Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Buku: Baca AKu karya Moh. Alvin Windro Wicaksono

Buku: Baca AKu karya Moh. Alvin Windro Wicaksono

Identitas Buku
Judul Buku               : Baca Aku
Kategori                     : Kumpulan puisi
Penulis                       : Moh. Alvin Windro Wicaksono
Penerbit                    : SituSeni Bandung
Cetakan Pertama     : Oktober 2017
ISBN                           : 978-602-5434-27-3
Tebal                          : 166 halaman

Sekilas Tentang Buku
Penulis mengangkat judul buku kumpulan puisi pertamanya ini dengan “Baca Aku” sebab terinspirasi dari wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad yang memerintahkannya untuk membaca. Sekilas, buku ini juga seperti berkata, “Bacalah aku!” Tersirat kesedihan dia –buku-- sebab hanya tergeletak di rak, tanpa ada tangan-tangan yang menjamahnya; tanpa ada lidah-lidah yang merapalkannya. Majunya teknologi pun membuat generasi di era ini lebih tertatik kepada gawai daripada buku. Tingkat literasi menurun, perpustakaan semakin sepi, adanya buku dalam bentuk digital (ebook) pun dikerap dibajak (di-copy dan disebarluaskan dengan tidak bertanggungjawab).
            Sebenarnya, di dalam buku ini tidak berisi puisi-puisi yang thusus memberi amanat untuk senantiasa membaca. Seperti halnya al Quran, isinya tidak terfokus kepada satu tema. Isi buku ini juga berisikan puisi tentang cinta, perjuangan, pengorbanan, kenangan dll. Secara umum, menerangkan perjalana rasa, karsa, dan bahasa; perasaan dan pemikiran penulis dari masa ke masa. Berisikan tentang yang telah lalu, kehidupan sekarang, dan harapan di masa depan.
“Baca Aku” di sini seperti “Iqra’,” yang terdapat dalam al Quran; yang mana segala sesuatu harus dimulai dengan membaca. Sebelum memasuki gerbang pemahaman, sebelum memasuki gerbang penafsiran, sebelum memasuki gerbang penghayatan, sebelum memasuki gerbang pemaknaan, masuki dulu gerbang pembacaan. Setelah dibaca, dihayati, dimaknai dan dipahami, barulah didakwahkan dengan mendeklamasikannya di hadapan banyak orang. Intinya, sebelum apapun itu, BACA dulu. 

Endorsement
Secangkir kopi, hujan, kenangan, mencintai, luka dan berfilsafat, dalam artian mencari kebenaran alternatif versi manusia, menjadi keasyikan bagi Alvin Windro Wicaksono, sambil merangkai sejumlah larik untuk mencari wajah dan bentuk ucap paling orisinal. Usia belia, hasrat yang tinggi, dan keberanian untuk berspekulasi, menjadi bekal untuk Alvin dalam menemukan yang ia cari.Puisi-puisinya menerangkan semua itu.
(Doddi Ahmad Fauji, Kepala sekolah di Sekolah Kewajaran Bersikap, Pemimpin Penerbit SituSeni, dan penyair serta seniman dari Bandung).

Buku kumpulan puisi ini mencerminkan kesabaran dalam menikmati cinta, setiap lika likunya begitu tenang.
(dr. Rachmat Faisal Syamsu, M.Kes., Dosen FK UMI, dan penulis asal Makassar).

Tertarik untuk membacanya? Silahkan hubungi penulis secara langung via email atau Facebook (windroalvin@gmail.com).


Tentang Penulis
Cangkir Seduh; sebuah nama pena yang dipakai oleh penulis ketika menorehkan karyanya. Nama asli penulis adalah Moh. Alvin Windro Wicaksono. Penulis lahir di Batam pada 13 Juni 1997. Sejatinya, ia adalah keturunan suku Jawa. Kedua orang tuanya berasal dari Batang, Jawa Tengah. Ia lahir dan besar di Batam, sebuah daerah yang sangat multikultural. Suku di sana adalah Melayu, bahkan bahasa sehari-hari yang digunakannya adalah Indonesia. Namun, secara pergaulan, di sana penulis sering bercengkrama dengan berbagai macam suku, seperti Batak, Flores, Jawa, Sunda, Padang, dll.
            Setelah lulus SMP, penulis melanjutkan pendidikannya di Solo, Jawa Tengah. Lebih tepatnya di MA Ponpes Al Madinah Boyolali, Jawa Tengah, dekat dengan Bandara. Selama 4 tahun ia menempuh pendidikan di sana. Ketika di pesantren, ia mendalami ilmu sastra Arab. Penulis banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu syair. Bahkan, dahulu sebelum ia menulis puisi, ia lebih menyukai syair Arab. Dahulu ia tidak menyukai puisi Indonesia, karena sulit dipahami. Puisi hanya menjadi kewajiban baginya ketika ulangan Bahasa Indonesia.
Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Ia menempuh pendidikan dalam bidang Bimbingan dan Konseling. Di sana ia mulai mengenal budaya Sunda. Di sana pula ia mulai menulis puisi. Berawal dari ketertarikannya terhadap dunia stand up comedy. Sebab di stand up comedy, komika perlu menulis materi sebelum dibawa ke atas panggung. Dari sana ia menulis materi komedi, kemudian meluas menjadi senang menulis semacam curhatan, meluas kepada quotes, mencoba-coba menulis cerita, dan akhirnya ia pun menulis puisi; hingga saat ini ia mendalami dalam dunia kepenulisan puisi.


Baca Juga:


Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.