Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Aku Ingin Seperti Soe Hok Gie - M. Azwan Anas

Aku Ingin Seperti Soe Hok Gie - M. Azwan Anas

Oleh M. Azwan Anas
Mahasiswa Akuntansi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta


Keinginanku menjadi seperti Soe Hok Gie adalah melihat kegigihan dan ketekunannya dalam mempelajari setiap ilmu. Menahan lelahnya belajar dan memiliki keberanian untuk melakukan kritik dan perlawanan atas kedholiman. Jiwa kepemimpinan dengan kebijaksanaan dalam kata-kata membuatnya masyhur dikalangkan mahasiswa, apalagi dengan tulisan yang tajam dan pemikiran yang radikal dengan banyaknya buku yang dibaca. 

Menjadi seorang demonstran seperti Soe Hok Gie merupakan impianku semenjak aku datang ke Solo. Aku mulai mengenalnya lewat buku catatan hariannya Catatan Seorang Demonstran yang merupakan catatan perjuangan melawan kebodohan dalam diri dengan membaca beberapa buku sastra dan pemikiran, kisah asmarah, juga heroisme dalam menentang ketidakadilan. Bagi Soe Hok Gie, Aksi demonstasi mahasiswa tidak hanya dilakukan dengan turun ke jalan, namun juga dengan pena untuk kritik seperi Muchtar Lubis dalam Koran Harian Rakyat atau propaganda sebagaimana yang pernah  dilakukan oleh Soeharto dalam menjaga kekuasaannya pada masa Orde Baru.

Aku mulai menggeluti dunia literasi sejak semester 4, itupun bacaanku masih kalah baik dengan Soe Hok Gie ataupun mahasiswa tahun 90-an. Namun aku berusaha untuk berikhtiyar dalam membaca, walaupun masih banyak waktu luang yang terbuang untuk kegiatan kurang bermanfaat, akan tetapi aku telah berusaha mengisi waktu luangku untuk membaca. Dari sini aku menyebut diriku sebagai pembaca gagal dan berusaha menjadi pembaca yang tabah. 

Membaca bagiku penting, namun tanpa diobrolkan atau di diskusikan hanya akan memenjarakan pikiran sendiri dan  tidak mampu memahami luasnya samudera pengetahuan. Aku berusaha mengisahkan setiap selesai membaca kepada teman sekamar atau teman ngopi, bahkan aku pun mulai membincangkan buku yang telah ku khatamkan di hadapan teman-teman mahasiswa dalam acara Obrolan Buku UKM LPM DINAMIKA setiap hari kamis. Sudah dua buku yang aku obrolkan, buku Nasionalisme dan Revolusi Indonesia karya George Mc. Kahin, buku yang menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa dan dosen yang fokus pada sejarah revolusi Indonesia dan Kartini; Sebuah Biografi karya Siti Soemandari Soeroto dalam rangka merayakan kebebasan perempuan atau memperingati hari Kartini. Akan tetapi sebagai taggungjawab pembaca setelah mendiskusikan buku yang telah selesai dibaca adalah menulis. Aku masih belum bisa menulis sehebat Soe Hok Gie pada masanya, yang dikagumi oleh banyak orang karena ketajaman tulisannya. Tapi, aku akan terus berusaha.

Sangat disayangkan di era milenial ini hanya sedikit mahasiswa yang mengenal Soe Hok Gie, apalagi dengan kemajuan teknologi membuat mahasiswa tidak lagi mementingkan intelektual dan sibuk dengan kegiatan yang memberikan kenyamanan dalam diri. Lahirnya Handpone Android sepertinya berhasil menjajah kaum terpelajar indonesia untuk hidup dengan kebodohan dan melupakan diri sebagai seorang pemuda generasi penerus bangsa. Perjuangan mahasiswa 98 yang memerdekakan mahasiswa dalam berbagai kegiatan intelektual kini mulai dilupakan. Lahirnya reformasi tidak berhasil mencipta generasi seperti Soe Hok Gie, walaupun dengan kebebasan untuk membaca buku-buku revolusi.

Aku ingin seperti Soe Hok Gie dengan semangat revolusi menjadikan buku sebagai kekasih.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.