Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Puisi-Puisi Harmany

Puisi-Puisi Harmany

Angin Kecil Di Charleville
                 (di sebuah beranda)

waktu itu, zoysia selalu hijau, angin kecil di beranda bergerak pelan,
tak ada harum tanah seperti wangi tubuhmu
di tepi jendela dengan gordin ungu, tak ada yang ditunggu,
tak akan diingat lagi; di atas rumput bunga di sana,
saat-saat kematian menakuti, sementara
burung burung pipit pergi,  petang hari berlari
kulihat renyai udara perlahan kembali, dari luar jendela
tak sengaja ku eja tiap helai rambutmu, geraknya yang lembut
halus seperti bulu jagung muda, di malam yang cantik dan anggun
angin nakal menghentikan pandanganku
sementara,  bau nyengat vodka masih membius rasanya
aku terlempar di ranjang empuk seorang kizrete
dengan sprei merah dan wangi chevignon itu
ketika udara menguliti semua anugerah penglihatanku
dijalan menuju kotamu, jalanan yang licin

kudengar suara walkman butut Van Hougan menangis
minggu malam, hari hari haru biru, bagai senarnya yang menjerit
aku melihat malai malai sedap malam terbang, dari matamu
butiran manik manik cahaya berhambur, menyatu dan lerai seketika
ada warna yang kuingat dalam sana, persis tawamu
pada malam putih yang kau tulis puisi
pada tangis yang kau tampung
pada rumahrumah yang kau pasung, oh tuhan
pada diam katakata, padanya
denting piano

waktu itu juga, kuikuti alur cahaya remang lostamasta, dunia
tempat paling sunyi dari pekuburan, kukira
dalam dukacita berkepanjangan sampai melupa
kesedihan juga lahir dari pangkal kecut keringatmu
bercampur sisa chevignon dengan wangi bargamot itu
dadamu semakin tak muat menahan nyilu
di tepi jendela, di tengah hujan oktober-november akhir
ku eja tiap helai rambutmu bagai merah bulu jagung
tapi udara dingin, nakal sekali menggoda, senyummu
bungabunga popi menyala sepanjang napasmu di sana
tak habis kureguk wangi sedap malam juga
di ranjang dengan sprei merah membara, waktu itu
zoysia selalu hijau, seluruh tubuhmu
seperti buku-buku dungu, berserakan di samping kanan kiri
tempat dimana aku dan kau mabuk bersama
oleh kejernihan katakatanya

_
Madura, Akhir 2015

Di Kanal-Kanal Ardennes

akhirnya kau tunggu juga
angin yang ngilu, dari semua sudut penjuru
matamu, tak pernah habis berdegup kencang dalam sana
kulihat kilau kilau syamantaka-mani berderai pelan
menetes hingga suatu senja merah cakrawala
dari sudut kanal-kanal Ardennes
kudengar Van Houghan masih menjerit
hari hari biru mendekam seluruh penglihatanku

tak cukup berhenti disitu
ingatanku kembali pada lachrymae yang pedih
di tangan Leighton, dan mimpi sidasida itu,
adakah ia bunga bunga herbers meniupkan tangismu
tangis waktu yang ditundukkan mata-hari

sore, telah berlalu dan sekian banyak waktu
pada akhirnya kau tunggu juga
malammalam putih dan seluruh tawamu
ketika udara asin dan likat menyerbu
sepanjang jalan Charleville, bangku bangku kosong itu
suara setengah oktaf dari jerit lagu lama masih
kudengar, tiap gerak angin yang larut disana
malam yang curiga, yang selalu buta
di ceruk muara
matamu
_
Madura, Akhir 2015

Viola
(in memoria Eva Fezollari)

awan dingin putih;
malam makin memperluas cahaya
dari langit, hatimu
adalah getargetar lilin mendera angin

di malam-malam penuh gelisah dan ngeri
bungabunga viola menyala dikau sendiri
dalam melas-kasih, kau merayakan kesunyian
bersama denting piano, senin biru, salju turun

tak biasanya, kau menunggu menatap keluar,
dari matamu seribu angsa menggelepar
puting dadamu dicabik berbagai cerita bergambar
dunia yang selalu berlayar
di tepi jendela itu, dalam remasan tanganmu

kau menerka ini semua sudah terjadi
ketika pagi bersalju, jarimu terlalu beku
untuk lepaskan matahari yang enggan bangun,
dan bangkit disitu

aku tahu dan mencoba menebak airmatamu
dalam sana, sungai-sungai tak henti mengalir
kau bendung, semua derai katakata
cinta yang lindap demikian merobek dunia
ketika itu juga, tubuhmu seperti terdampar
dari benua ke benua, antara musim ke musim
cuaca berganti, tapi sampai detik ini

pandanganmu, seperti udara menjaga tetap sejuk
hari-hari seperti cerah kemudian
duriduri menjaga tiap bunga
bermekaran, dan saling melepaskan aroma
di udara, awan dingin putih mengurai tebal kabut
cahayacahaya menjadi selimut
jiwamu
_
Madura, 2015

Harmany, lahir di Pamekasan, 29 Juni 1982, di Jln. Pahlawan No 12 Dusun Tenggina Desa Kadur Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan. Puisinya terbit dan tergabung dalam antologi bersama, HMGM Indramayu dalam Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia IV tahun 2016, dan V tahun 2017, Antologi bersama, minduelle, rumput bunga, kepada penari izu (Stepa Pustaka), dan tergabung di Antologi bersama beberapa penerbit, serta beberapa puisinya yang tersebar di media online dan offline, selain menulis ia berprofesi sebagai petani, kini ia menetap di Desa Kadur Pamekasan Madura.

Alamat email abe.harmany@gmail.com

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.