Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Menulis Tak Semudah - Ach Faisol

Menulis Tak Semudah - Ach Faisol

oleh Ach Faisol

#KAWACA.COM ~ Sebagai penghormatan, bolehlah kalau saya katakan bahwa penulis adalah bagian dari pahlawan yang sedang memperbaiki negara. Baik dari sektor perekonomian, peradaban, keagamaan, sosial dan sebagainya. Melalui tulisan mereka yang berisi pendapat, saran ataupun kritikan. Terkadang mereka sampai lupa diri, karena kecintaan dan keasyikannya saat menulis. Mereka seakan tidak pernah bosan untuk mengingatkan publik lewat tulisannya. Pada tulisannya, mereka punya tanggung jawab yang besar. Ketika tulisan tersebut bermuatan religius, penulis haruslah dapat memunculkan dampak positif bagi pembaca, bukan malah membuat panas keadaan dan akhirnya berujung permusuhan. Ketika bermuatan politik atau kritik terhadap pemerintah, penulis harus punya gambaran yang jelas mengenai masalah tersebut dan setidaknya memberikan solusi atas persoalan tersebut. Begitulah tanggung jawab seorang penulis.


Berdasarkan hal itu, maka menjadi penulis tidaklah mudah. Tidak hanya sekadar mencoret-coret kertas dengan pena. Melainkan, bagaimana agar tulisan itu dapat setidaknya membawa perubahan. Meraka juga harus menjaga konsistensinya sebagai penulis, serta mejaga kejernihan pemikiran. Karena apabila hal ini tidak dijadikan kebiasaan, maka penulis bisa saja mendapat kegagalan.

Beberapa hal di bawah ini sangat perlu dihindari untuk menjaga konsistensi, terlebih bagi pemula:

1. Tidak konsisten saat menulis
Hal ini, sering sekali dialami oleh penulis, apalagi bagi kalian yang masih baru belajar menulis. Inginnya segera punya tulisan banyak, yang bagus pula. Akibatnya tidak satu pun tulisannya selesai, karena belum selesai yang satu sudah pindah ke tema lainnya.

Pemula biasanya ambisinya sangat tinggi. Mereka menganggap dengan menggarap dua sampai tiga tulisan sekaligus akan segera mewujudkan keinginannya untuk menjadi penulis. Padahal tidak. Seharusnya, mereka menyelasaikan satu-persatu dari tulisannya agar dapat difokuskan, sehingga akan cepat selesai. Kalau baru mulai sudah pindah tema, baru separuh sudah pindah tema lagi, itu akan sangat merugikan bagi penulis. Akibatnya tidak ada satu pun tulisannya yang akan selesai, sehingga memicu untuk memilih berhenti menulis. Itu sangat disayangkan. Karenanya, konsisten pada tulisan itu sangat penting.

Nah, untuk menghindari terjadinya PHP pada tulisan kalian, ada beberapa tips yang mungkin sedikit dapat membantu dalam proses penulisan.
a)      Membuat kerangka penulisan
Membuat kerangka, maksudnya adalah sebelum menulis, kalian siapkan dulu beberapa sub tema yang nanti bisa digunakan di setiap paragrafnya. Jadi, misalnya kalian mau menulis tentang sampah. Pikirkan yang sekiranya cocok untuk dijadikan bagian dalam paragrafnya. Misalnya,
-          Pengenalan terhadap sampah
-          Tanggapan masyarakat terhadap sampah
-          Dampak dari sampah
-          Cara mengatasi penumpukan sampah

Nah, dengan poin-poin di atas saya rasa akan lebih memudahkan kita untuk tidak kehilangan ide dan akan lebih membuat kalian teratur saat menulis.

b)      Menulis secara lepas
Menulis secara lepas, maksudnya kita tulis saja sesuatu yang ada dalam pikiran kita, pastinya sesuai yang sudah direncanakan sebelumnya. Jangan berpikir bagaimana nanti hasilnya, yang terpenting adalah menulis terlebih dahulu. Lepas semua kegelisahan, seperti takut jelek, takut ini, takut itu. Pokoknya nulisnya yang plong saja.

c)      Merevisi
Setelah kita tuangkan apa saja yang ada dalam pikiran kita, selanjutnya proses revisi atau editing. Kenapa masih perlu direvisi? Karena kita menulisnya masih sembarangan. Mungkin saat kita menulis, ada typo-nya, masih ada pemborosan kata di sebagian paragrafnya. Revisi di sini akan menolong tulisan kita menjadi lebih begus dan rapi. Karena percuma tulisan bagus tapi banyak typo-nya atau sebaliknya.

d)      Menyediakan waktu khusus
Maksudnya di sini adalah menyediakan waktu khusus untuk menulis. Misalnya pagi, siang, sore, malam, atau tengah malam. Satu jam, dua jam, atau lebih misalnya. Intinya punya waktu khusus untuk menulis. Sehingga ketika kita menulis tidak ada aktivitas lain yang mengganggu. Ini untuk menghidari tulisan kita tidak terhenti di tengah jalan.

Beri juga target penyelesaian terhadapat tulisan yang sedang kalian garap. Misalnya dalam tiga bulan novel saya harus sudah rampung, dalam sehari sudah harus bisa menulis tiga puisi, dalam sehari harus sudah selesai satu esai, atau target lainnya yang dapat mengontrol tulisan kalian untuk dapat selesai tepat waktu. Karena kesan tulisan pertama kalian akan berpengaruh pada tulisan selanjutnya. Kalau pada tulisan pertama sudah bisa selesai sebelum atau setidaknya saat deadline. Maka, saat menulis untuk yang ke dua kalinya akan berpengaruh positif, begitu juga sebaliknya.

2. Tidak mau membaca
Ini merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam keseharian kita. Membaca masih menjadi kendala terbesar penulis. Entah dengan alasan tidak punya waktu, masih malas, bikin ngantuk, dan berbagai alasan lainnya. Padahal ketika membaca, seorang penulis akan mendapat banyak keuntungan. Selain membaca bisa membuat kita paham terhadap maksud dari tulisan itu, membaca juga memberikan pelajaran tentang bagaimana menulis yang benar. Ketika kita membaca, kita akan melihat berbagai macam bentuk tanda baca. Misalnya seperti titik, koma, tanda tanya, tanda seru, atau pada dialog. Itu bisa saja kita dapat saat membaca. Kalau ditanya, ketika saya membaca sebuah tulisan, ada beberapa hal penempatan tanda baca yang membingungkan bahkan nyaris berlawanan. Ini bagaimana solusinya? Nah, dari sini kalian sudah mulai merasakan manfaat dari membaca. Kalian akan menemukan sedikit atau mungkin sampai banyak masalah. Caranya dengan kalian mengklarifikasi sendiri, baik dengan cara melihat materi mengenai penulisan tanda baca yang bertentangan misalnya atau bisa menanyakannya pada yang lebih paham, guru atau teman misalnya.
      
Nah, sudah berapa yang kalian dapat dalam membaca? Punya wawasan baru dari isi bacaan itu, punya keberanian baru dalam menyelesaikan persoalan pada tanda baca, dan punya ilmu baru setelah mendapatkan klarifikasi dari hasil kajian kalian sendiri atau dari guru dan teman.

      Mr. Lado (1976) mengatakan, mambaca adalah memahami dari pola-pola atau tata bahasa dari sebuah gambaran yang ditulisnya. Ini tentu sangatlah dalam penafsiran yang bisa kita lakukan. Beliau memberikan upaya kesadaran bagi kita, bahwa dengan membaca kita bisa mengetahui sesuatu lebih luas.

Dalam postingan Antara News (2015) menyebutkan, bahwa seorang Andrea Hirata, mengaku tidak pernah berhenti membaca. Dalam kurun tiga hari, Andrea mengharuskan dirinya membaca setidaknya satu judul novel. Bukankah ini sudah cukup menjadi bukti betapa pentingnya membaca bagi seorang penulis, khususnya.

3. Tidak serius saat menulis
Tidak serius di sini, bukan karena masih kurang semangat dalam menulis, tapi masih banyak penulis yang kurang serius saat menulis. Saat mereka sedang menulis, mereka masih sempat-sempat buka WhatsApp, Facebook, Twiter, Instagram, dan lainnya, yang hal itu akan sangat mengganggu bagi penulis. Kenapa? Bagaimana bisa?. Mungkin hal itu tidak kalian sadari, tapi sebenarnya kalian sudah sangat dirugikan.

Contohnya seperti ini, saat kalian sedang asyik nulis, di tengah jalan kalian dapat DM dari Doi, lalu kalian membalasnya. Lalu, apa yang terjadi? Kalian akan keasyikan main Handphone, bisa-bisa sampai lupa kalau sedang nulis. Sehingga akan menghilangkan ide yang sudah matang di otak dan akhirnya akan berpotensi tulisan kalian tidak selesai.

4. Malas riset
Entahlah kenapa sebabnya hal ini bisa terjadi pada penulis, khususnya pemula. Mungkin karena riset adalah hal yang tidak terlalu mereka anggap penting. Tapi ingatlah, riset itu akan sangat mendukung dan berpengaruh terhadap tulisan kita. Benar kita memang tidak dalam ranah penelitian ataupun skripsian misalnya, tapi apa kalian sebegitu rumitnya memahami riset? Riset akan membantu dalam memberikan kesan pada tulisan kalian.

Katika menulis, anggaplah kita hanya sekadar menulis esai, artikel, novel, cerpen atau bahkan yang lebih pendek sekalipun, cermin. Pasti dalam tulisan kita akan ada beberapa tokoh dan latar tempatnya dong. Nah, dari sini, meski dilihat sepintas dilihat tidak perlu tapi sebenarnya sangat perlu, apalagi memang malas untuk membaca. Katakanlah pada drama korea, membuat tokoh laki-laki sembarang nama, yang penting sudah ada logat Koreanya, padahal setelah ditelusuri nama itu dipakai untuk perempuan atau justru pada binatang di Korea. Mungkin kalau bagi kalian sebagai penulis itu bukan masalah, karena tidak mengetahui, tapi bagi pembacanya bagaimana, mereka yang sudah lebih tahu seluk beluk drama korea. Atau pada tempat, dalam cerita tersebut nama tempatnya dikemas dan diceritakan semenarik mungkin, tetapi setelah ditelusuri tempat itu tidak pernah ada. Bukankah itu akan berdampak pada tulisan kalian?.

Riset itu tidak sulit kok, untuk tulisan kita yang ringan misalnya. Kita tinggal googling atau bisa bertanya pada orang yang berpengalaman dalam bidang yang sedang kita tulis.

Nah, itulah tadi empat hal yang harus dilakukan oleh penulis untuk menjaga konsistensi tulisannya. Semoga bisa lebih menyadarkan lagi tentang betapa pentingnya konsisten saat menulis, lebih suka lagi untuk membaca seperti yang dilakukan Andrea Hirata, lebih fokus lagi pada tujuan menulis, dan yang tak kalah pentingnya adalah berani melakukan riset.

Penulis yang baik adalah mereka yang tidak suka menutup telinga untuk memperoleh informasi ataupun saran. 

______
Penulis adalah seorang mahasiswa jurusan Hukum Ekonomi Syariah di Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Sumenep, Madura. Dapat dihubungi melalui, achfaisol01@gmail.com, 085210321265 (No. Hp&WA), atau achfaisol01 (instagram).

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.