Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Puisi-Puisi Sus S. Hardjono

Puisi-Puisi Sus S. Hardjono


Cerita  Sungai

Canda  tawamu memecah bebatuan
Dari  hulu dari nenek  moyangmu
Dari  ketiak  pegunungan seribu
Berbantal pepohonan perdu


Sungguh takkan tersesat
Sebelum  banyak  pemburu
Menembak  mati  ikan ikanmu
Dan  negara  api
Menghitamkan warna  daunmu


Warna kekukupu
Terpanggang asap  hitam
Segala nektar  dan  huma
Lenyap jasad  renik
Di tubuh  kayumu

Sampai kapan  kebiadaban tangamu
Menorehkan luka menyayat
Cula  gading dan kulitmu
Memberangus sel  sel  telur

Penyu dan  komodo
Hanya jadi buku cerita bergambar

Siapa yang  peduli  masonry?
Demi Tuhan
Kau hanya diam  kelu
Gajah  yang  tak  lagi  punya gading
Monyet  dan  singa ompong

Dimana kau  akan berpesta
Darah yang  kau  halalkan

Itu

Ssh, 2019

CELOTEH HUTAN

dari riaknya air  terjun
Dia  begitu ikhlas menegalir
Jatuh menempuh waktu
Di reruncing  bebatuan

Ada  anak mencari jejak
Burung burung  yang  kehilangan langit
Sayapnya terluka

Di lembah sungai sungai  berdiam
Menampung seluruh muara
Batang pohon  tegar menahan dingin

Pinus pinus yang  lurus
Menembus hening kudus

Siapa  yang  tak  ingin
Kehijauan lumut
Keceriaan  embun pagi
Bergayut  manja
Meski  kita  tak peduli
Sampai kapan ia  akan  tetap mengalir
Jatuh  di  bebatuan

Sragen  2019

LUMBUNG

penuh kebersamaan
Patembayatan kampung
Lumbung lambang kemakmuran
Betas dan  gabah
Tak ada  anak ayam  mati  di  lumbung
Sekarang  ini
Seperti  anak  ayam  kehilangan  induknya


Dulu ramai berduyun  duyun
Bahu membahu gotong royong
Tapi  sekarang tak  ada  uang kursi  digoyang

Maka muara  muara  sungai  mengeluh
Sampah zaman  berhamburan
Menyumbat  selokan
Padi  dan  sawah sudah dikapling  juragan
Para  tengkulak  dan cukong bisnis


Dimana lumbung
Adalah gunung  gunung  yang  terjual
Dan sudah  dilipat di dalam  rekening
Adakah  yang baru  sadar

Kita  adalah  sisa peradaban  zaman
Keemasan
Kerajaan  dan kejayaan
Hanya  jadi  cerita
Dongeng malam


Rumah alam
Dan segala  Sari  nutfah
Telah dijajah
Hara  dan  humus
Lava dan lahar
Bersekutu  dalam bencana
Atas ketamakan
Dan  sungai yang  marah
Gunung yang  menyanyikan
Sabda Nya

Ssh, 2019


Tentang Penyair
Sus S. Hardjono  lahir  5 November l969 di Sragen. Aktif menulis puisi, prosa, dan geguritan sejak masih menjadi mahasiswa. Karyanya telah tersebar di sejumlah media, seperti Bernas, KR, Pelopor Jogja, Merapi, Solo Pos, Joglo Semar, Suara Merdeka, Wawasan, Swadesi, Radar Surabaya, Minggu Pagi, dan lainnya. Dia sempat bergabung dalam Kelompok Teater Peron FKIP, dan aktif di majalah kampus Motivasi. Dia juga bergiat di berbagai komunitas di Sragen dan sekitarnya; APPS (Aliansi Peduli Perempuan Sukowati), Yayasan Indonesia Sejahtera Solo, Yayasan Darmakumara Solo (Yayasan Pengembangan dan Pelestarian Kebudayaan Jawa), KPPS, Mansaceria, Teater Gatra, dan lainnya. Sekitar 60 buku puisi bersama telah memuat puisinya.

Kini dia mengelola majalah pendidikan di MAN I Sragen dan aktif sebagai wartawan pendidikan di Kemenag (Kankemenag Sragen dan Kanwil Jateng). Novelnya perdananya Sekar Jagat dan segera terbit dua novel selanjutnya, Pengakuan Mendut, dan Surga Yang HilangTahun 2017, buku puisi tunggalnya menerima penghargaan Guru Peduli Sastra dari Balai Bahasa Jawa Tengah. Selain mengajar di MAN I Sragen, juga aktif mengelola RSS (Rumah Sastra Sragen).  

Kontak: facebook: Rumah Sastra Sragen dan Sus S. Hardjono, WA: 082 134 694 646, Surel: susilaning87@yahoo.com.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.