Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Puisi Pilihan Nestor Rico Tambunan

Puisi Pilihan Nestor Rico Tambunan

Pagi di Ambarawa

menatap pagi di kota yang teduh
tersadar keindahan adalah keserasian
antara lembah dan ketinggian
gunung yang rendah hati dan setia mengalirkan air
lembah yang bersyukur dan tak pernah cemburu
seperti awan yang tak pernah menyesali hujan
dan embun pagi yang ikhlas pada matahari

berdiri di ketinggian rumah damai yang megah
tersadar kebahagiaan adalah pilihan
antara karunia dan keikhlasan
tempat setiap orang menempatkan hati
dalam merajut hari dan mengejar mimpi

hidup sederhana, takdir hidup panti asuhan
mungkin bukan tujuan
tapi juga bukan pilihan yang salah
(karena firman dan karunia masih ada)
harta dan pangkat mungkin memberi megah
tapi juga mungkin menyimpan banyak kesalahan
dan sesal pada hari-hari esok
(karena para malaikat masih berjaga)
.......

Panti Asuhan Eklesia, 19-06-2013 pagi


Kereta Usia

setiap kali, ia datang memberi tanda
seperti peluit kereta pada subuh buta
tanda telah tiba pada
satu stasiun usia
dan akan meluncur ke kota takdir berikut
jika sinyal memberi restu
hidup sering seperti gerbong waktu yang liar

setiap kali, ia membunyikan isyarat
seperti lokomotif yang meluncur diatas rel waktu
menghela gerbong-gerbong nasib
hidup sering seperti gesekan roda musim yang panas

setiap waktu, kereta usia bisa berhenti
pada tempat dan waktu yang tak ada dalam peta
kehidupan akan membisu
dan rute
seperti percikan waktu
dan musim yang meleleh
dalam kesedihan...
*).

Usia 60, malam 25-05-2016

Catatan Musim
: UNTUK ARIANY ISNA MURTI

ah, kita masih berdiri di sini
di pinggir ladang kata-kata yang sunyi
menunggu buah-buah jatuh dan tunas yang tumbuh
sesetia petani yang berpeluh tanpa mengeluh
adakah buah dan tunas masih memiliki roh?

di sudut sana ada sebuah lumbung tua
warisan bengawan setengah dewa
tempat menyimpan berjuta bibit dan bait-bait kata
adakah kenangan masih memiliki makna?

musim-musim berganti tak henti
takdir-takdir telah terjadi
ada kala kata-kata tak sesubur dulu lagi
atau lebih subur tapi buahnya tak lagi wangi
ah, jangan salahkan takdir dan musim
karena kita telah memilih berdiri di sini
menjaga ladang kata-kata yang sunyi
sesetia petani
yang berpeluh tanpa mengeluh
ah...
*).

Depok, Januari 2016

Kuburan Karet,Suatu Sore

ke sini, bukan untuk apa-apa
tapi serasa menziarahi nama-nama
dan orang-orang tak meninggal
rumput rasa dan kata-kata tiba-tiba seperti membelukar
sendu, seperti kisah hidup yang uzur dan miskin
seperti bisu jejeran nisan
yang ada untuk menunjukkan ketiadaan

ah, saya nyaris tak percaya
terkadang benar:
keindahan suatu tempat terletak pada kemurungannya*
*).

Karet, 11/01/2014
*Orhan Pamuk dalam novel "Istanbul"

_____
Tentang
Nestor Rico Tambunan, seorang penulis yang komplit, karena menjelajah dari fiksi hingga
jurnalistik. Sebagai jurnalis, ia pernah bekerja di Majalah SARINAH, GADIS, KARTINI, Tabloid
MUTIARA KARTINI, dan Majalah diffa, dari jabatan reporter hingga pemimpin redaksi. Sebagai
pengarang, sejak tahun 1980-an menulis ratusan cerpen dan belasan novel/cerita bersambung.

Sebagai penulis skenario, ia menulis seratusan episode sinetron, baik cerita lepas, miniseri, maupun serial. Skenario serialnya terkenal, antara lain Pariban dari Bandung dan beberapa sekuel Si Doel Anak Sekolahan Skenario layar lebar antara lain film TIREN dan TULALIT. Nestor juga menulis beberapa buku psikologi populer dan buku-buku non-fiksi lain.

Kumpulan puisi pertamanya Hujan Kesaksian. Selain jadi jurnalis dan pengarang, Nestor jadi dosen kompetensi jurnalistik di Jurusan Teknologi Grafika& Penerbitan (TGP) Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), di Kampus UI Depok. la juga aktif sebagai Chief of Board Edukasi Dasar, LSM yang bergerak di bidang pendidikan dasar untuk anak-anak tidak mampu.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.