Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Delapan Karya Jejak Kembara - Sugiono MPP

Delapan Karya Jejak Kembara - Sugiono MPP

DELAPAN KARYA JEJAK KEMBARA
oleh Sugiono MPP

KAWACA.COM | Jejak Kembara dengan delapan buah pusainya tampil di kawaca.com. Seperti santri Amiri Kulala (baca serial 21) Jejak pun pernah studi di institut keislaman. Latar sosial Gresik sebagai bumi Wali (Sunan Gresik) menguatkan akidah Jajak dan hal itu menafasi puisi-puisinya walau tertransformasi dalam bahasa yang universal. Kiranya begitu pun pada guritan pusai-pusainya ini.

Ia adalah orang pertama yang tetarik terhadap pusai dan mendorong saya untuk membuat grup pusai di laman fb, dua tahun lalu. Bersama Bani Hasyim Alpharexcztha, Ghouts Misra, Eko Windarto (yang kemudian undur) bertindak sebagai admin grup. Maka wajar jika Jejak tidak asing lagi dengan pusai meski tidak selalu berhasil.menyandangkan pesan neofuturisrik pada karya pusai-pusainya. Memang, syarat yang satu ini tidaklah terlalu ringan bagi oenulis puisi.  Boleh jadi karena tradisi perpuisian bebas yang tidak terlalu peduli pada disiplin visi kegenrean.

Di bawah ini adalah cuplikkan contoh pesan neofuturistik dari para futurolog dunia yang layak dikemas dalam pusai. Dalam buku Future Shock (1970) Alvin Toffler memprediksi akan terjadinya perubahan perilaku manusia masa depan yang disebabkan kemajuan teknologi komunikasi (internetworking). Solusinya adalah reoruentasi, restrukturisasi, reformasi, revitalisasi. 

Futurolog Samuel Hutington mempridiksi pada pascaperang dingin masih terjadi rivalitas ekonomi dunia yang berkecenderungan terjadinya konflik terselubung dengan menggunakan kedok agama. Hal itu terbukti setelah Peristiwa WTC terjadi invasi AS ke Afganustan, Irak, dan Israel menginvasi Jalur Gaza, dan seterusnya. Solusinya: perkuat aqidah sehingga mampu menangkal kedok religi dalam kepentingan apa pun, termasuk ekonomi. 

Sedangkan Futurolig James Canton tslah mempredikai bahwa  China akan tampil sebagai negara kuat di dunia dan menentukan perekonomian dunia, maka solusinya pelajarilah China. Ramalan.masa depan para futurolog tersebut telah menjadi kenyataan. Nah, bagaiman para pemusai mampu melakukan lompatan intuitif atas ruang dan waktu sehingga berhasil mengreasikan pusai yang berkadar benar-bebar futuristik. 

Kini mari kita lihat karya Jejak Kembara yang berjudul "Mbeling": mangkok pecah/menjadi beling/ pentol melompat/ menjadi sapi// Pesannya ada di baris 3-4 (hiperrealitas karena bersimulacra) maka generasi masa depan harus berani melakukan aoa yang oleh . generasi sebelumnya ditengarai sebagai "mbeling".

Pusai kedua "Ting" (Jw: lampu gantung yang biasa digantumg di luar rumah atau di pinggur jalan desa): lampu badai/ tergantung/ di surau bambu/sunyi sendiri/ bersama kesederhanaan yang diasingkan/ peradaban// Ting, simbol penerang masa lalu (sekarang mercuri) kian terasing dari peradaban. Tersurat pesan agar kita sadar, apa dibiarkan atau kita akan merawatnya. Pusai ini amat mengena. Diksinya sederhana pesannya kuat.
Pusai ketiga "Lupa Pulang": sebuah puisi/ terjebak di lampu kaca/ menatap tubuhnya/ di gantung kata-kata//. Gambaran sikap (budaya) yang dalam pengembaraan dan tak bisa (lupa) rumahnya (pulang), betala tragikanya kehidupan dan eksistensi yang tak pernah eksis seperti itu. Pesan ini begitu kuat menghadapi realitas global dewasa ini. Tersirat untuk kembali ke ranah lokal, yang dalam bahasa kultur kita kenal sebagai glokalisasi.
Pada pusai "Terkabul" (tercapai, sukses, makbul): meminum kopi/ mendapatkan pahit/ begitulah doa/ wujud di rasa/ tak terbawa waktu//. Jelas ini genre pusai spiritualisme namun pesannya bahwa kemakbulan doa tidak dalam bentuk fisik tapi ada di ketenangan jiwa (rasa).

Selanjutnya "Berilmu": terlaksananya dengan tingkah laku/ meski berat jalannya/ akan berujung temu// Baik judul maupun struktur bahasa yang digunakan terkesan kuat pengaruh spritulisme kejawen. Perhatikan kata:  terlaksananya, jalannya (dengan akhiran 'nya'), tingkah laku, temu, adalah adopsi struktur kalimat dalam bahasa Jawa. Isi pun demikian. Ada "unen-unen" Jawa yang menyatakan, "dumununging ilmu kuwi kanthi laku" (adapun keberadaan ilmu itu disertai laku). Ini pesan klasik tang direvitalisasi okeh pemusai dalam karyanya secara inovatif.

"Khidir": pintu rahasia/ di kedalaman sabar/ tak terkejar Musa// jelas berpesan bahwa kunci pembuka rahasia kehiduoan itu ada di kesabaran, bahkan Nabi Musa pun tak sanggup sepertinya (Nabi Khidir). Pesan tentang kesabaran, keiklasan, ketawakanan, sebagai pintu sukses.

"Nirmala": hujan bertasbih/ dalam seteguk sepi/ bersuci diri//. Pencapaian nirmala (surga dunia dan ukrowi) lewat bertasbih (fokus seperti zikir dengan menggunakan tasbih), zonder hura-hura (seteguk sepi) dan penuh kebersihan jiwa raga (bersuci duri). Ini juga oesan spiritualita.

"Mata": memuat ada/ menata kata/ mengenal jiwa// Mata adalah pandangan, pengetahuan, wawasan, untuk memahami realitas (memuat ada), berkhalifah (menata kata), membentuk kepribadian (mengenal jiwa)//. Ini lun pesan spiritualita.
Simpulnya, meski pesan neofuturistik belum seperti yang saya contohkan atas Toffler, Hutungton, Canton, namun sudah tereja, tidak seperti pada lima buah pusai Amiri Kulala yang tampil sebelumnya. Dalam hal diksi tidak seestetis karya Amiri (berdasar citarasa puitik masa kini) namun stilika  bahasa Jejak yang agak verbalis ini bisa meruopakan alternatif estetika masa depan. Bukankah karena semakin menyempitnya ruang dan waktu memungkinkan munculnya kecenderungan sikap budaya yang lraktis, pragmatis, realistis, seperti makanan instan dan sajian di restoran fast food?

Sesungguhnya kesederhanaan diksi yang diunggah penyair yang aslinya romantis spiritualis ini, bukanlah tanpa pergumulan yang hebat. Dia biasa menulis puisi-ouisi yang menghanyutkan dengan pilihan kata yang romantik. Demikian yang saya simak pada puisi-puisinya yang sudah dibukukan dalam antologi tunggalnya, yang berjudul "Secangkir Ayat" (2017). Artinya, ada perjuangan yang hebat bagi Jejak Kembara untuk sampai pada kadar diksi yang  "enak dibaca dan perlu"  (maaf, pinjam semboyan jurnalistik majalah TEMPO). Salam sastra.

240320

_
Sugiono MP/Mpp adalah wartawan, penulis biografi, memori, dan histori yang lahir di Surabaya, 9 Desember 19530. Sempat meraih Hadiah Junarlistik Adinegoro untuk metropolitan (1984) dan Penulis Pariwisata Terbaik (1984). Bukunya yang sudah terbit: Belajar dan Berjuang (1985), Srikandi Nasional dari Tanah Rencong (1987), Sang Demokrat Hamengku Buwono IX (1989), Jihad Akbar di Medan Area (ghost writer, 1990), Menjelajah Serambi Mekah (1991), Ketika Pala Mulai Berbunga (ghost writer, 1992), Melati Bangsa, Rangkuman Wacana Kepergian Ibu Tien Soeharto (1996, Persembahan Wiranto),  Pancaran Rahmat dari Arun (1997), Biografi Seorang Guru di Aceh (2004, biografi Prof. DR. Syamsuddin Mahmud), Anak Laut (2005, biografi Tjuk Sukardiman), Selamat Jalan Pak Harto (2008), Pengabdi Kemanusiaan (2010), dan Aceh dalam Lintasan Sejarah 1940-200 (2014).  Dia pernah bekerja di beberapa penerbitan, antara lain: Sinar Harapan (s/d 1984), Majalah Sarinah (1984-1988), Majalah Bridge Indonesia (1990-1995), Harian Ekonomi Bisnis Indonesia (1996), dan Komunikasi (1998). Kini dia sebagai Pemimpin Redaksi majalah online NEOKULTUR. 

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.