Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Sebuah Perjalanan dalam Kenangan - Nur Hidayah

Sebuah Perjalanan dalam Kenangan - Nur Hidayah



oleh Nur Hidayah

Ketika aku mulai menuliskan tulisan ini, ada banyak hal yang selalu aku harapkan. Salah satunya, aku berharap entah dimanapun kamu saat ini aku ingin kamu membacanya, meski hanya sebentar. Tulisan ini adalah tentang bagaimana perasaanku selama ini.

Mengenalmu secara tidak sengaja, bukan sesuatu yang aku inginkan. Tapi berharap lebih dari sekadar mengenal mungkin adalah keegoisanku yang tak bisa ku ubah kembali.

Kau selalu membuatku merasa nyaman dengan kedekatan kita, percakapan kita, canda tawa kita, tangisan kita, senyuman kita. Keegoisanku yang selalu mengharapkan lebih lebih dan lebih.

Satu hal yang tak pernah aku bayangkan bahwa semuanya akan berakhir. Bahwa suatu hari nanti aku harus terbiasa tanpa kamu. Egoku ini membuatku terluka dengan sangat hebatnya, hingga aku begitu sulit untuk bangkit kembali mejadi diriku yang dulu.

Aku merindukan sosok dirimu yang sederhana,

Mungkin kau tak percaya dengan apa yang aku katakan. Aku mencintaimu dengan segala cara, dengan semua keterbatasanku. Menyayangimu selalu aku lakukan bahkan tanpa kamu minta. Merindukankan dirimu telah kujadikan kebiasaan yang tak bisa ku ubah.

‘’Detik berlalu dengan begitu cepat tanpa ku sadari, kini telah tiba waktu dimana hanya akan ada aku.’’

Jika saja aku bisa melupakanmu dengan mudah, telah kulakukan sejak kau meminta pergi dariku. Aku berusaha semampu yang aku bisa, tetapi sampai detik dimana tulisan ini ku buat, aku masih saja mengharapkanmu, merindukanmu, mungkin juga masih mencintaimu.

Mencari yang lain selain dirimu telah kulakukan.

Tetapi masih sosok dirimu yang begitu sangat aku rindukan.

Setiap langkah yang aku pijakkan, kenangan kita tak pernah henti mengikutiku. Terkadang aku berlari agar kenangan itu kehilangan arah. Namun ternyata aku salah, semakin cepat aku berlari, semakin cepat kenangan itu mengikutiku.

Sekeras apapun aku mencoba menghapus dirimu dalam ingatanku. Kurasa hanya akan sia-sia saja, dan aku memutuskan untuk tetap diam dan maju perlahan dengan semua kenangan itu. Akan butuh waktu lama untuk menyadari semuanya telah berlalu.

Ada air mata disetiap langkah yang aku buat. Meski begitu sulit aku tetap ingin melanjutkan tujuanku.

‘’Akan ada kebahagiaan didepan sana, meski tak terlihat. Namun aku menyadari hal itu.’’

Tujuanku masih begitu panjang.

Dari sekian banyaknya hari, aku takut dengan hari dimana kita memutuskan untuk bersama, aku takut tak akan bisa mengendalikan kerinduan yang telah terpendam lama. Aku masih saja merindukan dirimu yang berada disisiku dalam hari-hari terakhir aku melepas genggaman tangan kita.

Dimanapun kamu sekarang. Bisakah aku mengganggu waktumu sebentar, hanya sebenar saja, hanya untuk menyapa dan melepaskan rindu yang seharusnya telah lama aku lupakan, jika saja waktu itu tiba.

Mungkin dalam benakmu kau menganggap aku adalah wanita yang sangat terobsesi denganmu, yah... mungkin saja. Tapi dalam tahap ini aku menginginkan pengertianmu sedikit saja.

‘’Waktu yang telah kita habiskan bersama, terkadang aku begitu merindukan saat-saat itu- maafkan aku’’

Hanya saja terkadang aku lelah.

Kamu harus tetap memandang ke arah tujuanmu sekalipun kau penasaran, jangan sekalipun kau menoleh dari pandanganmu.

Jika kau bertanya.

Apakah aku masih menginginkanmu? Tidak,

Kenapa? Karena, keinginanku bukanlah untuk dipenuhi sekalipun aku masih menginginkanmu. Tapi tetap mencintaimu dalam diamku adalah seluruh kebahagiaan tersendiri untuk ku. Jadi- tetaplah menjadi dirimu yang seperti ini.

Jujur saja. Aku ingin kita kembali menjadi teman seperti dulu. Berbagi cerita tanpa rasa canggung, menceritakan pasangan kita masing-masing, saling menasehati, menegur saat salah, juga memberikan motivasi.

Namun layaknya bulan yang menginginkan matahari- tak akan pernah terjadi.

Seperti ini saja, aku hanya berharap bahwa aku akan kamu kenang sebagai aku yang telah mengukir kenangan indah dalam dirimu selamanya.

Terkadang aku ingin mengatakan maaf, juga aku ingin mengatakan terima kasih padamu.

Maaf, untuk pernah selalu menggangu waktu sibukmu hanya untuk aku yang rindu. Maaf untuk tak bisa menjadi seperti yang kamu inginkan. Juga, maaf untuk pernah sempat membencimu, karena perpisahan kita.

Terima kasih untuk kamu yang selalu meluangkan waktu berhargamu. Terima kasih untuk pernah membuatku merasa begitu di cintai. Juga terima kasih untuk pernah setia mendampingiku.

Juga Terimakasih_untuk segalanya.

Kau tau? ada begitu banyak hal yang melelahkan didalam diriku. Bertahan. Sudah kulakukan, tapi masih saja aku ingin berlari.

Dalam setiap sujudku aku masih saja mencarimu dalam doaku. Meski aku tahu kau tak akan mungkin mencariku lagi.

Tapi, Kumohon walau hanya sekali bacalah tulisan ini.

Aku bukan ingin kau berhenti sejenak, Tidak...Kau harus tetap berjalan menatap kedepan. Aku hanya ingin kau tahu bahwa selama ini cinta yang aku berikan selalu tulus, dan sampai kapanpun kau akan menjadi seseorang yang istimewa bagiku.

Cinta adalah sebuah ilusi yang kuat saat kau berusaha melupakannya.

Kamu memulai dengan alasan kau mencinta, tak bisa kah mengakhirinya dengan alasan yang jelas juga pasti? Jujur saja aku ingin sekali membencimu yang pernah hadir didalam hidupku, menyalahkanmu untuk segala rasa yang pernah ada hingga kini.

Namun semua tak akan pernah bisa ku lakukan.

Jika kau bertanya mengapa? akan aku jelaskan, jadi tolong dengarkan aku

Kau ingat saat kau bertanya padaku, ‘’jika saja aku salah suatu saat nanti maukah kau memaafkanku??? jawabanku dari hari itu hingga kini akan tetap sama, aku akan selalu memaafkanmu karena cintaku untukmu lebih besar dari apa yang kamu bayangkan”.

Dan Cinta itu hingga kini masih ada, meski mungkin tak seperti dulu.

Tenanglah... aku akan segera melupakanmu sebab aku tidak ingin jika kau tahu aku masih mencintaimu kau akan merasa terbebani dengan cinta sepihakku.

Jika saja, suatu saat nanti kau berhasil menemukan seseorang yang lebih baik dariku, seseorang yang mampu mencitaimu lebih dariku. Aku akan selalu mendoakanmu meski terasa begitu menyakitkan untukku.

Kau tahu??? terkadang aku merasa menyesal atas pertemuan kita yang singkat. Tapi ternyata memilki perasaan itu juga pun aku tak sanggup. Cintaku untukmu masih terlalu besar.

Apakah kau telah melupakanku seutuhnya?

Apa kau sungguh tak merindukanku?

Aku ingin bertanya padamu jika saja aku mampu mengganggumu lagi. Tapi pertanyaan itu mungkin tak akan pernah terucap dari bbirku, jika pun mampu, mungkin aku adalah perempuan paling egois yang pernah ada.

Menggenggam tanganmu lagi.

Memelukmu lagi.

Hanya akan menjadi sebuah mimpi yang tak akan pernah terwujud. Kita akan menjadi dua orang asing seperti hari kemarin.

Perlahan semua ingatan tentangmu mungkin akan hilang, meski bukan sekarang. Aku akan menjadi diriku lagi. Kamu akan menjadi dirimu lagi.

Jika saja kelak Tuhan mempertemukan aku dan juga kamu kembali dalam suatu ketidaksengajaan. Dan mungkin kita telah benar-benar melupakan satu sama lain, bisakah aku kembali menjadi teman dalam hidupmu lagi?

Aku hanya ingin menjadi sekedar teman, takkan pernah lebih.

Hari itu tiba....

Hari yang memberiku banyak kenangan.

Aku merasa lega, sebab hari itu aku bisa menahan rindu yang begitu menggebu dalam dadaku dengan sangat baik. Meski aku sedikit membuat kesalahan, tapi akhirnya semua berjalan dengan baik. Aku tanpa mengganggumu, dan kamu takkan terganggu denganku.

Sedih, tentu saja. Aku benar-benar merasa kehilangan.

Jujur saja aku ingin memilikimu di seumur hidupku. Aku selalu menunggu saat dimana kamu dengan segenap hatimu melingkarkan cincin di jariku. Namun harapan itu pun pupus seketika.

Inilah cinta, tak bisa dipaksa walau seribu keinginan telah tertata rapi.

Dan sampai hari ini, entah mengapa aku masih saja berharap pada harapan yang tak pasti, harapan yang hanya akan sia-sia. Sungguh sangat menyakitkan untukku.

Berulangkali aku mencoba menghilangkanmu dari ingatanku, tapi ingtan tentangmu selalu saja membuatku letih. Rindu selalu saja merasuk tanpa henti.

Terkadang aku teringat janji kita yang kita ucapkan bersama, memimpikan masa depan indah bersamamu, hidup layaknya pasangan sejati.

Namun pada akhirnya aku mulai menyadari, bahwa ini adalah cara Tuhan memberikan kebahagiaan setelah akhirnya terluka. Perlahan aku akan mulai membuka diri, aku tidak ingin masa lalu melumpuhkan serta menjatuhkanku di hari ini.


Jayapura, 02-02-2018

____

Nur Hidayah, Mahasiswi jurusan Jurnalistik di STIKOM Muhammadiyah, Jayapura yang bercita-cita jadi jurnalis. Setelah lulus SD, ia sempat menempuh pendidikan selanjutnya sampai SMA di sebuah pondok pesantren. Ia lahir pada tanggal 24 April 1997 di kota Jayapura, Papua.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.