Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Ketika Nabi Tak Berbagi - Norham Abdul Wahab

Ketika Nabi Tak Berbagi - Norham Abdul Wahab

Oleh Norham Abdul Wahab



“Namun kali ini, tanpa berbasa-basi, Baginda Nabi Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam memakan segenggam kurma tersebut sendirian. Satu persatu, kurma di genggaman diambil Baginda Nabi shallahu’alaihin wasallam dan dimakan dengan lahap hingga habis, dengan wajah tersenyum bercahaya. Dan alangkah senang dan gembira hati si Fakir melihat hal itu. Subhanallah…”


SESUNGGUHNYA, sangat banyak riwayat yang memperlihatkan kemuliaan, kedermawanan dan keagungan akhlak mulia Baginda Nabi Muhammad Rasulullah shallahu’alaihi wasallam. Bahkan, tidak semata sahabat radhiallahu’anhum yang mengagumi dan menjadikannya sebagai suri tauladan. Allah subhaana wata’alapun secara langsung sudah memfirmankan di dalam Alquran akan kemuliaan itu. Di antaranya, yang terlihat dalam Surat Al Ahzab (33) ayat 21, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat, dan ia banyak menyebut (berdzikir) kepada Allah.”

Firman Allah subhaana wata’ala yang Maha Mulia itu merupakan pondasi dalil yang agung dalam meneladani Baginda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, dalam usaha kesabaran, istiqamah, perjuangan dan penantian beliau terhadap pertolongan Rabbnya. “Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad shallahu’alaihi wasallam, sampai hari pembalasan,” tambah WakItam, berdoa.

Allahuma shali’ala Sayyidina Muhammad shallahu’alaihi wasallam,” jawab jemaah mustami’ Majelis ‘Kisah Wak’ serempak, baik jemaah ikhwan maupun akhwat.

Adalah Sayyidina Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu yang pernah berkata, sesungguhnya Baginda Nabi Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam adalah seorang yang paling dermawan. Sampai-sampai sahabat radhiallahu’anhum berpendapat, kedermawanan Baginda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam lebih daripada kedermawanan angin yang bertiup. Wow… “Semua sahabat radhiallahu’anhum menyampaikan, Baginda Nabi shallahu’alaihi wasallam tidak pernah menolak untuk memberi sesuatu kepada orang yang meminta,” ujar WakItam.

Bahkan, tambah WakItam, ada kisah tentang Sayyidina Rabi’ bin Mu’awwid Afra radhiallahu’anhu yang disuruh ayahnya mengantar satu sha’ buah kurma dan mentimun kepada Baginda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Dan pada waktu yang sama, sejumlah perhiasan dikirimkan kepada beliau dari Bahrain. Lalu, Baginda Rasulullah shallahu’alaihi wasallam mengambil segenggam dari perhiasan emas dan permata itu, dan diserahkan kepada Sayyidina Rabi’ radhiallahu’anhu. Begitulah…

“Masyaallah… Masyaallah…” sahut jemaah mustami’. Lalu mereka komat-kamit berbisik kepada orang-orang di sebelahnya.

Sementara itu, WakItam memilih dan mengambil sebuah kitab yang tergeletak di meja kecil di hadapannya. Lalu, terlihat sibuk mencari sesuatu di dalamnya, dengan cara membolak-balikkan halaman demi halaman, sehelai demi sehelai. Cukup lama WakItam begitu, hingga kemudian ia terlihat tersenyum. “Ini dia,” ujarnya, senang. WakItampun menyampaikannya.
Adalah seorang pengemis yang datang. Dengan serta-merta, tanpa ragu, ia mengetuk pintu rumah Baginda Nabi Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Ketika itu, Baginda Rasulullah shallahu’alaihi wasallam sedang duduk-duduk bercengkerama dengan istri tercinta, Sayyidatina Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq radhiallahu’anha.

“Saya adalah seorang pengemis, dan ingin meminta sedekah dari Rasulullah,” teriaknya dari luar rumah.

Baginda Nabi Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam segera bersabda dengan suara lembut, “Wahai Aisyah, berikan baju itu kepada pengemis tersebut.” Tangan mulia Baginda Rasulullah shallahu’alaihi wasallam menunjuk ke sebuah baju bersih yang telah terlipat rapi, dan terletak di lantai rumah. Sayyidatina Aisyah radhiallahu’anhapun melaksanakan perintah Baginda Nabi shallahu’alaihi wasallam.

Setelah menerima baju milik Baginda Rasulullah shallahu’alaihi wasallam tersebut, pengemis itu langsung menuju pasar. Sesampainya di sana, dengan suara lantang ia berkata, “Ini adalah baju Muhammad Rasulullah. Tadi aku ke rumahnya, dan beliau memberikan baju ini untukku. Siapakah yang hendak membeli baju Rasulullah ini?”

Mendengar itu, orang-orangpun berkumpul dan hendak melihat baju tersebut. Kemudian, hiruk-pikuk melakukan penawaran atas baju tersebut. Dan keributan itu didengar oleh seorang lelaki yang buta kedua matanya. Lalu, segera ia memerintahkan budaknya untuk membeli baju itu, dengan harga berapa saja. “Jika engkau berhasil mendapatkannya, engkau akan aku merdekakan,” ujarnya.

Si Budakpun bersegera ke sana dan ikut lebur ke dalam suasana hiruk-pikuk itu, untuk melakukan penawaran dengan harga berapa saja. Atas kegigihannya, berbekal dana pembayaran yang tak terbatas dari tuannya, akhirnya ia berhasil mendapatkan baju Baginda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam tersebut, dan langsung menyerahkannya kepada sang tuan.

Alangkah girang dan gembiranya tuan yang buta itu. Dan dengan masih memegang baju Baginda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam erat-erat ke dalam wajahnya, ia berdoa, “Yaa Rabbku, dengan haq Rasulullah dan keberkahan baju yang suci ini, maka kembalikanlah penglihatanku.” Berkali-kali ia mengucapkan doa itu, dengan suara lantang, diiringi tangis yang tersedu.
Subhanallah… Atas izin Allah subhaana wata’ala, dalam waktu sekejap saja, tuan buta tersebut dapat melihat kembali, dapat memandang apa-apa yang hendak dipandangnya. Iapun melonjak girang dan gembira,” ujar WakItam, dengan suara bergetar.
“Subhaanallah… Subhaanallah…” sahut jemaah mustami’ serempak, dengan suara tak dapat ditahan di tenggorokan.

Dan keesokan harinya, dengan berjalan sendiri tanpa perlu pembimbing lagi, tuan yang telah dapat melihat kembali itu pergi menemui Baginda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam di rumahnya. Lalu, dengan suara gembira, ia bercerita kepada Baginda Nabi shalallahu’alaihi wasallam tentang peristiwa tersebut dan membuat Baginda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam ikut bergembira sambil sesekali tertawa secukupnya, hingga nampak giginya yang mulia. Lalu, tuan yang telah dapat melihat itu berkata, “Wahai Rasulullah, pandanganku sudah kembali. Maka kini, aku kembalikan baju ini sebagai hadiah dariku.” Lalu, ia pergi.

Setelah itu, Baginda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda kepada Sayyidatina Aisyah radhiallahu’anha, “Lihatlah, Aisyah, dengan berkah dari Allah subhaana wata’ala, menyedekah baju ini telah dapat mengayakan orang miskin, menyembuhkan orang yang buta, memerdekakan seorang budak, dan kembali lagi kepada kita.” Masyaallah…

“Bersedekahlah,” ujar WakItam, pendek, yang disambut ucapan, “Insyaallah!” dari semua jemaah mustami’ yang hadir di Surau Abdul Wahab, di malam yang tenang itu.
Namun, ujar WakItam berikutnya, pernah juga tercatat dalam sejarah, bahwa ternyata Baginda Nabi shalallahu’alaihi wasallam juga pernah memakan hadiah seseorang sendirian saja, tak berbagi kepada sahabat radhiallahu’anhum yang ada di situ. “Ini tentu sebuah kisah yang mengejutkan,” ujar WakItam. Dan kabar ini, juga mengejutkan jemaah mustami’ yang hadir, sebab membuat mereka tak percaya, bahwa Baginda Nabi shalallahu’alaihi wasallam pernah enggan berbagi.

Ya, suatu ketika, datanglah seorang faqir menemui Baginda Nabi Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Di tangannya terlihat segenggam kurma. Ia berhajat hendak menghadiahkan kurma itu kepada Baginda Nabi Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Ketika itu, Baginda Nabi shallahu’alaihi wasallam sedang bermudzakarah dengan para sahabat radhiallahu’anhum.

Dengan wajah berseri-seri gembira, si Fakir menyerahkan segenggam kurma tersebut kepada Baginda Nabi Rasulullah shallahu’alaihi wasallam. Dan dengan wajah berseri-seri gembira pula Baginda Nabi shallahu’alaihi wasallam menerima pemberian hadiah si Faqir. Dan biasanya, Baginda Nabi Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam akan segera membagi-bagikan hadiah tersebut kepada para sahabat radhiallahu’anhum, agar semua dapat merasakannya.

Namun kali ini, tanpa berbasa-basi, Baginda Nabi Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam memakan segenggam kurma tersebut sendirian. Satu persatu, kurma di genggaman diambil Baginda Nabi shallahu’alaihin wasallam dan dimakan dengan lahap hingga habis, dengan wajah tersenyum bercahaya. Dan alangkah senang dan gembira hati si Fakir melihat hal itu. Subhanallah…

Dan setelah si Fakir beranjak dari situ --dengan hati dan wajah yang cerah bergembira-- para sahabat radhiallahu’anhum yang merasa sangat heran dengan perilaku Baginda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, akhirnya bertanya. Cergas dan tangkas, Baginda Nabi shalallahu’alaihi wasallam menjawab, “Sesungguhnya, saat pertama kali aku menggigit kurma tadi, aku mendapati rasanya sangat masam. Jika aku membagikan kurma itu kepada kalian, aku khawatir kalian akan mencela di depan orang yang menghadiahkan, sehingga akan menggores dan melukai hatinya.”

“Subhanallah… Subhanallah…” jemaah mustami’ bertasybih takjub atas kemuliaan akhlak Baginda Nabi Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam.

“Semoga ini menjadi pelajaran yang berharga,” ujar WakItam.

“Aamiin Allahu aamiin…” sahut jemaah mustami’.


“Cukup ya, malam sudah semakin legam. Dan semoga sisa malam ini, Allah subhaana wata’ala beri taufik dan hidayah yang banyak, sehingga kita bisa berjaga dan beramal ibadah apa saja, untuk mendapat ridha Allah subhaana wata’ala. Malam-malam di sisa usia, sangat mahal harganya. Insyaallah…”***

___________
(Salah satu tulisan dalam naskah SERI KISAH WAK karya Norham Abdul Wahab yang akan diterbitkan oleh TareSI Publisher, November 2018)

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.