Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Sikap Terhadap Teknologi: Terbuka, tetapi Waspada - Mochtar Lubis

Sikap Terhadap Teknologi: Terbuka, tetapi Waspada - Mochtar Lubis

Sikap Terhadap Teknologi: Terbuka, tetapi Waspada 
oleh Mochtar Lubis
Sikap Terhadap Teknologi: Terbuka, tetapi Waspada - Mochtar Lubis

KAWACA.COM | Menjelang akhir tahun 1981 telah dilangsungkan sebuah seminar khusus membicarakan masalah yang dianggap telah ditimbulkan oleh video di masyarakat kita. Pihak pengawal ke amanat negara menyebut sekian banyak video kaset telah disita, karena selain masuknya tidak syah alias diselundupkan, perederannya gelap pula, tidak melalui badan sensor film, ditambah pula isinya dapat merusak akhlak manusia, nilai budaya bangsa, dan malahan juga mengancam ketertiban dan keamanan, karena bersifat porno, sadisme, daa subversif. Terhadap video kaset seperti ini, kita tentu amat setuju agar penegak ketertiban dan keamanan negara kita meninggikan kewaspadaan mereka, dan memeranginya dengan sekuat tenaga. 

Seminar mengenai video yang diselenggarakan itu dihadiri oleh berbaga, tokoh, baik dari berbagai departemen dan lembaga pemerintah, cendekiawan, para ahli teknologi, budayawan, seniman film, pengusaha film dan bioskop, dan pengusaha video pula.

Mungkin hadirnya berbagai tokoh dari kelompok yang saling berbeda, baik kepentingan, maupun profesi, menimbulkan berbagai kesulitan berkomunikasi dan mencapai pengertian antara para peserta seminar. Penegak hukum meninjau masalahnya dari sudut kepentingan penegak hukum, malahan berpegang pada ordonansi kolonial tahun 1940 untuk menganggap memperlakukan video sebagai barang cetak. Pihak lain mengatakan bahwa video tidak mungkin dapat diterima sebagai barang cetak, karena wujud akhirnya adalah gambar hidup. sama dengan film. Karena itu dia harus dianggap sama dengar film. Pendapat ini secara ilmiah diperkuat oleh para ahli teknologi. Hanya teknologi membuatnya saja berlainan. 

Sebahagian di antara peserta dunia film Indonesia menganggap video merupakan ancaman besar terhadap kelangsungan “hidup perfilman Indonesia. Mereka menyebut bahwa kehadiran: video antara lain telah mengganggu distribusi film, jumlah penonton bioskop menutup, saingan video terhadap film tidak sehat, karena film belum diputar di bioskop telah diedarkan dalam bentuk video-kaset. Malahan sampai pada video porno mau diledakkan tanggung-jawab yang menyebabkan kerusakan akhlak banyak remaja kini, yang menyebabkan mereka bertingkah laku yang menjurus ke arah kriminalitas, mudah cenderung melakukan kekerasan dau sebagainya. Lebih hebat lagi ada yang menuduh bahwa video dapat merusakkan mata penontonnya. Yang menuduh lupa, bahwa televisi yang belasan tahun terlebih dahulu dari video muncul di tengah masyarakat kita, adalah alat yang dipergunakan untuk menonton video ini. 

Kita dapat memahami, bahwa setiap teknologi baru yang belum kita kenal benar segala potensinya, dan yang tersisa mungkin mengancam kepentingan kita, maka cenderung membuat merasa resah, khawatir, dan takut padanya. 

Kedatangan setiap teknologi baru barus kita terima dengan pikiran terbuka dan penuh kewaspadaan. Meskipun para ahli teknologi yang hadir mengatakan, bahwa teknologi itu netral, dan tergantung dari manusia yang mempergunakan teknologi itu apakah ia akan berfungsi positif atau negatif, dapat dikatakan, bahwa tidak semua teknologi netral demikian. Banyak teknologi mengandang dinamikanya sendiri ke arah yang baik ataupun buruk. Umpanya teknologi industri yang menimbulkan pencemaran lingkungan jelas tidak netral. Juga teknologi padat modal tidak netral. Dia tidak membuka kesempatan bekerja sebanyak umpamanya teknologi padat kerja. 

Karena itu kita berkewajiban untuk meneliti sebaik-baiknya semua teknologi yang hendak kita pergunakan di negeri kita. Kita tidak perlu takut padanya, tetapi kita patut memperluas pengetahuan kita dan pemikiran kita, supaya kita dapat menguasai dan mengarahkan penggunaan teknologi ini untuk manfaat yang sebesar-besarnya bagi pembangunan bangsa kita, baik pembangunan fisik, maupun rohaniah. 

Teknologi video yang telah rusak negeri kita pemakaiannya baru terbatas pada fungsi hiburan belaka. Potensinya jauh lebih besar. Kita akan salah dan berdosa sebenarnya peda bangsa kita, seandainya kita hanya terpikat pada masalah video sebagai alat hiburan, yang kini dianggap menyaingi kehidupan industri film dan perbioskopan, dan punya dampak yang negatif pada remaja, dan sebagainya. 

Karena video merupakan satu bahagian kecil saja dari sebuah revolusi teknologi komunikasi, yang merupakan gabungan antara telekomunikasi, televisi, video dan sistem komputer. Sebuah sistem komunikasi baru yang merupakan sebuah revolusi besar di bidang komunikasi, dan yang diramalkan akan mempunyai dampak yang amat besar bagi berbagai hubungan masyarakat, ekonomi, politik dan budaya. 

Kehadiran video hendaknya kita manfaatkan tidak semata untuk tujuan hiburan, tetapi lebih utama lagi sebagai alat untuk mencerdaskan rakyat kita, menyebar informasi yang perlu diketahui masyarakat seluas mungkin, untuk pendidikan dan latihan keterampilan, untuk keperluan dokumenter, dan merekam kehidupan budaya dan seni bangsa. Janganlah kita mengulangi kealpaan kita dengan teknologi film, yang telah telanjur kita biarkan hanya lebih diutamakan menjadi alat hiburan belaka. Padahal film dapat berfungsi jauh lebih banyak.

Perkembangan teknologi video kini akan memungkinkan dalam waktu tidak lama lagi untuk menggantikan teknologi film yang selama ini kita kenal. Perkembangan ini juga mengandung, implikasi perubahan teknik dan sistem distribusi. Ongkos produksi membuat program video juga akan lebih murah dari teknik film tradisional. 

Kepeningan-kepentingan kelompok kecil sebaiknya belajar menguasai teknologi baru, dan jangan mengambil sikap menolak, karena merasa kepentingannya hari ini seakan terancam oleh teknologi baru yang masuk. Sebaiknya kita mempelajari sebanyak mungkin potensi teknologi baru ini, baik dampak negatif dan positifnya, dan kita melengkapi diri kita dengan pengetahuan dan kemahiran untuk mengembangkan teknologi ini sendiri, menguasainya dan memilikinya, baik di bidang perangkat-kerasnya (hardware), maupun isinya (software). Janganlah kita seperti sekarang hanya menjadi pemakai dan peminjam belaka, mempergunakan hasil kerja orang luar terus menerus.

Sumber: Horison, Februari 1982

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.