Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Asmara dalam Novel - M. Azwan Anas

Asmara dalam Novel - M. Azwan Anas

Oleh M. Azwan Anas

Pertemuan antara dua manusia dengan perasaan saling mencintai sudah terjadi sejak manusia diciptakan. Dengan tauladan Adam dan Hawa manusia mengenal rasa “cinta”, dengan kasih sayang yang tiada pernah tertandingi selain hanya untuk seorang kekasih. Dari Adam dan Hawa manusia juga dikenalkan dengan kerinduan pada kasih tercinta, dengan bertemu menjadi penawar rasa rindu yang tiada pernah terobati. Dan mengetahui wujud dari takdir “jodoh” juga terjadi atas usaha dan kerja keras dan untuk cinta yang suci dan abadi.

Setelah Adam dan Hawa, ada beberapa kisah asmara baik pada manusia, ilmu, sampai pada Tuhan-Nya. Perkembangan asmara ini terjadi karena perbedaan masa yang memungkinkan manusia memiliki cinta hanya kepada sesamanya. Seperti dalam novel roman percintaan yang pertama kubaca waktu semester pertama sebagai seorang mahasiswa. Api Tauhid karya Habiburrahman El-Shirazzy yang menceritakan seorang ulama Turki yang lebih memilih ilmu untuk dijadikan kekasih ketimbang perempuan yang betatapun cantiknya tidak pernah ia pilih satupun darinya. 

Dia adalah Badiuzzaman Said Nursi yang kemampuan memahaminya diakui oleh para ulama pada zamannya. Gelar Badiuzzaman yang berarti Keajaiban pada masanya merupakan gelar atas kehebatannya dalam memahami kitab dengan sekali baca mampu menjelaskan sesuai dengan isi kitab dan satu katapun tidak ada yang salah. Bukti dari  kehebatan Badiuzzaman Said Nursi dalam memahami kitab, pernah suatu hari di uji oleh ulama besar Turki dengan kitab babon yang merupakan koleksi pribadinya, Badiuzzaman Said Nursi berhasil membuat kagum sang ulama dengan waktu 10 menit mampu mengucapkan kembali apa yang sudah dibacanya.

Bukan hanya Badiuzzaman Said Nursi yang memberikan cintanya pada selain manusia. Dalam hal tasawuf, kita tentu mengenal seorang sufi wanita yang melimpahkan cinta hanya kepada tuhan. Malam-malanya dibuatnya menangis dengan syair indah dalam lantunan do’a dengan nada cinta. Dia adalah Rabi’ah Al-Adawiyah, sering dikatakan sebagai sufi mahabbah yang telah meninggalkan dunia utnuk bisa bercengkerama dengan tuhan-Nya. Telah melupakan kekasih di dunia (manusia) dan menuju sang kholik untuk membuktikan kesetiaannya.

Dari dua manusia mulia ini aku belajar untuk menyeimbangkan keduanya, mencintai ilmu dan Allah. Dengan senantiasa belajar sebagai bentuk kerja keras untuk mendapatkan pengetahuan sebagaimana Badiuzzaman Said Nursi yang gandrung akan ilmu dan tidak pernah berhenti belajar meski usia sudah menua. Dalam Islam juga diperintahkan untuk menuntut ilmu dari buaian ibu sampai liang lahat, artinya sebagai seorang muslim sudah menjadi kewajiban untuk belajar kepada siapapun dan kapanpun untuk mengembangkan pengetahuan dalam diri dan meneruskan ulama intelektual pada masa kejayaan Islam, seperti Ibn Rusyd, Al-Ghozali, Ibn Khadun, dll.

Akan tetapi dalam hal asmara diantara manusia, tentu banyak yang belajar dari karya William Shakespeare dengan judul Romeo and Juliet, karya Syaikh Nizami Laila Majnun yang menurut beberapa pembaca mengatakan bahwa kisah ini bukanlah kisah asmara dua insan mahluk tuhan, melainkan kisah asmara antara manusia dengan tuhan. Namun hasil pembacaanku tetap menyatakan bahwa cerita Laila Majnun adalah murni kisah asmara dua manusia saling mencintai yang mebutuhkan perjuangan dan pengorbanan untuk bisa mempersatukan.
_______

M. Azwan Anas lahir di Lamongan, 26 Juni 1996. Mahasiswa Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.