Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Model Pro-LM Wisdom - Muhammad Syafii Antonio

Model Pro-LM Wisdom - Muhammad Syafii Antonio

Model Pro-LM Wisdom
oleh Muhammad Syafii Antonio


Model Pro-LM Wisdom - Muhammad Syafii Antonio

KAWACA.COM | Pro-LM Wisdom adalah singkatan dari Prophetic Leadership and Management Wisdom, yang secara harfiah berarti kearifan kepemimpinan dan manajemen Nabawi. Sesuai dengan namanya, yang dijadikan model dan inspirasi dalam penyusunan konsep ini adalah Nabi Muhammad saw.. Pro-LM Wisdom merupakan suatu model kepemimpinan dan manajemen yang berupaya menyusun strategi tercapainya kesuksesan secara seimbang, baik bisnis, keluarga, sosial maupun spiritual, berdasarkan suri teladan kenabian serta semangat Asmā’ul Husnā (nama-nama Allah). 

Al-asmā’ al-husnā merupakan 99 nama Allah yang merupakan sifat-sifat luhur ilahiah yang harus diteladani oleh manusia dengan segala kelemahan dan kekurangannya. Memang, manusia adalah makhluk (yang diciptakan) dan Allah adalah Khāliq (Sang Pencipta) sehingga pada hakikatnya manusia tidak akan pernah dapat meniru Allah dalam semua spektrum dan bidang. Sungguhpun demikian manusia dapat “belajar” dan mengambil semangat dari sifat-sifat Allah yang luhur sesuai kapasitas kemanusiaannya.

Ada empat sasaran utama yang hendak dicapai melalui model Pro-LM Wisdom ini; 

Pertama, terbentuknya pribadi paripurna (insān kāmil) atau personal excellence yang bersumber pada ajaran tauhid dan berintegritas tinggi. Suri teladan dari pribadi unggul ini tercermin dari sifat shiddīq Rasulullah. Sifat shiddīq menurut asal katanya berarti selalu berlandaskan kepada kebenaran terutama keimanan yang benar (tauhid). Keimanan yang benar akan melahirkan sikap, perilaku, dan tindakan yang benar. Pada gilirannya, seseorang yang mengamalkan sifat ini akan dikenal sebagai pribadi yang berintegritas tinggi. 

Kedua, terbentuknya inter-personal capital, yaitu harmonisnya hubungan antar sesama manusia dalam berbagai lingkungan sosial seperti dalam keluarga, lingkungan tempat tinggal, bisnis, dan sebagainya, berdasarkan rasa saling percaya (mutual trust). Suri teladan ini dikembangkan dari sifat luhur amānah Rasulullah. Sifat amānah, yang secara harfiah berarti terpercaya, merupakan modal utama dalam membangun sosial trust yang semakin langka belakangan ini. 

Ketiga, munculnya kemampuan teknis dan manajerial (technical and managerial competence), atau dorongan untuk menjadi insan yang kompeten dengan menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan teknis, serta menjunjung tinggi profesionalisme dan good corporate governance. Technical competence ini dibentuk dengan menguraikan unsur-unsur pembentuk sifat fathānah Rasulullah.

Keempat, leadership wisdom atau kearifan dan seni kepemimpinan. Hal ini dapat dicapai dengan mengoptimalkan kemampuan berkomunikasi dalam memimpin dengan visi, misi, dan pendelegasian wewenang yang jelas serta team-work yang solid. Rasulullah mencontohkan hal ini dengan penerapan sifat tablīgh terhadap para sahabat yang merupakan kolega, asisten, staf, mitra, serta team-work beliau dalam merealisasikan tujuan dan sasaran perjuangannya. 

Dalam model Pro-LM, sifat dan karakter ini lebih lanjut dituangkan dan dibahas dalam perspektif manajerial dan kepemimpinan Nabi Muhammad saw.. Masing-masing sifat utama Rasulullah tersebut melahirkan beberapa kompetensi khusus. Sifat shiddīq melahirkan integritas (integrity), amānah memunculkan karakter terpercaya (trusthworthiness), fathānah mendorong terciptanya pribadi yang cakap (competent), serta tablīgh melahirkan kearifan kepemimpinan atau leadership wisdom. 

Integritas akan memunculkan personal excellence atau keunggulan jiwa, harkat dan wibawa seseorang. Terpercaya (trustworthiness) adalah sebagai bekal utama interaksi sosial dan merupakan inter-personal capital yang sangat mahal dan tidak terhingga nilainya. Pribadi yang kompeten akan tercermin dari technical & managerial competence (kompetensi teknis dan manajerial) seseorang. Sedangkan komunikatif (communicative) adalah karakteristik yang sangat dibutuhkan untuk munculnya kearifan kepemimpinan atau leadership wisdom. Masing-masing sifat utama tadi dibentuk oleh tujuh sifat pendukung lainnya yang akan dirinci lebih lanjut dalam bab-bab selanjutnya. 

Personal excellence tercermin dalam tataran individual, trustworthiness dalam tataran antar manusia sebagai makhluk sosial, technical & managerial competence dalam lingkup organisasi atau institusi, sedangkan leadership wisdom di tingkat komunal. Lingkup dan tahapan tersebut tidaklah statis, tetapi lebih berbentuk kontinum atau sifatnya yang selalu berputar dan melingkar, saling mengisi dan saling melengkapi. Artinya, amanah bukan saja harus muncul ketika berinteraksi antar sesama anggota masyarakat, tetapi amanah juga syarat yang harus dipenuhi untuk munculnya seorang pemimpin yang penuh kearifan (leadership wisdom). 

Demikian juga halnya setiap manusia baik individu maupun yang tergabung dalam organisasi tertentu, harus memiliki kearifan dalam berkomunikasi. Ditinjau dari sudut kecerdasan (quotient) ternyata sifat shiddiq sangat erat kaitannya dengan kecerdasan spiritual (spiritual intelligence). 

Hal ini dikarenakan tauhid adalah unsur pembentuk utama pribadi shiddiq yang penuh integritas. Amanah adalah sumber dari kecerdasan emosional (emotional intelligence), karena sifat ini merupakan modal utama dan berharga untuk terjalinnya interaksi antar anggota masyarakat yang penuh dengan rasa saling menghormati, transparan dan saling menghargai sebagai pembangun interpersonal-capital. IQ atau intellectual quotient sangat terkait dengan fathanah yang berarti pandai, cerdas, profesional dan memiliki pengetahuan (knowledge) serta keterampilan (skill) di bidangnya. 

Sementara tabligh adalah unsur pembentuk utama Vision – Communication Quotient (VCQ) atau kecerdasan untuk mengomunikasikan secara efektif suatu visi dan cita-cita, serta mengajak semua komponen pendukung untuk mewujudkannya. Sesungguhnya, dengan terpenuhinya ketiga kecerdasan tersebut, paripurnalah kepribadian seseorang. Hanya saja dalam mengarungi kehidupan ini banyak sekali cobaan dan permasalahan yang muncul. 

Untuk itu seorang yang sudah memiliki IQ, EQ dan SQ harus juga mampu menghadapi setiap tantangan yang datang, bahkan mengubah hambatan menjadi peluang. Inilah yang disebut dengan AQ atau adversity quotient. Untuk mampu menyelesaikan masalahnya manusia seringkali harus meminta bantuan saudaranya. Karena tidak semua orang tidak bisa menyelesaikan semua masalahnya seorang diri. Tetapi ia harus mengomunikasikan dengan orang lain, mengatur strategi, serta menyelesaikannya secara bersama dalam sebuah tim yang solid. Itulah inti dari sifat tabligh. 

Melalui model Pro-LM Wisdom ini, diharapkan seorang Muslim akan mampu mencapai kesuksesan secara seimbang, baik dalam bisnis, keluarga, sosial maupun spiritual.

Sumber: Ensiklopedia Prophetic Leadership and Management Wisdom, Muhammad Syafii Antonio, Tazkia Publishing, Jakarta, 2013

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.