Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Bakpia Raminten: Berdiri Sejak Tidak Kebagian Kursi

Bakpia Raminten: Berdiri Sejak Tidak Kebagian Kursi

oleh Ayu Ririh Febriani

Bakpia Raminten: Berdiri Sejak Tidak Kebagian Kursi

KAWACA.COM | Selama ini bila ada pertanyaan: Siapakah perempuan yang berdiri paling lama? Maka, jawaban yang keluar adalah Njonja Meneer. Dia berdiri sejak 1919 sebagai perusahaan jamu tradisional yang berlogo perempuan di Semarang. Namun, ternyata ada perempuan yang mungkin lebih lama berdiri daripada Njonja Meneer, yaitu Bakpia Raminten asal Yogyakarta. Sebuah perusahaan berlogo perempuan yang bergerak di bidang jajan tradisional, bakpia. Berdasarkan keterangan di kemasannya Bakpia Raminten: BERDIRI SEJAK TIDAK KEBAGIAAN KURSI. Nah, hanya dia yang tahu, sejak kapan Raminten berdiri, yang pasti sejak tidak kebagian kursi itu.

Tagline Bakpia Raminten tersebut tidak hanya memecahkan rekor ‘perempuan berdiri terlama’, tetapi juga menunjukkan pembuatnya sangatlah cerdas. Kecerdasan tersebut terlihat dari dua hal; Pertama, dengan cara begitu, dia sengaja tidak memberi tahu publik, sejak kapan Bakpia Raminten itu berdiri. Kenyataannya bisa sebelum Njonja Meneer atau sesudahnya. Kedua, tagline tersebut merupakan kalimat yang cerdas dan melahirkan –setidaknya- senyum bagi orang yang membacanya.

Berdasarkan motif kecerdasan tersebut, bisa kita curigai bahwa yang menemukan tagline tersebut adalah manusia milenial. Kenapa? Karena dia mau berisiko menaruh tagline di kemasan produknya kalimat yang tidak serius. Namun di sanalah sisi menariknya. Tagline sebuah produk memang tidak harus selalu serius, yang penting asyik dan beda.

Barangkali, di tengah kesan ‘tidak serius’ tersebut ada niat yang serius, yaitu semacam strategi untuk menyelamatkan setiap produknya. Kaidah dalam ilmu pemasaran yang berbunyi “iklan terbaik dari sebuah produk adalah produk itu sendiri” tidak selamanya benar. Karena produk yang beredar di pasaran, baik diterima atau ditolak publik, tidak hanya bergantung pada produk itu sendiri. Namun juga ditentukan oleh ‘kesan pertama’ konsumer. Kesan pertama bersifat kompleks. Salah satu faktor penentunya adalah keadaan psikologi konsumer ketika pertama kali mencoba produk tersebut.

Nah, Bakpia Raminten seperti menyadari hal tersebut dengan membuat tagline semacam itu. Tagline tersebut akan memengaruhi psikologi konsumer ketika akan mencoba produknya. Dengan membaca tagline yang lucu di kemasan produknya, konsumer akan tersenyum sambil membuka kotak dan mencicipi bakpianya. Maka, kesan pertama yang muncul adalah nyam nyam nyam.

Dengan demikian, keputusan pemilik perusahaan menaruh tagline tersebut pada kemasan produknya adalah keputusan yang tepat sebagaimana Stephen Covey bahwa “Saya bukanlah sebuah produk dari keadaan saya. Saya adalah sebuah produk dari keputusan saya”. 


Jadi, selain Njonja Meneer telah dikalahkan oleh Bakpia Raminten, dia juga sudah ‘tiduran’ pada 2017 atau pailit karena kelelahan. Peristiwa ‘tiduran’nya Njonja Meneer tersebut seolah membenarkan tesis Hermawan Kartajaya: “Jika sampai produk Anda disukai orangtua tapi dibenci anak muda, maka tak lama lagi akan habis”.

Sekarang tinggal kita lihat, tahun berapa Bakpia Raminten itu juga akan tiduran seperti Njonja Meneer atau akan selamanya BERDIRI SEJAK TIDAK KEBAGIAN KURSI?

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.