Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Puisi Pilihan Dheni Kurnia

Puisi Pilihan Dheni Kurnia


Talang Dilapis Bulan

Lihatlah bulan berlapis merah
bagai saga yang terbakar 
memancar sampai pucuk rotan
menembus pangkal urat rebung
mengilau dataran tigapuluh
memantul terang di batang rebah
menyuburkan ladang lapis talang

matahari yang menghadap bulan
seperti letih membaca mantra
tapi cahaya tak pernah pudar
apalagi ingin berpindah 
baginya bulan adalah tumpuan
tempat berbagi warna kasih
bagi tanah berlapis talang

talang dilapis bulan
warisan mamak dan para patih 
mengandung sinar dalam tembuni
sepanjang hayat di langit luas
kalaupun gebak datang menjelang
kalaupun awan menggantung hujan
lapun penuh di sisik ikan

matahari melapis bulan
tak pernah akan lelah
karena terpaut jarak yang lama
sampai bumi langit runtuh
seluruh damar dan sirih tercabut
seluruh malaikat diam bersujud
menunggu hari perhitungan

aku adalah anak talang
besar karena lapis bulan
kekar karena garang matahari
wajahku wajah bulan
letihku karena gerhana
rotan tunduk pada aku
rebung bertunas menunggu aku

aku melihat bulan dan matahari
yang terbang tinggi sejajar
di puncak bukit tigapuluh 
aku melihat malaikat bersujud
menunggu datang hari yang akhir
aku terpesona kilauan cahaya
di talang berlapis bulan

Jambi/Selensen 12. 2017

Menginang Malam

Aku menginang malam
menelan sirih tanya
mungkinkah satu purnama
talang takat berbuah jerami
bunga manggar mekar sehari
teluk belanga berwarna cerah
gambus berdenting sebulan penuh

gigiku bergarang karena menginang
songkokku melepuh ditiup panas
tombak tersandar tanpa tujuan
memaling rotan di langit cerah
hanya ada kau di dalam batin
memuja bayang sepanjang galah
meremuk dalam jantung hati

dekatlah dayang dekatlah
bawa aku ke perigi takat
aku menginang terkenang engkau
menyirih lalu di malam pekat
memuja bayang sepanjang galah


Talangtakat, 18.2009


Malaikat Dalam Tubuh

Bismillah
dengan nama Allah
kucari engkau dalam diam
dalam malam dalam terang
dalam daging dalam darah
dalam nama dalam waktu
dalam hari dalam bulan
dalam tahun dalam bilang
dalam kasih dalam sayang
dalam aku dalam engkau
dalam tubuh dalam ruh

engkau kucari tak jauh
engkau kudekap tak lelap
engkau dekat melekat
engkau menjaga segala nyawa
engkau menyatu dalam rindu
engkau utuh dalam tubuh
engkau tak pergi dari hati
engkau nama separuh malaikat
engkau khalifah di muka bumi
engkau kiroman dan katibin
khalifah engkau dalam nyawa
malaikat engkau dalam tubuh
nukuf Allah nukuf Muhammad

jaga aku dari air dari api
jaga aku dari tanah dari besi
syafaat aku para malaikat
kharomah aku para khalifah
jibril menjaga nyawa
mikail menjaga rahasia
isrofil menjaga hati
izrail menjaga jantung
umar menjaga darah
usman menjaga daging
ali menjaga tulang
abu bakar menjaga urat
kudu menjaga sendi
kidam menjaga selerang
deraja menjaga bulu
kompeh menjaga kulit
kiroman menjaga otak
katibin menjaga benak
akad menjaga lendir
mukorrobin menjaga lemak

engkau kucari tak jauh
engkau kudekap tak lelap
engkau dekat melekat
shalawat ke baginda nabi
huuu

Jambi/Kelayang, 17.2017

Menerka Gelora Hati

Beri aku waktu
untuk bertanya pada hari
pada ladang yang terbakar
pada hutan yang mengering
pada tempua bersarang rendah

tunjukkan aku jalan
agar tak berbelok dan beralun
lurus hingga ke batas
tak putus ataupun sesat
lapangkan hati pada niat

jangan biarkan aku
lepuh menanti bilangan hari
menunggu ladang tak bertuan
menakik getah di pohon kering
terpukau penjaga sarang tempua

jangan sesatkan aku
ke bukit berdinding batu
berbatas panjang di arus air
sejauh lepas mata memandang
tak berujung tak berpinggang

beri aku waktu
tunjukkan aku jalan
jangan biarkan aku
jangan sesatkan aku
untuk menerka gelora hatimu

Pekanbaru, 02.2017


Di Antara Air dan Tanah

Engkau berminyak air
aku berminyak tanah
di hutan yang sama
engkau berselingkuh malam
aku menanyakan kenapa

adakah yang salah di antara kita
di antara air dan tanah
di antara malam dan pagi
hingga engkau berpaling
tinggalkan separuh wajahmu

apakah aku memang tak mungkin
menyauk air sampai ke dasar
memberikan sepenggal tanahku
untuk kau tanam dan sirami
dan aku takkan beranjak pergi

mungkinkah air dan tanah
menjadi pupuk bagi waktu
membesarkan benih milikmu
mengeraskan tunggul urat rotan
menunggu hari untuk berpesta

engkau berminyak air
aku berminyak tanah
di buhul mamak yang sama
di talang karut sengketa
aku menanyakan kenapa


Keranji, 03.2010


Dari Tahta Kahyangan

Dari sungai limau ke sungai tunu
merapal khusuk mantra nabi
wahai alam dan sekalian isinya
datanglah ke jantung kandal tanah
jadikan aku anak anak bumi
jadikan aku anak anak langit
merindu puak di pucuk patih

aku merapung di sungai tunu
jejak menjeram di sungai limau
bersama penghulu mamak pertama
bersama alam semula menjadi
bersama seminai lebat di tandan
di ladang panjang kasih diuji
tubuh merindu di dalam dekap

akulah arus sungai tunu
menderas jauh ke sungai limau
aku bertahta di rahim ibu
di pagar kandal tanah mekah
aku turun dari kahyangan
berlaman pinak di tanah talang
mengadu hidup di bumi mamak

Jambi/Airmolek, 19. 2015


DHENI KURNIA adalah peraih Anugerah Hari Puisi Indonesia 2018 kategori Buku Puisi Terbaik, Bunatin. Dia  lahir di Air Molek, Indragiri Hulu,  Riau. Lulusan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Riau tahun 1989. Ia pernah mengikuti studi jurnalistik di LES Mounclear College, Los Angeles, California, USA,  serta  Program Magister Komunikasi bidang Komunikasi Politik pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) tahun 2008. 

Sejak tahun 1984 Dheni menggeluti dunia jurnalistik yang diawali sebagai wartawan Mingguan, Persda  Kompas, Jawa Pos News Network, dan Jurnal Indonesia Group. Sejak 2005 hingga kini bergabung di Haluan Media Group Pekanbaru. Pernah menjadi Pemred (Chief  Editor), Wakil Pemimpin Umum, Direktur Operasional, dan Ketua Dewan Redaksi Haluan Riau.

Antologi puisinya, antara lain  Nama Saya Ramli (1991), Tepian Sunyi (2002), Olang Olang (2000), Olang Olang 2 (2016), dan Roh Pekasih (2017). Dia juga menulis esai dan terkumpul dalam buku Catatan Hati (1992), Persda dalam Budaya Kemelut (1998), Tajuk (2012), Kiat Bisnis H Basrizal Koto (2007), dan kumpulan cerpen Lepas Kelam (1995).

Sejumlah puisi, cerpen dan esainya terdapat dalam antologi bersama, antara lain, Becak 5 (1990), Nibung Raje (1992), Aku Hari Ini (1997), Puisi Nusantara (2010), Akulah Musi (2013), Wartawan tak  Boleh Bodoh (2014), Kutukan Tanah Riau (2015), Patah Tumbuh Hilang Berganti (2015), Riwayat Asap (2015), Senandung Tanah Merah (2015), Matahari Cinta Samudra Kata (2016),  Deklarasi  Kuala Kangsar (2017), Puisi Menolak Korupsi (2017).



Saat ini ia dipercaya sebagai  Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (Indonesian Journalist Asosiation) Provinsi Riau (2008-2017), Ketua Serikat Media Siber Indonesia Provinsi Riau (2017-2022), dan jabatan lain dalam berbagai organisasi profesi. 

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.