Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Covid 19 Melahirkan Virus Baru Covid 20 - Indra Kusuma

Covid 19 Melahirkan Virus Baru Covid 20 - Indra Kusuma

Covid 19 Melahirkan Virus Baru Covid 20


oleh Indra Kusuma
(Alumnus Falsafah Agama, Universitas Paramadina, dan kini sebagai CEO TareBooks)



"Pikiran adalah infeksi. Dalam kasus pemikiran tertentu, itu menjadi epidemi."
-Wallace Stevens

KAWACA.COM | Saat ini, di tengah wabah Corona atau Covid 19, kita seperti berada di tengah ketakutan dan harapan. Ketakutan akan tertular. Harapan akan wabah segera usai. 

Ketakutan yang wajar, mengingat virus Covid 19 tak terlihat oleh mata sebagaimana hantu, dan belum ditemukan vaksinnya hingga kini. Artinya, orang yang sial tertular Covid 19, hanya menunggu bagaimana tubuhnya bekerja secara alami dengan bantuan tenaga medis untuk sembuh. Dengan kata lain, menunggu Tuhan turun tangan. 


Harapan yang juga wajar, karena segala wabah akan berakhir. Segala penyakit ada obatnya. Segala badai akan usai. Segala yang datang akan pergi. Segela yang berjumpa akan berpisah.


Selain berada di tengah antara kutub ketakutan dan harapan, sejatinya kita juga sedang berada di atas perahu di tengah lautan yang tertahan tidak berlayar ke tujuan atau bahkan tidak bisa kembali ke pelabuhan. Kita terombang-ambing di atas gelombang. Gelombang informasi, entah yang positif atau negatif. Kita termangu di tengah laut ketidakpastian.


Ketakutan kita akan Corona, telah cukup dalam mempengaruhi kita, baik pada sektor psikologi, ekonomi, dan aktivitas harian. Akibatnya, ketakutan tersebut seperti bercabang pada ketakutan lain, seperti bagaimana kalau uang habis, kalau gaji dipotong, kalau proyek tak selesai, dan kalau lainnya.


Dengan demikian, tanpa sadar, Covid 19 ini telah melahirkan virus bernama Covid 20, yakni pola pikir kita sendiri sebagaimana kebenaran kata penyair Amerika Serikat Wallace Wallace Stevens (1879-1955) bahwa "pikiran adalah infeksi. Dalam kasus pemikiran tertentu, itu menjadi epidemi." 


Di dalam pikiran ketakutan, kita seakan tidak berdaya, dan tidak tahu mau melakukan apa. Kita dipaksa menjadi sendiri-sendiri demi keselamatan bersama. Sekalinya berpikir untuk berani, kita kadang menjadi konyol. Ketakutan yang berlebih justru akan melemahkan diri kita. Demikian juga keberanian yang melampaui batas akan membahayakan kita semua. 

Sambil menunggu vaksin dan upaya lain memberantas Covid 19, tidak ada salahnya kita untuk memberikan vaksin pada Covid 20 yang kita telah menginfeksi kita sendiri. Caranya adalah mari kita mulai mengidentifikasi: Apa saja yang bisa kita kendalikan dan apa saja yang tidak bisa kita kendalikan. Karena memang William Blake

 benar kalau "tidak semua hal dalam hidup ini bisa kendalikan, tetapi kita masih bisa mengontrolnya".

Apa yang bisa kita kendalikan?

  1. Pikiran kita sendiri agar senantiasa positif, optimis, dan dinamis dalam segala keadaan, bahkan yang terburuk sekalipun!
  2. Aktivitas di rumah, fokus pada kerja, karya, dan hal lain yang menyenangkan selama berada di dalam rumah.
  3. Informasi yang masuk dan kita keluarkan, carilah sumber informasi seputar Covid 19 yang valid, dan tutup pintu masuk untuk segala yang bersifat hoaks atau bernada kebencian yang berbau agama.
  4. Gerak kita, untuk tidak keluar rumah jika tidak mendesak. Untuk memenuhi kebutuhan pokok harian, kita bisa mengandalkan toko online dan delivery.
  5. Mendukung upaya pemerintah dan saran medis agar setia memakai masker, cuci tangan, jaga jarak dengan orang luar minimal 1 meter, dan hindari kerumunan massa.
  6. Mencoba sesuatu yang baru, di mana sebelumnya tidak bisa kita lakukan karena kesibukan, misalnya baca buku, menulis buku, dan lain sebagainya.
  7. Ritual keagamaan, cobalah lebih mendekatkan diri pada Tuhan, banyak berdoa, dan membaca kitab suci.

Lantas apa yang tak bisa kita kendalikan, tetapi bisa kita kontrol?

  1. Wabah Covid 19 akan berakhir. Tidak ada yang tahu, semua masih mungkin, masa bergantung pada keadaan. Kita hanya bisa menunggu.
  2. Stok masker dan hand sanitizer aman tersedia. Semua pihak, terutama pemerintah pasti sudah berupaya agar menyediakan segala kebutuhan terkait Covid 19 secara aman terkendali.
  3. Tenaga medis dan rumah sakit masih mumpuni. Segala pihak pasti sedang berjuang mencari solusi dan alternatif ketika dirasa sudah tidak bisa menangani atau menampung pasien yang ada.
  4. Pola pikir dan perilaku orang lain. Kita sering dengar orang ngeyel tidak mengikuti saran medis, misalnya tidak pakai masker, tetap berkumpul, dan lainnya.
  5. Keyakinan orang lain. Kita tidak perlu ambil pusing jika ada orang 'katanya' yakin pada Tuhan kalau Covid 19 tidak menulari dirinya, sehingga dia tetap santai dan seperti sedang tidak ada wabah.
  6. Lockdown nasional atau daerah. Pemerintah lebih tahu, kapan ia akan melakukan lockdown atau tidak.
  7. Kezaliman orang atau pihak tertentu di dalam suasana wabah. Hal ini juga tidak perlu kita pikirkan apalagi sampai membuat kita marah-marah. Manusia memang suka mencari kesempatan dalam kesempitan, atau "selalu ada tikus dalam setiap kapal", kata John Steinbeck.

Itu tujuh hal yang bisa dan tidak bisa kita kendalikan. Jadi, mari kita sembuhkan Covid 20 dengan cara ingat dan fokus pada yang bisa kita kendalikan, dan lupakan apa yang tidak bisa kita kendalikan. Mari kita tetap bergerak sambil terus menjaga jarak. Mari kita tetap bersama dengan cara sendiri-sendiri. Semoga segalanya segera menjadi baik-baik saja.

1 April 2020

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.