Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Teori Konspirasi dalam Kasus Corona - Muhamad Thorik

Teori Konspirasi dalam Kasus Corona - Muhamad Thorik

Teori Konspirasi dalam Kasus Corona
Oleh Muhamad Thorik
(Pengamat sosial kemasyarakatan, dan peneliti historical memories Indonesia)


KAWACA.COM | Virus Corona (Covid-19), dalam analisis mantan pejabat CIA Philip Giraldi, tidak akan muncul secara alami melalui mutasi, melainkan diproduksi di laboratorium. Philip Giraldi juga seorang mantan spesialis anti-terorisme Amerika Serikat (AS) yang selama ini mencurigai peran Amerika dan Israel dalam proyek virus ini, sebagai upaya mengobarkan perang biologis.

            Dalam opininya yang terbit di Strategic Culture Foundation (5 Maret 2020) dengan lugas ia menulis: “Beberapa laporan memberi kesan bahwa ada komponen virus yang terkait dengan HIV yang tidak mungkin terjadi secara alami. Jika benar bahwa virus telah dikembangkan atau bahkan diproduksi untuk dipersenjatai, itu akan lebih jauh menunjukkan bahwa pelariannya dari Institut Virologi Wuhan dan masuk ke populasi hewan dan manusia bisa saja tidak disengaja. Teknisi yang bekerja di lingkungan seperti itu sadar bahwa ‘kebocoran’ dari laboratorium sering terjadi.”

Lebih jauh Giraldi menjelaskan, bahwa ada beberapa spekulasi bahwa karena Pemerintahan Trump telah terus-menerus mengangkat masalah meningkatnya daya saing global China sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional Amerika dari dominasi ekonomi. Mungkin saja Washington telah menciptakan dan melepaskan virus dalam upaya untuk membawa pertumbuhan ekonomi dan militer Beijing terjatuh beberapa tingkat. Memang sulit untuk dipercaya bahwa Gedung Putih akan melakukan sesuatu yang begitu sembrono, tetapi tentu ada preseden untuk jenis perilaku seperti itu.

Opini Giraldi masih terus menjadi kajian para intelektual Amarika sampai saat ini. Ia pun menuding Israel punya peranan penting dalam hal ini. Menurutnya, sejak 2005 hingga 2009, pemerintah Amerika dan Israel secara diam-diam mengembangkan virus komputer yang disebut Stuxnet, yang dimaksudkan untuk merusak sistem kontrol dan pengoperasian komputer Iran yang digunakan dalam program penelitian nuklir negara itu. Diakui Stuxnet dimaksudkan untuk merusak komputer, bukan untuk menginfeksi atau membunuh manusia. Tetapi, kekhawatiran bahwa itu akan menyebar dan pindah untuk menginfeksi komputer di luar Iran terbukti akurat karena menyebar ke ribuan PC di luar Iran, di negara-negara sejauh China, Jerman, Kazakhstan, hingga Indonesia.

Teori konspirasi ini sangat berhubungan erat dengan pola-pola yang dilakukan elit militer CIA dan NSA dalam film "Snowden" (Oliver Stone), dan di Indonesia cukup jelas tergambar dalam novel "Pikiran Orang Indonesia" (Hafis Azhari). 

Ada baiknya saya jabarkan lebih lanjut mengenai opini Giraldi ini, menyangkut virus Corona pun sudah sampai di depan pintu gerbang rumah-rumah kita. Kemudian katanya: “Jika seseorang menganggap itu mungkin bahwa Amerika Serikat memiliki andil dalam menciptakan virus Corona di sisa-sisa pusat penelitian senjata biologis yang dulunya luas di Ft Detrick Maryland, sangat mungkin bahwa Israel adalah mitra kerja dalam proyek ini. Membantu mengembangkan virus juga akan menjelaskan bagaimana para ilmuwan Israel telah dapat mengklaim keberhasilan dalam menciptakan vaksin begitu cepat, mungkin karena virus dan perawatan untuk itu dikembangkan secara bersamaan.”

Di sisi lain, sejurus dengan opini yang ditulis Giraldi tersebut, tiba-tiba pihak Israel mengklaim sudah dekat dengan pengembangan vaksin untuk virus Corona yang dapat tersedia dalam waktu sekitar 90 hari. Para ilmuwan Israel menjelaskan, bahwa mereka telah mengembangkan vaksin yang efektif terhadap avian coronavirus, Infectious Bronchitis Virus (IBV), yang akan segera diadaptasi dan dibuat vaksin manusia terhadap Covid-19.

Demikian juga kepala staf gabungan militer AS, Jenderal Mark Milley menegaskan bahwa sebuah laboratorium militer AS tengah membuat obat atau vaksin untuk virus corona Covid-19. Pernyataan itu disambut pejabat tinggi di Kementerian Kesehatan AS yang menyatakan bahwa vaksin Corona akan siap 18 bulan lagi, dan sementara ini belum ada obat untuk virus, meskipun pasien tetap harus mendapatkan perawatan.

Sementara itu, Hamad Jalali Kashani, seorang aktivis dan sutradara film dari Iran, membuat tastemen bahwa wabah Corona diciptakan untuk membuat gentar penduduk agar tidak ikut-serta dalam pemilihan umum legislatif, pada Februari lalu. Ironisnya, Kashani ikut tertular dan kini berada dalam kondisi kritis di rumah sakit. Sedangkan Hossein Salami, kepala Garda Revolusi Iran, menuding Amerika Serikat berada di balik epidemi Covid-19 di Iran. "Kita akan menang melawan virus, yang mungkin merupakan produk invasi senjata biologis milik Amerika Serikat, yang menyebar ke Cina, lalu Iran dan akhirnya di seluruh dunia," tegasnya.

Menurut laporan di berbagai media, setidaknya saat ini terdapat 23 anggota parlemen Iran telah mengidap virus Corona. Akhirnya, pemerintah membekukan aktivitas di parlemen, menyusul kekhawatiran merebaknya wabah Corona di kalangan para pemimpin Iran. Di sisi lain, dengan musibah yang diderita Iran dan para pemimpinnya, AS masih saja melakukan tuduhan-tuduhan miring seolah-olah Iran menutupi situasi wabah Corona di dalam negerinya. Kota Qom yang menjadi pusat pendidikan Islam, dituduh sebagai pusat episentrum penyebaran infeksi Corona di luar Cina.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Cina melalui juru bicaranya, Hua Chunying menyatakan bahwa Amerika adalah negeri pertama yang menganjurkan penarikan sebagian staf kedutaan besarnya, dan yang pertama memberlakukan larangan pada pengunjung Tiongkok. Semua yang AS lakukan hanya menciptakan dan menyebar ketakutan, yang bisa menjadi contoh buruk. Amerika segera mengevakuasi warganya dari Wuhan pada 28 Januari 2020. Hanya selang dua hari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 30 Januari mengumumkan darurat global atas penyebaran virus yang cepat. Pada hari yang sama, Departemen Luar Negeri AS menaikkan travel warning ke negeri Cina.

Seketika itu, pemerintah Cina mengharapkan seluruh masyarakat dunia agar membuat penilaian yang jujur, obyektif dan sesuai dengan nalar dan akal sehat. Masyarakat dunia diharapkan bersikap tenang, sabar, dan harus memandang fenomena ini berdasarkan ilmu pengetahuan. ***

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.