Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Puisi Pilihan Willy Fahmy Agiska

Puisi Pilihan Willy Fahmy Agiska

Puisi Pilihan Willy Fahmy Agiska
KAWACA.COM | Willy Fahmy Agiska adalah pemenang buku terbaik Sayembara Buku Puisi Hari Puisi Indonesia 2019 dengan buku Mencatat Demam (2019). Kemenangannya tersebut memberi hak memperoleh uang pembinaan sebesar 50 juta rupiah. Willy, lahir di Ciamis, 28 Agustus 1992. Sebagai mahasiswa Sastra Indonesia UPI, dia aktif menulis puisi, beberapa karyanya pernah dimuat di media cetak lokal, nasional, dan sejumlah antologi bersama seperti Matahari Cinta Samudra KataNegeri Langit: DNP 5, dan lainnya. Namanya juga tercatat dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia. Dia pernah mengikuti Pertemuan Penyair Nusantara VI di Jambi. Saat ini sedang sibuk mengawal Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) UPI di garda depan sebagai Sekertaris Jenderal. Berikut lima puisinya dalam buku Mencatat Demam tersebut:

SAJAK BIRU

Pada sepi yang makin gigir,
pada batas rasa kehilangan ini,
aku biru

Seluruh laut pulang padaku
tanpa ombak dan perahu-perahu.

Waktu hanyalah seorang utusan
pemberi renik-renik bangkai
yang lama terapung-apung
di hatimu.

Sedang di sini
mercusuar hanya menggigil.
Sampah-sampah mengambang
dan ikan-ikan terkapar
di kedua mataku

2012-2017

SAJAK

Seseorang
membacakan sebuah sajak
seperti jerit hutan-hutan kesepian,
deru mesin di jalan -jalan,
gemuruh rumah-rumah terbakar,
dan tangis manusia habis kata.

Dan dalam kepala,
sajak pun jadi anjing-anjing galak
yang liurnya kental,

menetes
bagai ajal.

2013-2018


Mencatat Demam - Willy Fahmy Agiska


APOLOGIA TENGAH MALAM

Tiba tiba aku telanjang dan dungu
di bawah tatapan lampu lampu
setelah kisah kisah kemuliaanmu

Anjing!
Dusta menyalak nyaring
minta sepotong batin.

Tiang-tiang merkuri,
pohon dan bunga-bunga.
Semuanya tertunduk
seperti apologia diriku

Ketika sajak mendalam malam
palusku menulis Tuhan.

2015


REGGAE TENGAH MALAM
Bob Marley

Di malam yang ambang
dan sepasang mata keberatan
aku menyusu bulan berlelehan.

Angin itu:
marijuana yang memulangkanku
ke dada sebuah hutan.

Aku menyanyi sendirian
di selongsong sebuah senapan,
di kerongkong seekor singa jantan.

Sebuah revolusi,
seperti cinta yang bersikeras kubebaskan
dari kepal tangan dan derap kaki beribu orang

2013

NONSENSE

Tiba juga,
di dini hari tanpa kor apa apa.
Tidak ada alarm
untuk mengingat jadwal tidur.

Masih juga mengira-ngira
sinyal telepon genggam itu
morse lain dari kepergian dirimu.

Lalu embun putus putus
pada kepala -seperti lelucon kecil
dari sepi atau semesta.
Migrain...!

Awas, bahasa meletus
dari dalam kepala!

2015

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.