Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Buku: Matahari di Bumi Blambangan - Cerpen dan Puisi Pilihan Radar Banyuwangi 2018

Buku: Matahari di Bumi Blambangan - Cerpen dan Puisi Pilihan Radar Banyuwangi 2018

Matahari di Bumi Blambangan
Cerpen dan Puisi Pilihan 
Radar Banyuwangi 2018

Matahari di Bumi Blambangan - Cerpen dan Puisi Pilihan Radar Banyuwangi 2018

Editor: Desy Ariyani
Sampul: Onky Reno Pangestu Novia Dewi
Atak: Apip R. Sudradjat
Cetakan Pertama: Agustus 2019 ISBN:
978-602-5819-36-0
Supervisi Penerbitan:
R. Bayu Saksono
Penerbit:
TareBooks
(Taretan Sedaya International)
Jl. Jaya 25, Kenanga IV, Cengkareng 
Jakarta Barat 11730
0811 198 673 tarebooks@gmail.com
www.tarebooks.com

bekerjasama dengan Radar Banyuwangi

vi + 130 hlm. – 14,8 X 21 cm
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
All Right Reserved


SEKAPUR SIRIH

Secangkir kopi dan sebait puisi. Berpadu sepiring klemben dan sepotong cerpen. Agaknya bisa menjadikan akhir pekan kita terasa lebih sempurna. Bertahun-tahun sudah kolom budaya Jawa Pos Radar Banyuwangi (JP-RaBa) senantiasa menemani hari Minggu para pembaca setia koran terbesar di kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini.

Yang tersiar, baik puisi maupun cerpen, harus melalui proses seleksi sebelum dimuat di halaman koran. Sebab, setiap minggu ada puluhan karya yang masuk ke alamat surel kami. Menariknya, para pengirim karya rupanya tidak hanya berasal dari Banyuwangi saja. Bisa dibilang, karya-karya yang masuk ke meja redaksi berasal dari seantero Nusantara. Terlebih usai penyelenggaraan Kemah Sastra Nasional-Festival Sastra Banyuwangi yang dihelat pada 28–29 April 2018, jumlah pengirim dari luar Banyuwangi semakin bertambah. 

Para penulisnya pun berasal dari beragam kalangan. Ada yang memang sudah dikenal sebagai sastrawan atau penyair. Ada guru karyawan, maupun mahasiswa. Yang membanggakan, ternyata ada banyak juga kalangan pelajar yang mampu bersaing dengan penulis-penulis kawakan. Oleh karena itu, meskipun media lokal, tapi kualitas karya-karya di halaman budaya JPRaBa tak kalah dengan media nasional. Tentunya, hal ini pula yang membuat kolom budaya selalu ditunggu-tunggu pembaca.

Namun, ada kalanya kesibukan atau hal lainnya membuat pembaca kehilangan kesempatan untuk membaca koran. Yang sudah usai terbaca pun biasanya tercecer begitu saja. Mungkin tidak banyak yang masih menyimpan tumpukan koran dari edisi-edisi sebelumnya. Termasuk edisi yang memuat kolom budaya di tiap Minggu. Sangat disayangkan bukan jika karya-karya yang bernilai estetis harus berakhir di loakan atau sekadar jadi pembungkus cabai di pasar? 

Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk menerbitkan kembali karya-karya yang pernah dimuat di kolom budaya Radar Banyuwangi dalam sebuah buku antologi sepilihan puisi dan cerpen Radar Banyuwangi 2018. Memang tidak semua karya yang pernah terbit di sepanjang tahun 2018 dimuat dalam buku ini. Kami harus lebih dulu memilah dan memilih beberapa puisi dan cerpen terbaik yang kemudian tersusun dalam bunga rampai ini. 

Jika dihitung, total ada 49 cerpen dan 46 puisi yang pernah dimuat dalam halaman budaya di tahun 2018. Dari 49 cerpen yang dipublikasikan tersebut, terpilih 13 cerpen terbaik untuk dibukukan. Untuk menyeleksi puisi sedikit lebih rumit. Sebab dalam setahun tercatat ada 46 kali penerbitan puisi. Dan dalam satu nama penulis, biasanya termuat lebih dari satu judul. Bisa dua, tiga, empat, bahkan lima atau lebih judul puisi. Katakanlah rata-rata dalam satu nama penyair tercantum tiga judul, pun sudah ada sekitar 138 puisi. Akhirnya diputuskan, dari setiap nama penyair dipilih satu judul puisi yang terbaik. Hasilnya, didapatkan 23 puisi yang dianggap layak termaktub dalam buku ini.

Selain itu, beberapa atau mungkin mayoritas puisi maupun cerpen di buku ini juga kental dengan nuansa Mbanyuwangi. Meskipun si penulisnya sendiri bukan berasal dari Banyuwangi, mereka telah memberikan apresiasinya pada Bumi Blambangan ini melalui untaian kata-kata yang tertuang dalam karya mereka.

Terlepas dari segala kekurangannya, semoga kehadiran buku ini bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca yang budiman sekalian. Selain itu, besar harapan para pembaca bisa semakin termotivasi untuk mengirimkan karya-karyanya kepada kami. 

Banyuwangi, Agustus 2019
Redaktur Budaya JP-RaBa


DAFTAR ISI
SEKAPUR SIRIH |iii

PUISI
1. MENGINGAT WAJAH-WAJAH – ABD. SOFI |2
2. SECANGKIR KOPI – AZIZI SULUNG |5
3. AIRMATA HUJAN – BAMBANG WIDIATMOKO 6
4. SRI TANJUNG DAN SIDAPAKSA – EWITH BAHAR | 7
5. DI PESANTOGAN KEMANGI –  FAIDI RIZAL ALIEF |8
6. PERAHU JANGGOLAN – FARIS AL FAISAL |10
7. HILANG – JUMARI HS |11
8. ADA YANG KAUCARI, DI SINI? – KHANAFI |12
9. MELIHAT 17 BEKERJA – MAHFUD RD |13
10. PEREMPUAN YANG MEMBANGUNKAN MATAHARI – MOHAMMAD SUHAIDI .|15
11. PEREMPUAN YANG ABADI DALAM DADA –  MUHAMAD ARIFIN |16 
12. RENJANA – MUHAMMAD MUHLIS .|18
13. PERCAKAPAN TELAH MATI –  MUKTI SUTARMAN ESPE |19
14. SEWAKTU KREMASI – NI WAYAN IDAYATI |21
15. MANTRA HUTAN – RAHMAT AKBAR |22
16. CINTAKU BANYUWANGI – RIEPE |24
17. SEKERAT KIDUNG SUNYI – RUSDI EL UMAR  28
18. KAMPUNG NELAYAN – SAIFIR ROHMAN |29
19. DERITA BATU – SAIFUL BAHRI |30
20. KOPAI OSING – SUFYAN ..|31
21. MATAHARI DI BUMI BLAMBANGAN – UMMI RISA |32 
22. SEMESTA – WILDAN ISMAIL .|34
23. CERMIN – YANA RISDIANA .|37

CERPEN
1. MUSIM PANEN DAN HEWAN KURBAN –    ALI SATRI EFENDI |38
2. NIRWANA DI BIBIR IBUNDA – ARA YAMANI  |44
3. MARTO TIMPAL DAN KISAH POHON IPIK –    EKO SETYAWAN |52
4. ADA YANG MENCURI IMAJINASIKU – ENI KUSUMA |58
5. LELAKI YANG DIPASUNG – FARUQI UMAR |65
6. TELUH – KHAIRUL UMAM |70
7. JAMPI-JAMPI WARISAN LELUHUR – MAWAN BELGIA 77
8. HURUF – MIDADWATHIEF |83
9. PUPUTAN BAYU: KENANGAN BULAN DESEMBER –  M IQBAL BARAAS |91
10. NYARING DAN ASING –  MUHAMMAD NANDA FAUZAN |97
11. KEGANJILAN YANG MENYERANG KAMI –  NUR HOLIPAH |102
12. SEBUAH KABAR – RISEN DHAWUH ABDULLAH |110
13. HITAM PEKAT TAK TERKUAK – YOQI NANDA GUSTIFANNY |115

BIODATA PENULIS PUISI |124 
BIODATA PENULIS CERPEN .|129

BIODATA PENULIS PUISI

1. Abd Sofi, lahir di Sumenep Madura 17 Juli 1991. Pegiat di Rumah Sajak.

2. Azizi Sulung, lahir di Sumenep, 07 Juli 1994. Santri Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura. Kumpulan Puisinya yang telah terbit, ”Accident: Malapetaka Terencana” (2012), ”Simposium” (2012), ”Solitude” (2012), ”Luka-Luka Bangsa” (2015), ”Rampai Luka” (2016), dan ”Senyum Lembah Ijen” (2018). 

3. Bambang Widiatmoko, penyair kelahiran Yogyakarta ini memiliki kumpulan puisi tunggal antara lain ”Kota Tanpa Bunga” (2008), ”Hikayat Kata” (2011), ”Jalan Tak Berumah” (2014), ”Paradoks” (2016), ”Silsilah yang Gelisah” (2017). Sajaknya terhimpun di berbagai antologi puisi bersama antara lain ”Negeri Awan” (2017), ”Kota Terbayang” (2017), ”Hikayat Secangkir Robusta” (2017). Cerpennya tergabung dalam antologi cerpen ”Lelaki yang Tubuhnya Habis Dimakan IkanIkan Kecil” (2017).

4. Ewith Bahar, lulusan Fakultas Sastra Inggris dari UKI Jakarta. Menulis sejak SMA sebagai penulis naskah acara radio dan artikel musik di majalah-majalah. Saat ini, dia bekerja di dunia pertelevisian, editor buku, dan kadang kala menjadi pembicara dalam seminar terkait puisi. Buku puisi tunggalnya yang telah terbit adalah: ”Serenada Kalbu” (2013), ”AN:Mars & Venus” (2013), ”Kidung Kawidaren” (2016), dan ”Kantata untuk Pujangga” (2017).

5. Faidi Rizal Alief, belajar menulis puisi sejak nyantri di Lesehan Sastra dan Budaya Kutub Yogyakarta. Pernah membacakan puisinya di Rumah Pena Kualalumpur, Malaysia. Buku puisinya antara lain ”Alief Bandungan” (Kaleles Publishing, Juni 2015) 

dan ”Pengantar Kebahagiaan” (Basabasi, Juni 2017). Kini aktif di PGMI STAIM Tarate Sumenep.

6. Faris Al Faisal, lahir dan tinggal di Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Dewan Kesenian Indramayu. Karya fiksinya adalah novella ”Bunga Narsis” (Mazaya Publishing House, 2017), Antologi Puisi ”Bunga Kata” (Karyapedia Publisher, 2017), Kumpulan Cerpen ”Bunga Rampai Senja di Taman Tjimanoek” (Karyapedia Publisher, 2017), dan Novelet ”Bingkai Perjalanan” (LovRinz Publishing, 2018).

7. Jumari HS, lahir di Kudus, 24 November 1965. Pada tahun 2011 pernah diundang University Hangkuk, Seoul, Korea Selatan dan membacakan puisinya di Kota Ansan. Sekarang bergiat sebagai Ketua Teater Djarum. Buku puisinya yang telah terbit ”Tembang Tembakau” (2008) dan ”Tentang Jejak yang Hilang” (2016). Tahun 2018 telah menerbitkan buku puisi yang terbaru berjudul ”Panorama Senja”.

8. Khanafi, lahir di Banyumas, Jawa Tengah, pada 4 Maret 1995. Puisi-puisinya tersiar di beberapa media online maupun cetak. Juga tergabung dalam buku antologi puisi di antaranya ”Epitaf Kota Hujan” (2018), ”Senyuman Lembah Ijen”, ”Kepada Hujan di Bulan Purnama” (2018), ”Wangian Kembang” (2018), dan ”Kunanti di Kampar Kiri (2018). Sekarang penulis tinggal di Kabupaten Banyumas. 

9. Mahfud RD, lahir di Lumajang, 22 Februari 1993. Mukim di Yogyakarta. Beberapa karya puisinya tersiar di media cetak regional. Karyanya juga tergabung di Antologi Penyair Nusantara ”Senyuman Lembah Ijen” (2018) dan Antologi Penyair Asean ”Kunanti di Kampar Kiri” (2018). Saat ini bergiat di Kelompok Literasi MULYA (Musim Laron Yogyakarta). 

10. Mohammad Suhaidi, alumnus Annuqayah yang tinggal di asrama Garawiksa Institute.

11. Muhamad Arifin, mahasiswa Ilmu Komunikasi USM. Karyanya sudah terbit dalam buku antologi bersama di antaranya ”Memo Anti Terorisme” (2016), ”Memo Anti Kekerasan terhadap Anak” (2016), dan ”Aquarium & Delusi 1.000 Penyair Terpilih Nusantara Penulis Buku Tamu Gunawan Maryanto” (2016).

12. Muhammad Muhlis, lahir di Glenmore, Banyuwangi, Jawa Timur. Aktif berkarya puisi, cerpen dan lukis. Dua buku antologi puisi tunggalnya adalah ”Kado Dari Rantau” (2011), ”Satu Sajak Merah Muda” (2013) . Puisi-puisinya juga bisa ditemui dalam antologi puisi bersama, di antaranya ”Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia” (2014), ”Sang Peneroka” (2014) , ”Siwa Nata Raja” (2015), ”Menggandrungi Banyuwangi” (2018), ”Senyuman Lembah Ijen” (2018), ”Bunga Sastra Tunjung Biru” (2018), dsb. Puisi-puisinya juga tersebar di berbagai media. Mukim di Banyuwangi.

13. Mukti Sutarman Espe, kelahiran Semarang. Menulis puisi sejak tahun ’80-an. Puisi-puisinya tersiar di sejumlah surat kabar dan belasan buku antologi bersama. Buku puisi tunggalnya ”Bersiap Menjadi Dongeng”. Tinggal di Kudus, Jawa Tengah.

14. Ni Wayan Idayati, lahir di Denpasar, 14 April 1990. Menulis puisi, esai dan berita jurnalistik. Puisinya pernah diterbitkan di berbagai media serta antologi bersama. Bersama Komunitas Sahaja Denpasar aktif dalam kegiatan kesenian, kebudayaan, dan diskusi sastra, serta pembinaan komunitas kreatif. Kini sebagai bagian program di Bentara Budaya Bali.

15. Rahmat Akbar, lahir di Kotabaru, Kalimantan Selatan, 04 Juli 1993. Puisinya tersiar di beberapa media massa dan sejumlah antologi bersama. Sekarang bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di SMA Garuda Kotabaru dan pendiri sekaligus pembina bagi siswanya di komunitas Taman Sastra SMA Garuda Kotabaru.

16. Riepe, lahir pada 30 Oktober. Salah satu peserta Kemah Sastra Nasional 2018. Puisi-puisinya telah dimuat di beberapa media dan termaktub dalam antologi: ”Senyuman Lembah Ijen” (Banyuwangi, 2018), ”Metafora dari Rahim Batu” (Competer, 2018), ”Anggrainim, Tugu, dan Rindu” (Pematangsiantar, 2018). Bergiat di COMPETER. Kini tinggal di Pangandaran.

17. Rusdi El Umar, lahir dan besar di Sumenep Madura. Suka membaca dan menulis. Beberapa tulisannya pernah dimuat di berbagai media, baik cetak maupun digital. Beberapa kali naskah karyanya memenangi berbagai event dan buku terakhir yang terbit berupa puisi antologi bersama, ”Senyuman Lembah Ijen” yang merupakan kumpulan karya puisi Nusantara tahun 2018.

18. Saifir Rohman, lahir 06 April 1997 di Situbondo. Alumnus Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 2016 ini, belajar menulis sejak bergabung di SSA (Sanggar Sastra Al-Amien). Esainya yang berjudul ”Rompong: Rumah Surga, Katanya”, dimuat dalam Bunga Rampai Lomba Esai Sosial Budaya Nasional 2015 Kaum Muda dan Budaya Maritim Nusantara. Sekarang aktif sebagai mahasantri Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo.

19. Saiful Bahri, kelahiran Sumenep-Madura, 5 Februari 1995. Selain menulis, ia juga seorang aktivis di kajian sastra, dan ”Teater Kosong Bungduwak”, Perkumpulan dispensasi Gat’s (Gapura Timur Solidarity), Fok@da (Forum Komunikasi Alumni Al-Huda), sekaligus perkumpulan Pemuda Purnama. Puisinya pernah dimuat di beberapa media, juga masuk dalam antologi puisi ”CTA Creation” (2017). Buku puisi yang telah terbit berjudul ”Senandung Asmara dalam Jiwa” (2018). 

20. Sufyan, kelahiran Sumenep, 9 Juli 1985. Penikmat kopi yang sedang belajar menulis puisi dan sesekali esai. Salah satu peserta Kemah Sastra Nasional Banyuwangi 2018. Saat ini mengabdi di SMKN 1 Sumenep dan aktif membina Forum Literasi SMK - IYAKA. Tinggal di Batuputih, Sumenep.

21. Ummi Rissa, nama pena dari Rissa Churria. Lahir di Banyuwangi. Tinggal dan menetap di Bekasi. Aktif sebagai penggiat sastra dalam Forum Sastra Bekasi, admin Dapur Sastra Jakarta, dan tergabung dalam Ziarah Karyawan Malaysia dan Nusantara. Mendirikan Rumah Baca Annajiyah di kediaman. Karya yang telah diterbitkan di antaranya antologi tunggal berjudul ”Harum Haramain” dan ”Sajak Perempuan Wetan”.

22. Wildan Ismail, lahir dan dibesarkkan di Lumajang, Jawa Timur. Alumnus Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura. Karirnya dimulai ketika mengenal dunia literasi di almamaternya. Pembina Sanggar Sastra Al-Amien (2015–2017). Puisi-puisinya diterbitkan dalam beberapa antologi. Saat ini menjadi salah satu penggiat sastra di Kabupaten Lumajang bersama Komunitas Gatra Lumajang.

23. Yana Risdiana, lahir di Bandung, lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung (1999). Memiliki lisensi advokat. Puisinya termuat antara lain dalam ”Hikayat Secangkir Robusta” (2017), ”The First Drop of Rain: Antologi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival” (2017), dan antologi ”Mengunyah Geram: Seratus Puisi Melawan Korupsi” (2017). 

Kini tinggal di Bandung.

BIODATA PENULIS CERPEN

1. Ali Satri Efendi, lahir di Karawang, sekarang menetap di Bekasi. Pengajar di LP3I Bekasi, STKIP Kusuma Negara, serta relawan di Yayasan Cahaya Anak Negeri (CAN). Cerpennya pernah dimuat di antologi ”Pengantin-Pengantin Al-Quds” (Pro-U, 2010), majalah Femina, dan Surabaya Post. Sementara puisi-puisinya pernah dimuat dalam beberapa buku antologi. Ia juga telah menulis beberapa buku pelajaran Bahasa Inggris di Penerbit Duta dan menulis artikel tentang film di infoscreening. co.

2. Ara Yamani, lahir di Bekasi, Desember 1991. Pegiat sastra dan bahasa Indonesia. Saat ini tinggal di Banyuwangi.

3. Eko Setyawan, lahir dan menetap di Karanganyar, Jawa Tengah. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Sebelas Maret. Karya-karyanya tersebar di beberapa media. Buku kumpulan puisinya berjudul ”Merindukan Kepulangan” (Bebuku, 2017). Bernaung di Komunitas Sastra Senjanara dan Komunitas Kamar Kata Karanganyar.

4. Eni Kusuma, lahir di Banyuwangi, 27 Agustus 1977. Puisinya dibukukan bersama 100 penyair Indonesia dalam antologi ”Jogja, 5,9 Skala Richter”. Bukunya yang telah terbit berjudul ”Anda Luar Biasa!!!” (Five Star Publishing, 2007). Cerpen dan artikel inspiratifnya juga tersebar di beberapa media. Meraih penghargaan Tupperware She Can Award 2009 sebagai tokoh inspiratif perempuan Indonesia untuk TKW yang menulis buku dan Nominator Liputan 6 SCTV Award 2015 sebagai tokoh inspiratif di bidang sosial pendidikan. Saat ini bergiat sebagai pengajar di Taman Posyandu Melati untuk anak-anak tak mampu. Juga sebagai pemred dan penulis di situs www. perempuanbertutur.org. Tinggal di Lateng, Banyuwangi.

5. Faruqi Umar, lahir di Sumenep 09 April 1993. Kini tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur. Sehari-hari ia bekerja sebagai buruh pabrik.

6. Khairul Umam, Sekjen MWC NU Gapura. Guru di MA Nasa1 Gapura. Alumnus pascasarjana UGM-FIB Antropologi. Beberapa tulisannya telah dimuat di media lokal dan nasional.

7. Mawan Belgia, berasal dari Mamuju, Sulawesi Barat. Saat ini masih aktif menjadi mahasiswa jurusan matematika.

8. Midadwathief, lahir di Banyuwangi. Saat ini mengambil kuliah jurusan Akidah dan Filsafat Islam di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

9. Muhammad Iqbal Baraas, lahir di Banyuwangi 14 November 1972. Bergiat di komunitas Padepokan Gelar Tikar, juga aktif menulis puisi dan cerpen. Kumpulan cerpennya yang telah terbit berjudul ”Pesta Hujan di Mata Shinta” (2008). Kumpulan puisinya ”Mawar Gandrung” mendapatkan Penghargaan Sastra dari Balai Bahasa Jawa Timur sebagai Karya Sastra Terbaik 2018.

10. Muhammad Nanda Fauzan, mahasiswa Jurusan Filsafat Agama Islam di UIN Sunan Maulana Hasanudin Banten. Puisi-puisinya telah terbit di berbagai media cetak maupun di media daring. Mukim di Lebak, Banten.

11. Nur Holipah, lahir di Banyuwangi tahun 1995. Alumnus Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang. Beberapa cerpennya pernah dimuat di beberapa media lokal dan online.

12. Risen Dhawuh Abdullah, lahir di Sleman, 29 September 1998. Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Alumnus Bengkel Bahasa dan Sastra Bantul 2015, kelas cerpen. Karya-karyanya tersebar di media cetak lokal maupun nasional. Akhir-akhir ini, ia mengikuti diskusi di komunitas Jejak Imaji. Kini bermukim di Pleret, Bantul, Yogyakarta.

13. Yoqi Nanda Gustifanny, siswa SMA Negeri 1 Glagah Banyuwangi.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.