Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Puisi Pilihan Selendang Sulaiman

Puisi Pilihan Selendang Sulaiman

Puisi Pilihan Selendang Sulaiman

KAWACA.COM | Selendang Sulaiman, lahir di kampung kecil Pajhagungan, Sumenep, Madura 18 Oktober 1989. Alumnus Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Menulis puisi, cerpen, dan esai. Karya-karyanya tersiar di berbagai media massa baik cetak maupun online, seperti Media Indonesia, Kedaulatan Rakyat, Seputar Indonesia, Indopos, Lampung Post, Minggu Pagi, Riau Pos, Metro Riau, Merapi, Padang Ekspres, Radar Surabaya, Medan Bisnis, Waspada Medan, Haluan, Harian Cakrawala Makassar, Solo Pos, Joglosemar, Suara karya, Harian Jogja, Suara NTB, Lombok Post, Harian Rakeyat Sumbar, Harian Rakat Sultra, Radar Madura, Jurnal Sajak, Jurnal Bogor, Jurnal Sastra Santarang, Jurnal Maddana, Majalah Sagang, Majalah Sarbi, Majalah Aklamasi, Majalah Frasa, dll. Selain tersebar di media massa, puisi-puisinya juga termaktub dalam banyak antologi bersama, yaitu: Yang Tampil Beda Setelah Chairil (Yayasan Haripuisi Indonesia, 2016) Ketam Ladam Rumah Ingatan (LSS Reboeng bekerjasa dengan Kosa Kata Kita, 2016), Perayaan Cinta (Poetry Prairie Literature Journal, 2016), Pelabuhan Merah (PT. Sagang Intermedia, 2015), Mekarnya Kehidupan (Poetry Prairie Literature Journal, 2015), Lumbung Sastrawan Indonesia Jilid III (Sibuku, 2015), Temu Sastra Kepulauan VI (2014), Lintang Panjer Wengi di Langit Jogja (Pesan Trend Ilmu Giri, 2014), Ayat-ayat Selat Sekat (Antologi Puisi Riau Pos, 2014), Bersepeda Ke Bulan (HariPuisi IndoPos, 2014), Bendera Putib untuk Tuhan (Antologi Puisi Riau Pos, 2014), Pertemuan Penyair Malaysia-Yogya (TeMBI Rumah Budaya, 2014), Antologi Puisi 153 Penyair Indonesia Mutakhir Dari Negeri Poci 5 Negeri Langit" (Kosa Kata Kita, 2014), Ziarah Batin (2014), Di Pangkuan Jogja (Ernawaty Literary, 2013), Antologi Puisi 6 Negara Puisi Secangkir Kopi (Gayo Institut, 2013), Indonesia dalam Titik 13 (2013), Flows into the Sink into the Gutter (Antologi Puisi Dua Bahasa (Indonesia- Ingris), 2013), Satu Kata Istimewa (Ombak 2012), Igau Danau (Sanggar Imaji, 2012), Sajadah Bulan dan Orang-orang Tercinta: 101 Puisi Cinta Untuk TKI, (AGP, 2012), Presiden untuk Presidenku, (SANY, 2012), Jatuh Cinta Pada Palestina, (Umahaju, 2012), Bulan Sembilan, (FLP Kudus, 2012), Pahlawanku, (Wangsa Indira Jaya, 2012), Dialog Tanian Lanjhang (Majelis Sastra Madura, 2012), Bima Membara (Halaman Moeka Publishing, 2012), 50 Penyair Membaca Jogia; Suluk Mataram (Great Publisher 2011), Mazhab Kutub (Pustaka Pujangga 2010), dan Antologi Puisi Tunggalnya, berjudul Hymne Asmaraloka (Digital: Betread, 2014). Kini bermukim di Jakarta sebagai editor dan founder website: Arsip Penyair Madura Indonesia.

Omerta
: Don Corleone

manusia, ras terganas di dunia
cinta, racun tak terbayar harta benda
sesaat peradaban semarak taman surga
akhirnya porak-poranda serbuan propaganda

"omerta," sebai-baiknya senjata
hukum bawah tanah pegunungan Sisilia
aturan maling di kandang-kandang sapi Madura
nian benar, 'diam adalah emas'

dan Tuhan, kemasyhuran pemangku jagad rahasia
tertimbun kerakusan manusia atas nama cinta
"o, omerta," peradaban bergerak dalam
genggaman

anak-anak bermata gadget bertanya, "dari mana datangnya
mimpi?"
olah otak-daya pikir meledak-ledak, hancur-leburlah
tatanan bumi
dan bersamanya Tuhan disandra: "omerta, omerta, omerta!"

19 Juni 2014-24 Maret 2016


Aku Sebutir Pasir

aku sebutir pasir dihempaskan badai
ke wajahmu perih asin menyengat kelopak
dan bola matamu redamkanlah ke air sirih
di jambangan biar lenyap dan aku tak kembali

begitulah hadirku kaudekap dalam gelap
halus bentukku kaubawa setiap hatimu pergi
aku pun tak sempat berkata
dari mana aku ada-kemana akan tiada

di seperempat malam itu kau lempar aku
dengan setetes air murni dari tubuhmu
tanpa suara aku raib ditelan subuh

lalu burung-burung hantu pergi mengerikan
meninggalkan sisa tubuhmu
pasrah ditikam mata belati kegelapan

Yogyakarta, 18 September 2013

Kukecup Soneta Hujan
: Pablo Neruda

kutulis soneta setiap hari pada diri
kepadamu yang berlimpah pesona nurani
dengan sisa kata yang menolak menjadi puisi
sendu haru yang melanda seisi negeri

gempa emosi runtuhkan kastil-kastil jiwa
setiap retakan dindingnya membenda
satu demi satu bangkit sebagai luka
dan di bilik hati kauhatamkan segala yang alpa

aku berteriak keras sampai hanya geming
tepat di sisi leher dan rambutmu yang hening
mengkristal di kedalaman kecupku

sonetaku pergi ke dasar diri
sebab para penghuni negeri
tiada mendamba selaksa puisi

Jakarta, 30 Agustus 2013


Penulis Diri

aku menulis setiap gejala dalam diri
menyusunnya dengan hati-hati
dan kuakrabi kata-kata pucat pasi
sebelum puisiku lenyap tanpa arti

aku menulis karena diri terlanjur fasik
jiwaku telah tuli akan firman yang memusik
kedua tangan sama-sama kidal
mendirikan takbir pun gagal

aku kehilangan peta di jalan para wali
tersesat di belantara kota tanpa pesan sang Nabi
sambil terus kuseret kaki demi rumah Ilahi

aku hanya bisa menulis gejala diriku ini
sebagai tragedi yang bukan perang suci
menjadi soneta melankolis atau puisi komedi

Yogyakarta, 25 September 2014


Kuil

milik siapa air mata di kelopakmu?
musim hujan baru saja tiba di kota ini
kota tua kehilangan jiwa-jiwa penghuninya
dan sudah lama tiada tangis nurani di sini

kita mesti terima setiap pahala jatuh
usai kerja dan amal saleh tertunaikan
bukankah detak dan gerak dari tubuh
tak lain dari perjuangan kehidupan?

kata-kata cinta dalam prosa dan puisi
purna jadi hiburan hampa di kota ini
lalu kita akan berpuas diri dalam mimpi

mari kita gali tanah sedalam sejarah peradaban
buat kuburan fantasi dunia kota-kota
di atasnya kita bangun kuil-kuil kebijaksanaan

Yogyakarta-Jakarta, 31 Oktober 2013

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.