Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

39 Petuah Habib Luthfi bin Yahya

39 Petuah Habib Luthfi bin Yahya

Habib Luthfi bin Luthfi lahir di Kota Pekalongan, 10 November 1947; umur 71 tahun, tanggal lahirnya bertepatan dengan 27 Rajab 1367 H. Saat ini: Ra'is ‘Amm dari Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah Al-Nahdliyah, Kepala MUI Jawa Tengah, dan pemimpin spiritual dari tarekat Ba Alawi di Indonesia. Ba Alawi adalah keturunan Nabi (SAW) yang bermigrasi ke Hadramaut di Yaman pada awal sejarah Islam. Mereka memainkan peran utama dalam membawa Islam ke Timur Jauh, termasuk Indonesia dan Malaysia, dan mereka sangat menonjol hingga hari ini.



Berikut 39 petuahnya pada kita semua:

1.
“Perselisihan para ulama fikih ibarat biji mangga, tumbuh bercabang kemudian menumbuhkan ranting, dari ranting kemudian muncul dedaunan dan buah-buahan yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda.”
-Habib Luthfi bin Yahya

2.
“Rahasia Allah terletak pada makhluk-Nya.”
-Habib Luthfi bin Yahya

3,
“Sesama wali quthub meski memiliki pangkat kewalian yang sama tetapi memiliki sirr atau rahasia yang berbeda. Salah satu hikmahnya adalah agar tidak ada kecemburuan di antara makhluk Allah.”
-Habib Luthfi bin Yahya

4.
“Jangan sekali-kali melupakan guru yang telah mengenalkanmu dzahir-dzahir syariat, terlebih guru mursyidmu yang telah membimbingmu menuju Allah. Salah satu sebab kenapa aku memperoleh derajat terhormat saat ini adalah karena aku sangat menghormati guru-guruku.”
-Habib Luthfi bin Yahya

5.
“Rizki itu ada dua, Tajrid dan Kasbi. Rizki Tajrid diperoleh tanpa melalui ikhtiar, inilah karunia yang Allah berikan kepada para auliya' (kekasih Allah). Sedang rizki Kasbi didapat melalui proses ikhtiar.”
-Habib Luthfi bin Yahya

6.
“Rizki itu ibarat tangki mobil, sudah ada takarannya gak bisa dilebihkan atau dikurangi. Kalau dilebihkan bisa-bisa luber dan kalau dikurangi bisa-bisa pengemudi tidak sampai ke tujuan.”
-Habib Luthfi bin Yahya

7.
“Jangan kau akui keilmuan seorang alim yang suka mencerca para auliya’ dan ulama.”
-Habib Luthfi bin Yahya

8.
“Qana’ah dan zuhud adalah pakaian tani yang kita gunakan untuk menggarap lahan di sawah, pelindung dari kotoran-kotoran dan lumpur yang bisa menodai tubuh kita di kala menggarap lahan. Begitulah kaum sufi memandang dunia, mereka tetap bekerja, ikhtiar mencari rizki dengan bersikap qana’ah dan zuhud agar kotoran dunia tidak mengotori hati mereka yang bersih.”
-Habib Luthfi bin Yahya

9.
“Anda keliru jika menyangka para ulama sufi tidak kaya. Al-Imam Abul Hasan asy-Syadzili memiliki empat ekor kuda paling mahal di masanya, kereta kudanya memiliki dua roda yang dihiasi mutiara dan batu mulia, tapi tidak sedikitpun kemegahan kereta kuda itu mengisi relung hatinya. Bahkan ketika ada orang yang takjub akan kemegahan kereta kudanya dan sangat menginginkan apa yang dimiliki sang sufi, asy-Syadzili lantas memberikan kereta kudanya untuk orang tersebut.”
-Habib Luthfi bin Yahya

10.
“Tidak usah memikirkan kekeramatan, yang penting kalian mendalami sekaligus mengamali secara benar dzahir-dzahir syariat.”
-Habib Luthfi bin Yahya

11.
“Aku tidak pernah belajar komunikasi dengan arwah di alam barzakh. Aku bisa karena memiliki mahabbah (kecintaan) kepada mereka. Ilmu seperti itu tidak usah dipelajari, berbahaya, karena kalian belum bisa membedakan mana arwah para wali dan mana arwah yang merupakan jelmaan iblis.”
-Habib Luthfi bin Yahya

12.
“Hikmah di balik tanaman yang diletakkan di atas kuburan adalah untuk meringankan adzab si ahli kubur. Karena selama tanaman itu masih hijau, dia (tanaman) bertasbih memujiNya. Hal inilah yang menjadi sebab turunnya rahmat diringankan siksaan si ahli kubur.”
-Habib Luthfi bin Yahya

13.
“Kasih sayang seorang wali itu sama seperti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, bahkan mereka rela menanggung adzab yang turun di umat mereka. Begitulah sifat para auliya’.”
-Habib Luthfi bin Yahya

14.
“Rahmat turun karena sebab ikhtiar. Contoh: sakinah, mawaddah dan rahmah akan muncul jika seseorang sudah ikhtiar untuk menikah.”
-Habib Luthfi bin Yahya

15.
“Qudrat dan iradat Allah Swt. ditunjukan pada tiap makhluk yang telah Dia ciptakan.”
-Habib Luthfi bin Yahya

16.
“Make up orang mukmin ialah bekas sujud yang memancar dari wajahnya.”
-Habib Luthfi bin Yahya

17.
“Maksiatnya Nabi Adam As. merupakan tarbiyah Allah Swt. kepada Nabi Adam As. agar kelak jangan mengulangi perbuatan tersebut.”
-Habib Luthfi bin Yahya

14.
“Hikmah diperoleh setelah penalaran yang mendalam. Hikmah juga mengajarkan seseorang untuk bersikap sabar.”
-Habib Luthfi bin Yahya

15.
“Demi menghormati Abdullah bin Umi Maktum, Rasulullah Saw. selalu berdiri tiap kali ada orang buta yang lewat di hadapan beliau.”
-Habib Luthfi bin Yahya

16.
“Berpalingnya Rasulullah Saw. dari Abdullah bin Umi Maktum membuat beliau ditegur oleh Allah Swt. dengan cara yang halus yaitu dengan dhamir ghaib: “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling”, bukan dengan dhamir mukhathab: “Kamu (Muhammad) bermuka masam dan berpaling”, (QS. ‘Abasa ayat 1). Hal ini adalah bentuk pendidikan sekaligus perintah Allah kepada Rasulullah Saw. untuk menyampaikan dakwah, terlepas dari diterima atau tidaknya dakwah Rasulullah Saw., sebagai kewajiban beliau selaku utusan Allah sekaligus menekankan bahwa hak Allah Swt. adalah memberikan hidayah pada siapa saja yang Dia kehendaki.”
-Habib Luthfi bin Yahya

17.
“Salah satu penyakit hati yang berbahaya adalah hasud. Hasud jika dikombinasikan dengan sifat ghaflah atau lalai akan memunculkan sikap sombong.”
-Habib Luthfi bin Yahya

18.
“Hasad dan marah adalah dua hal yang saling berhubungan satu sama lain.”
-Habib Luthfi bin Yahya

19.
“Segala sesuatu memiliki batasan, termasuk kesabaran. Jika sabar tidak memiliki batas, mungkin Kanjeng Nabi Saw. akan diam saja dan tidak akan memerangi kaum kafir di Perang Badar.”
-Habib Luthfi bin Yahya

20.
“Bersabar tidak boleh menuruti hawa nafsu tapi harus dengan ilmu.”
-Habib Luthfi bin Yahya

21.
"Seorang muslim agar mendapatkan keselamatan Insya ALLAH, di dalam agama, dunia dan akhirat haruslah memegang teguh beberapa prinsip ini."
-Habib Luthfi bin Yahya

22.
"Pegang teguh teladan salaf shalihin. Baik itu thariqah-nya, akhlaknya, amal salehnya. Pegang teguh dan kuat mantap, walaupun kamu sampai sulit dan kere (sangat miskin) tetaplah teguh memegang teladan Salaf Shalihin. Gigit kuat dengan gerahammu, jangan dilepas jika kamu ingin selamat dan mendapat ridho-Nya."
-Habib Luthfi bin Yahya

23.
"Jadikanlah keimanan sebagai Imam bukan akal yang menjadi ujung tombaknya. Hati-hati di akhir jaman ini, akan dan sudah banyak muncul paham dan orang-orang yang lebih mengedepankan akal-rasio-logika dibandingkan imannya. Seharusnya Iman menjadi imamnya, akal & logika menjadi makmumnya, mengikuti iman. Tinggalkan pendapat orang-orang yang mengedapankan akalnya dibanding imannya. Percuma dan sia-sia waktumu jika menanggapi orang-orang yang demikian, kamu akan rugi dunia akhirat. Karena bagaimana mungkin akal manusia bisa menerima seluruh kebesaran khazanah kerajaan Allah SWT, hanya keimanan yang dapat menerima kebesaran Allah SWT."
-Habib Luthfi bin Yahya

24.
"Ziarah shalihin, baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup, dan kuatkan tali ikatan silaturahim. Berziarah (mengunjungi) kaum shalihin jangan hanya ketika ada maunya, kalau ada perlunya saja. Hal itu baik tidak terlarang, tetapi kurang kemanfaatannya untuk jangka panjang. Hanya untuk kebutuhan-manfaat sesaat belaka, sungguh sangat disayangkan. Tetapi alangkah baiknya kita berziarah sholihin itu karena mahabbah ilaa mahbub, kecintaan kepada yang dicintai. Kalau hal ini dijalin dengan baik maka ia akan mendapat limpahan madad (pertolongan), sirr asrar(rahasia) dan jaah (essence, intisari) dari ziarahnya. Dan sering silaturahmi itu menimbulkan kecintaan dan keridhoan Allah SWT kepada orang yang menjalin hubungan silaturahmi, sehingga rahmat dan berkah serta maghfirah Allah SWT terlimpah kepadanya. Jauh dari bala’, musibah, penyakit dan diberi kelancaran rezeki. Insya Allah."

25.
"Jangan suka membeda-bedakan. Ini penyakit yang timbul dan tumbuh di akhir jaman ini. Jangan beda-bedakan itu suku apa, kabilah apa, bangsa apa, partainya apa, thariqah-nya apa, madzhab-nya apa dan sebagainya. Itu urusan Allah SWT, kita ini manusia, hamba-Nya, makhluk ciptaan-Nya, jangan suka usil ikut campur urusannya Allah SWT. Makanya sekarang berbagai macam bala’, musibah bertubi-tubi datang. Karena ulah manusia itu sendiri. Yang suka sok tahu, sok jago, sok suci, sok pintar bukan kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, malah ikut campur urusan Allah SWT. Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana lagi Maha Berkehendak, Allah SWT yang akan menghukumi, menentukan secara mutlak kelak di pengadilan Ilahi Yang Maha Adil bagi seluruh makhluk-Nya. Segala sesuatu misal pengadilan itu semua adalah bentuk ikhtiar manusia belaka di muka bumi ini secara syariat. Ketentuan yang mutlak benar dan salah adalah di tangan Allah SWT di hari kemudian. Keyakinan dan keimanan ini harus ditanam kuat dan kokoh dilubuk sanubari keimanan kita."

26.
"Jangan tinggal tiap hari membaca Al-Qur’an, shalawat kepada Rasulullah SAW, taat kepada guru/syaikh/mursyid dan birul walidain (berbakti kepada orangtua). Jadikan hal ini semua awrad-mu. Jangan tinggal hal tersebut. Membaca Al-Qur’an walau satu ayat setiap harinya. Memperbanyak membaca shalawat kepada Baginda Nabi SAW jadikan hal ini semua awrad (wirid yang dilakukan istiqomah) bagi diri kita demi menggapai kebahagian dan keselamatan di dalam agama, dunia dan akhirat."
-Habib Luthfi bin Yahya

27.
“Aku (Oki Yosi) pernah bertanya kepada Abah: “Bagaimanakah cara kita mengetahui keinginan yang semata-mata karena Allah dan keinginan yang bersumber dari nafsu?” Beliau Habib Luthfi bin Yahya menjawab: “Bagi saja keinginan itu menjadi dua, satu untuk akal dan kedua untuk ilmu. Akal sebagai hakim dan ilmu alat untuk menganalisa dengan hati sebagai rajanya yang akan mendorong keinginan kita bertindak semata-mata karena Allah.”
-Habib Luthfi bin Yahya

28.
“Bangga terhadap Indonesia bukan sombong, tapi rasa syukur pada Allah Swt. Hormat pada Merah Putih bukan syirik, tapi ungkapan rasa syukur pada Allah Swt. untuk memiliki Bangsa Indonesia.”
-Habib Luthfi bin Yahya
-Habib Luthfi bin Yahya

29.
“Bendera Merah Putih adalah harga diri Bangsa, kehormatan Bangsa. Jika kita mau bercermin kepada Bendera Merah Putih semestinya kita malu menjadi Bangsa. Koruptor tidak akan melakukan korupsi jika mau bercermin pada pendiri Bangsa, pada sang saka Merah Putih.”
-Habib Luthfi bin Yahya

30.
“Cinta NKRI tidak hanya dilaksanakan pada 17 Agustus saja, melainkan setiap hari Senin dan upacara kebangsaan yang lain. Cinta kepada bangsa selalu ditanamkan melalui pengibaran sang saka Merah Putih. Kalau kita tidak cinta pada NKRI, untuk apa kita harus melakukan upacara bendera, hormat kepada sang saka Merah Putih?”
-Habib Luthfi bin Yahya

31.
“Betapa pentingnya cinta tanah air, salah satu contohnya dengan menghormati Bendera Merah Putih. Meskipun jahit atau bikin merah putih itu gampang, namun banyak darah yang mengucur, banyak pengorbanan yang penuh rasa sakit demi menurunkan bendera Belanda dan menggantinya dengan Bendera Merah Putih. Sehingga sebagai anak Indonesia kita harus mempunyai penghormatan yang luar biasa kepada Merah Putih, harus menyucinya dan merawatnya dengan penuh perasaan cinta.”
-Habib Luthfi bin Yahya

32.
“Kecintaan pada partai jangan melebihi mata kaki. Kecintaan pada bangsa dan negara sampai ke leher. Kecintaan pada agama melebihi ujung kepala.”
-Habib Luthfi bin Yahya

33.
“Yang memperjuangkan Bangsa ini adalah para ulama, kiai dan pejuang muslim yang tak sempat dianugrahi bintang gerilnya. Maka jika ada kelompok-kelompok yang hendak menggerogoti kesatuan Bangsa ini, mereka adalah orang-orang yang tidak tahu sejarah. Wajib hukumnya bagi kita untuk menjaga keutuhan Negara ini dari rongrongan sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab.”
-Habib Luthfi bin Yahya

34.
“Semangat nasionalisme sekarang ini semakin menurun. Itu terlihat dari sikap dan perilaku para elit, termasuk juga masyarakatnya yang tidak pernah rukun. Selalu ribut dalam perbedaan, khilafiyah. Segala sesuatu selalu dipolitisir dan dihubung-hubungkan, yang akhirnya hanya saling menyalahkan. Hingga akhirnya, Indonesia hanya dijadikan lintasan saja oleh bangsa lain. Saya tidak ingin masalah khilafiyah ini dibesar-besarkan, yang ujung-ujungnya hanya menjadikan Indonesia negara yang selalu jadi tontonan. Padahal Indonesia dengan segala potensinya, mampu menjadi negara yang besar dan disegani bangsa-bangsa lain. Ini menjadi salah satu tugas umat Islam agar Indonesia bisa maju dan sejajar dengan negara-negara lain.”
-Habib Luthfi bin Yahya

35.
“Umat Islam seharusnya memasang gambar-gambar para pahlawan, khususnya pahlwan Islam, seperti Pangeran Diponegoro, juga gambar-gambar para wali, termasuk pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari. Hal ini agar setiap warga yang melihat gambar itu selalu terkenang dengan semangat para pahlawan yang ada di gambar itu. Semangat untuk membela negara, semangat untuk memerdekakan negara, semangat kepahlawanannya. Bukan bermaksud syirik maupun menyekutukan Tuhan dengan gambar-gambar itu, tetapi semangat yang dimiliki para pahlawan itu untuk dikenang dan diamalkan di zaman sekarang ini. Bahwa mereka yang sudah meninggal itu, ternyata masih memberikan semangat untuk membangun negara. Mereka yang sudah syahid, tidak tinggal diam untuk bangsa dan generasi penerusnya.”
-Habib Luthfi bin Yahya

36.
“Pancasila mampu melindungi pluralitas yang ada, dan menjadi ideologi negara, maka Pancasila akan memperkokoh pertahanan nasional dan memperkokoh NKRI. Sebab Pancasila akan dimiliki semua pihak. Bila Pancasila itu tumbuh pada diri setiap anak bangsa dengan diperkokoh atau di beck-up oleh agamanya, maka kekuatan, kesatuan dan persatuan semakin erat terjalin dan tidak akan mudah digoyahkan. Karena Pancasila menjadi sebab tumbuhnya nasionalisme dan bebas dari kepentingan politik atau tidak akan menjadi bemper kepentingan politik. Sehingga tumbuh mekar secara murni kecintaan kepada agama, tanah air dan bangsa. Dari itu akan menjadi cermin bagi bangsa lain.”
-Habib Luthfi bin Yahya

37.
“Nasionalisme secara filosofis sudah dicontohkan oleh para leluhur, para pendahulu bangsa semenjak penajajahan seperti sedekah bumi, sedekah laut, ‘terlepas dari persoalan syirik/musyrik’, karena saya tidak tahu hati orang. Sedekah bumi dan sedekah laut itu adalah wujud syukur atas bumi dan laut yang dianugerahkan kepada Bangsa Indonesia. Sedekah bumi itu sebagai bentuk handar beni, perasaan yang bukan saja memiliki tapi juga mencintai.”
-Habib Luthfi bin Yahya

38.
“Siapapun yang menjadi pemimpin bangsa, harus dihormati dan ditaati. Jika rakyat menghormati pemimpinnya maka Bangsa dan Negara ini akan kuat. Sebaliknya jika rakyat terus menerus mengkritik, mendemo pemimpinnya, maka kapan pemerintah akan bisa fokus bekerja. Saya tidak melarang ‘kritik’, akan tetapi salurkan kritik dan aspirasi itu pada saluran yang sudah disediakan pemerintah.”
-Habib Luthfi bin Yahya

39.
“Aliran-aliran di luar Ahlussunnah yang meresahkan, mereka adalah kelompok Islam yang menolak Pancasila dan menganggap pemerintah tidak sah. Untuk mengatasi kelompok Islam seperti ini perlu ditekankan pentingnya sosialisasi ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. Jangan sampai anak seorang tokoh NU, menjadi anggota Islam radikal.”
-Habib Luthfi bin Yahya

Sumber: www.sufinesia.com

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.