Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Buku: Kisah dari Sunyi karya Nestor Rico Tambunan

Buku: Kisah dari Sunyi karya Nestor Rico Tambunan



Kisah dari Sunyi karya Nestor Rico Tambunan

KISAH DARI SUNYI

Kumpulan Puisi 
Nestor Rico Tambunan
Sampul:
Deisy Rika Yanti
Atak:
Deslita Krissanta Sibuea
Penerbit:
Mandiri Mitra Sejahtera
Cetakan Pertama, 2019

ISBN 978-602-52832-2-2

______________
Catatan Kesaksian
SEKADAR PENGANTAR

SEJAK kecil saya senang membaca. Membaca buku, koran, majalah, atau apa saja. Meski, sesungguhnya bacaan di kampung saya, di kawasan Toba, Sumatera Utara, saat itu masih sangat terbatas dan langka. Tapi, entah kenapa, bacaan-bacaan yang terbatas itu membuat saya berimajinasi ingin jadi penulis, pengarang,wartawan, atau yang sejenis.

Setelah menamatkan SMA, di Medan, saya merantau ke Jakarta. Sambil bekerja, saya kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik (STP) dengan biaya sendiri. Sejak kuliah, saya belajar jadi wartawan, membuat liputan-liputan kecil untuk koran. Saya juga belajar menulis cerpen. Tak disangka, cerpen justru membesarkan nama saya. Ada satu masa di awal dan pertengahan tahun 80-an, saya begitu produktif menulis cerpen remaja. Beberapa di antaranya memenangkan sayembara atau lomba, sehingga menulis banyak artikel psikologi populer remaja. nama saya cukup dikenal luas. Ditambah, saya juga juga

Menulis cerpen dan artikel itu terus berlangsung hingga saya bekerja jadi wartawan. Saya juga kemudian belajar menulis skenario. Karya skenario saya yang pernah populer, antara lain Pariban dari Bandung. Saya juga dipercaya Rano Karno menulis skenario sekuel-sekuel terakhir dari sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Naskah film layar lebar saya, antara lain Tiren dan Tulalit. Beberapa teman bilang saya penulis komplit, karena menjelajah dari fiksi hingga jurnalistik.

Salah satu jenis tulisan yang jarang saya tulis adalah puisi. Meskipun karya puisi umumnya lebih pendek, bagi saya jenis fiksi ini lebih rumit. Setiap penyair memiliki gaya dan bentuk karya yang berbeda. Ada penyair yang memakai kata-kata sederhana, seperti Sapardi Djoko Damono, tapi terasa merasuk dalam rasa. Ada pula yang menggunakan diksi yang rumit, sehingga kadang sulit untuk memahami. Ada juga puisi yang terasa indah sekaligus lucu, seperti karya-karya Joko Pinurbo. Puisi benar-benar sangat personal dan menunjukkan kemerdekaan berimajinasi. Paling tidak, begitulah pemahaman saya.

Namun sesekali saya menulis puisi, terutama jika ada sesuatu yang mengusik batin atau pikiran. Sering saya merasakan sesuatu yang tak bisa dituliskan dalam bentuk berita atau prosa. Atau mungkin sudah dituliskan, tapi tetap mengusik di hati. Contohnya gejolak-gejolak sosial dalam masyarakat, soal kemiskinan, ketidakadilan, kesedihan dalam kehidupan berbangsa, haru dan duka dalam pertemanan, dan sebagainya.

Gejolak dan dorongan menulis puisi itu, entah kenapa, makin terasa deras tahun-tahun setelah era reformasi, setelah saya jarang menulis cerpen. Ketika booming jejaring sosial, puisi-puisi sering saya posting di facebook. Kaget juga, ketika banyak teman menyukai dan menyarankan puisi-puisi itu dibukukan. Dengan bantuan Rina Eklesia, seorang sahabat dalam kegiatan kerja sosial, terbitlah buku kumpulan puisi Hujan Kesaksian. Bagi saya pribadi, puisi yang saya tulis tidaklah istimewa. Saya merasa, karya-karya itu lebih pantas disebut sebagai prosa-prosa puitis, karena banyak menggunakan diksi berbau jurnalistik. Bagi saya puisi-puisi yang memprosa itu biasa-biasa saja. Seperti saya sebut di atas, saya merasa puisi-puisi itu hanya bagian dari kesaksian saya sebagai penulis, mengenai berbagai persoalan yang saya alami atau rasakan dalam kehidupan. Esai puisi mungkin tepatnya.

Tapi kemudian, Arief Djoko Witjaksono, seorang sahabat, wartawan yang sejak kuliah banyak menulis puisi mengatakan, puisi yang mengesai, atau mem-prosa, tidaklah perlu dipersoalkan, yang penting mengandung imajinasi keindahan atau gagasan pemikiran. Komentar sahabat ini membuat saya akhirnya tak lagi mempersoalkan bentuk dan
posisi puisi saya. Pokoknya menuliskan. Bersaksi.

Dalam kuantitas yang tidak teratur, puisi-puisi itu terus bertambah. Selain 57 puisi yang termuat dalam Hujan Kesaksian, saya juga menyumbang puisi dalam beberapa buku yang diterbitkan teman-teman, antara lain dalam antologi puisi Pinangan yang diterbitkan Dapur Sastra Jakarta (DSJ). Juga dalam antologi puisi BARUS, yang diterbitkan Komunitas Anjungan Sumatera Utara Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Tak terasa, puisi-puisi yang belum terbit dalam bentuk buku terus bertambah. Puisi-puisi itulah yang kini termuat dalam antologi Kisah dari Sunyi ini. Saya berharap, percikan-percikan kesaksian yang mempuisi ini, layaknya karya seni (sastra), memberi sesuatu: imajinasi yang memperkaya batin yang membaca. 

Saya berterimakasih kepada Muhammad Fauzy dari Mitra Mandiri Sejahtera yang membantu menerbitkan buku antologi puisi ini. Tentu, seraya dengan setulus hati mohon kemakluman atas segala kekurangan. Tuhan menyertai dan memberkati kita semua. Horas!

Depok, 2019
Nestor Rico Tambunan

_______________
Daftar Isi

Catatan Kesaksian, Sekadar Pengantar

Indonesia, Negeri Beragam Luka

Merdeka, Katanya..
Amnesia Indonesia
Indonesia, Negeri Beragam Adat
Durhaka Anugerah
Jika Indonesia Tak Ada Lagi

Kerabat-Sahabat, Dalam Sapa dan Kenang

Getar Lebaran
Beribu Pagi dan Hari
Malaumkarta
Antara TOBA dan TORAJA
Bulaksumur
Batu Waktu
Catatan Musim
Surat Buat Eklesia
Karunia
Angin Musim
Kupang
Jejak Kenangan
Perjalanan Waktu
Moment of Truth
Ziarah
Andai
Rel Kenangan
Sahabat dan Sabulan
Dialog Senja
Dinihari
BLAD 41
Pejalan Tanpa Bimbang
Solitude
Jejak Cinta Kita
Jika Waktu Itu Tiba
Pertemuan Perpisahan
Antara Toba dan Toraja (2)
Sunyi di Buhit

Kesaksian, Kisah-kisah dari Sunyi

Kereta Usia
Tahun Baru (1)
Tahun Baru (2)
Andai Esok Tak Datang
Pagi di Ambarawa
Girisonta
Gerimis Desember
Sunyi Kudus
Seruling di Lembah Sunyi
Di Tepian Sungai Jeneberang
Sendiri Pasti
Peta Tak Terbaca
Istana Terserak
Penabur Angin
Balada Luka
Debu Kenangan
Lindap
Dusta Maya
Menara Rasa
Kuburan Karet, Suatu Sore
Kualanamu
Nusakambangan
Hujan di Medan

Tano Batak, Surga yang Retak

Tano Batak
Humbang
Senjakala di Sibisa
Antara Tipang dan Bakkara
Ruma di Sebuah Huta
Luka Tak Terpeta
Telah Kudengar Kabar Itu


______
Perihal siapa Nestor Rico Tambunan dan beberapa contoh puisinya dalam buku ini, bisa dibaca: Puisi Pilihan Nestor Rico Tambunan

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.