Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Menjadi Guru Idola - Marlina, S.Pd

Menjadi Guru Idola - Marlina, S.Pd

oleh Marlina, S.Pd
Menjadi Guru Idola

KAWACA.COM | PERKEMBANGAN ilmu dan teknologi membuat bergesernya peranan guru dalam mengajar dan mendidik. Siswa dapat belajar bahkan tanpa guru sekali pun. Di dunia pendidikan formal seperti di sekolah, peranan guru tidak sepenuhnya lagi sebagai pusat informasi. Guru hanya berperan sebagai fasilitator atau yang memfasilitasi siswa dalam belajar. Siswa sudah bisa belajar sendiri dari media sosial seperti internet, koran, majalah, dan lainnya. Bahkan kadang-kadang ada informasi yang sudah didapatkan siswa lebih dahulu, sedangkan gurunya belum mendapatkan informasi tersebut. Maka sebaiknya guru jangan sampai tertinggal dari siswa, dengan banyak membaca dan terus belajar.

Iptek memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan emosi dan jiwa anak-anak kita. Mereka tahan berjam-jam berhadapan dengan telepon selulernya, ketimbang belajar, apalagi kalau pelajaran yang dipelajari penuh dengan hitungan matematik dan rumus-rumus yang membosankan, ditambah pula penampilan gurunya yang tidak bersahabat dan tidak menyenangkan. Mereka akan cepat bosan, gairah belajar menurun, mudah mengantuk, coret-coret kertas tak menentu, ngobrol kecil dengan teman sebelah, curi main hp, bahkan ada yang tidur. Nah, bagaimana trik kita sebagai guru agar hal di atas tidak terjadi pada siswa-siswa kita? Setidaknya ada delapan trik yang harus kita terapkan di kelas. Semoga yang diharapkan guru, sekolah, bahkan pemerintah dapat terealisasi yaitu menjadi siswa yang berkarakter dan cerdas, serta guru menjadi idola siswa.

Pertama, tampillah menarik dan percaya diri. Berpakaianlah yang rapi dan bersih. Kuasai betul materi yang akan kita sampaikan kepada siswa. Jika perlu ketika mengajar tidak membuka buku atau catatan sama sekali. Berbicaralah teratur dan jelas, agar apa yang disampaikan mudah dipahami dan dicerna oleh siswa. Buatlah variasi yang relevan dan berhubungan dengan materi yang akan disampaikan, agar siswa terkesan bahwa materi yang kita sampaikan benar-benar kita kuasai.

Kedua, berusahalah menghapal nama- nama siswa yang ada di kelas kita. Kenali mereka satu persatu. Panggillah mereka dengan nama. Jangan memanggil mereka dengan sebutan “hei” atau “kamu” agar mereka merasa dikenal oleh guru dan jarak emosi antara guru dengan siswa menjadi lebih dekat.
Ketiga, bijaksana. Harus kita sadari bahwa, siswa- siswa kita mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang cepat mengerti, ada yang sedang, ada yang lambat, ada yang sangat lambat dan bahkan ada yang sulit sama sekali untuk mengerti. Perlu kesabaran tingkat tinggi untuk menghadapinya. Carilah cara sederhana untuk menjelaskan pada siswa yang punya kemampuan rendah dengan contoh-contoh yang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Hindari perkataan dasar bodoh, pemalas, gitu saja tidak bisa, dan perkataan yang negatif lainnya.

Keempat, kendalikan emosi, jangan mudah tersinggung dan mudah terpancing emosi dengan prilaku siswa. Emosi mereka belum stabil. Mereka adalah remaja yang sedang berkembang. Latar belakang daerah dan budaya yang berbeda dengan kebiasaan kita, mungkin juga pendidikan di rumah dari orang tua tidak sesuai dengan tata cara dan kebiasaan kita. Jika kita sudah marah, situasi tidak enak dan konsentrasi pun akan buyar, hal ini berpengaruh pada daya nalar siswa lainnya.

Kelima, berusahalah menjawab pertanyaan siswa. Jangan marah kalau siswa terlalu sering bertanya. Jawablah pertanyaan dengan bahasa yang baik. Hindari mencemooh pertanyaan siswa meskipun kurang tepat atau di luar konteks. Hal ini akan menurunkan semangat mereka untuk bertanya. Berilah pujian kepada mereka yang bertanya, agar yang lain juga mau berlomba untuk bertanya. Berikan motivasi agar terbuka wawasan mereka. Tentunya hal ini dilakukan  perlahan dan bertahap.

Keenam, berlaku jujur. Jujurlah jika kita belum bisa menjawab pertanyaan mereka dan siasati dengan cerdas. Ini tidak akan menjatuhkan wibawa kita sebagai guru, tapi menunjukkan bahwa kejujuran menjadi pegangan. Kejujuran itu akan membawa konsekuensi bagi kita untuk tidak pernah berhenti belajar dan membaca.

Ketujuh, tidak sombong. Jangan pernah menyombongkan diri dan membanggakan diri sendiri di hadapan siswa, baik ketika mengajar maupun di lingkungan lain. Jangan mempermalukan siswa di hadapan teman-temannya, kalau perlu panggillah siswa yang bersalah dan bicaralah baik-baik.

Kedelapan, berlakulah adil dan proporsional. Berusahalah adil dalam memberi penilaian kepada siswa. Jangan membeda-bedakan siswa yang pandai/ mampu dengan siswa yang kurang pandai/ kurang mampu. Jangan memuji siswa yang pandai secara berlebihan di hadapan siswa yang kurang pandai. Jika ada kesalahan berilah sangsi yang tidak merugikan siswa. Buatlah kesepakatan dengan siswa, jika siswa terlambat masuk apa konsekuensinya, begitu pula jika guru terlambat masuk apa pula konsekuensinya. Hal ini perlu dipertimbangkan secara adil dan kesepakatan antara guru dan siswa. Jika kedelapan trik di atas diterapkan oleh guru, Inshaa-Allah, gelar guru idola akan kita raih.***

Sumber: Buku Pendidikan Karakter, Literasi & Kreativitas karya Marlina, S.Pd

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.