Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Muslim Jalan Tengah - Shaifurrokhman Mahfudz

Muslim Jalan Tengah - Shaifurrokhman Mahfudz

Muslim Jalan Tengah
 Shaifurrokhman Mahfudz



Setiap sikap yang "keterlaluan" identik dengan ekstrim (baca: tidak moderat). Dan setiap yang ekstrim identik dengan  penyimpangan. Semangat belajar, misalnya, pada dasarnya adalah bagus. Namun, jika terlalu semangat sampai ke tingkat melupakan waktu istirahat, maka menjadi penyimpangan, karena itu tindakan merusak diri. Demikian juga sikap rajin beribadah pada asalnya wajib, tetapi jika terlalu rajin sampai pada tahapan tidak mau makan, tidur dan seterusnya, jelas itu larangan agama, karena bertentangan dengan fitrah manusia.

Sebaliknya, terlalu sibuk dengan urusan dunia sampai meninggalkan salat juga tindakan ekstrim.  Dalam sebuah hadis dikisahkan tiga kelompok sahabat yang semuanya mempunyai semangat yang meledak-ledak untuk mengejar tingkat yang dicapai Rasulullah SAW dalam beribadah: Yang pertama bertekad untuk melakukan salat malam semalaman tanpa tidur. Yang kedua bertekad untuk berpuasa setiap hari sepanjang tahun selain dua hari raya. Dan, yang ketiga bertekad untuk tidak menikah selama-lamanya.

Mendengar itu Rasulullah SAW segera menemui mereka dan berkata: "Demi Allah, aku adalah orang yang paling bertakwa dan paling takut kepada Allah di antara kalian, namun aku berpuasa dan berbuka, sembahyang dan tidur, dan aku juga menikah. Maka siapapun yang tidak mengikuti sunahku, ia bukan golonganku." Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda: "Celaka orang yang berlebih-lebihan dalam beribadah bukan pada tempatnya (al-muta'annitun)."

Disebutkan bahwa pernyataan Rasulullah SAW ini diulangi tiga kali. Imam an-Nawawi ketika menyebutkan hadis di atas memberikan judul: Bab al-Iqtshad fi al-‘Ibadah (bab mengambil sikap tengah dalam beribadah). Ini semua mengindikasikan bahwa bersikap moderat dalam segala hal, termasuk dalam hal ibadah, merupakan elemen beragama yang sangat penting dan menentukan. Sebab Islam adalah agama fitrah, maka yang diharuskan adalah menaati Allah sesuai kemampuannya dan sebatas tuntutan fitrah (bukan memaksakan diri). Allah SWT berfirman: "Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu." Qs. Ath-Thalaq: 16. Dalam ayat lain ditegaskan bahwa hal yang demikian adalah untuk memudahkan: "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." QS. al-Baqarah: 185.

Islam memang mudah karena sesuai dengan fitrah, tapi jangan dimudah-mudahkan. Setiap kali menganggap mudah dan meremehkan syariat Islam, berarti saat itu pula ia telah terjebak dalam sebuah tindakan ekstrim. Dalam sejarah perjalanannya yang panjang itu, Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadis telah dipahami oleh para penganutnya yang memiliki latar belakang sosial, kultural, politik, pendidikan, kecenderungan, kecerdasan, disiplin, aliran dan sebagainya yang berbeda-beda. Berbagai keragaman latar belakang yang dimiliiki penganutnya itu ternyata telah digunakan untuk memahami Al-Quran dan Sunah.

Dari sinilah Islam dalam kenyataan empirik lahir dalam sosok dan wajah yang amat variatif, walaupun sumbernya sama, yaitu Al-Quran dan Sunah. Serta kesadaran “perbedaan adalah rahmat” harus tetap dijaga demi perdamaian dan pesatuan. Jadi, muslim jalan tengah berarti muslim yang berada di tengah antara 'tidak kurang' dan 'tidak berlebihan' dalam beragama.***

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.