widiatmoko
- Anak Panah
Bangkit Prayoga
- Air Mata Seorang Bapak Kepada Anaknya
Beni Setia
- PS-Menu Harian Neraka
Berthold Sinaulan
- Puisi Negeri
Biolen Fernando Sinaga
- Jika Kursi Menyebabkan Korupsi
Bonk Ava
- Renungan Subuh
Bresman Marpaung
- Panglima Talam
Budhi Setyawan
- Uang Kembalian
Budi Hatees
- Odi Ergo Sum
Cangkir Seduh
- Malin Kundangnya Negara
Daviatul Umam
- Dalam Pelukan Rakusmu
Dede Rostiana
- Busuk
Detty Daryanti
- Korupsi Di Televisi
Dewa Jayendra
- Jalan Karma
Dewa Putu Sahadewa
- Saatnya Melawan
DG Kumarsana
- Dengarkan Saja
Eddy Pranata PNP
- Ia Tulis Sajak Kecil Dengan Pensil Tumpul Yang Sudah Sangat Pendek
Gustu Sasih
- Untung Ada KPK
Harkoni Madura
- Tilawah Tanah Air
Herdoni Syafriansyah
- Nyanyian Angin Potret Buram
Heru Mugiarso
- Robohkan Pohon Tua Itu
I Kadek Surya Kencana
- Tuhan Sedang Tamasya
I Made Kridalaksana
- Andai Kau Hidup Kini
I Putu Sugih Arta
- Puputan Kala Maya
Ika Permata Hati
- Sebuah Episode Novel
Isbedy Stiawan ZS
- Seorang Anak Di Depan Gerbang Rumah Mewah Sebuah Kota yang Ramai
Itov Sakha
- Demorasis (60)
Joshua Igho
- Panggung Teater Kami
Kadek Wini Arthini
- Kami Hanya Satu Mimpi
Kardanis Mudawi Jaya
- Dalam Bayang Perjalanan
Khodyani Achmad
- Kepada Hoegeng Imam Santosa
Kiki Sulistyo
- Kayu Meja Tak Bergetah
Kim Al Ghozali AM
- Melawan Korupsi
Kristoforus Maylovius
- Negeri Antah Berantah
Kunni Masrohanti
- Pembawa Selembayung Di Bawah Langit Kertagosa
Larasati Sahara
- Mengusir Setan
Liana Safitri
- Surat Untuk Para Korup-TOR!
Luh Putu Udayati
- Sedikit Saja
Made Edy Arudi
- Ke Jalan Hening
Martin da Silva
- Teruslah Berlayar
Maulidan Rahman Siregar
- Khianat
Muhisom Setiaki
- Bapakku Koruptor
Muhamad Aroka Fadli
- Petani Miskin
Muhammad Iqbal Baraas
- Korupsi
Muhammad Nailur Rohman
- Tragedi Hujan Darah
Muhammad Ridlo
- Berhala
Muhammad Habibur Rohman
- Maling
Muhammad Lutfi
- Sorot
Musa Ismail
- Negeri Berkabut Azab
Nunung Noor El Niel
- Uang Memang Bukan Perkara
Nuriman N. Bayan
- Ketika Tangan Menjadi Hening
Nurholis
- Pungli Dan Si Jomblo
Nyoman Wirata
- Di Manakah Engkau Tuan
Porman Wilson Manalu
- Surat Dari Putri
Raden Prakiyul Wahono Noto Susanto
- Tumini dan Tumila
Rahmat Akbar
- Pesan Pada Wakil
Rai Sri Artini
- Negeri Penuh Lintah
Ratu Ayu Neni Saputra
- Jika
Rian Ibayana
- Geram
Rini Asmoro
- Para Pelakon Korupsi
Roso Titi Sarkoro
- Biarlah Peluru Bersajak
Safitri Saraswati
- Apabila Tuhan Kita
Salsabila Firdaus
- Sabda Nabi
Santiasa Putu Putra
- Jika Kau, Maka Aku
Semara Yanti
- (Mungkin) Karena Saya Lapar
Sigit Rais
- Ketika
Sio Marris Juliana Hutasoit
- Emas Yang Haram
Soni Farid Maulana
- Soal Tikus
Sosiawan Leak
- Kami Ingin Merdeka
Syarif Hidayatullah
- Sebelah Mata, Sebelah Puisi
T.M. Sum
- Cermin
T.D. Ginting
- Sebuah Sajak Yang Baik
Tri Astoto Kodarie
- Membaca Kata Dinasti
Tudekamatra
- Melawan Korupsi
Ulinnuha Madyananda
- Nasib Negeriku
Waty Sumiati Halim
- Baktimu Telah Dinanti
Winar Ramelan
- Zaman Kali Yuga
Windu Setyaningsih
- Aku Hanya Ingin Sebuah Tangan
Yana Risdiana
- Entah Keyakinan Apa Yang Dimiliki Koruptor
Yuanda Isha
- Kita Di Negeri Kura-kura
Zamhir Arifin
- Tak Ada Ruang Bagimu Di Negari Ini

Diputuskan dan Ditetapkan di Batubulan, Bali, 15 November 2017.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.