Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Replika Kapal Kakek - Anggraeni Khusnah Lestari

Replika Kapal Kakek - Anggraeni Khusnah Lestari

Oleh Anggraeni Khusnah Lestari

Hari ini Nabil akan mengunjungi rumah kakek di Surabaya. Nabil memang senang mengunjungi rumah kakek. Diperjalanan, Nabil sangat bersemangat. Ia menikmati pemandangan persawahan yang indah. Yang tidak akan pernah ia dapatkan di kotanya. Angin sepoi-sepoi yang berhembus dari jendela mobil membuat Nabil mengantuk dan akhirnya terlelap.
Kakek Nabil dulunya adalah seorang nahkoda kapal penyeberangan. Beliau sudah sering pergi ke beberapa pulau untuk mengantarkan penumpang. Tak heran jika di rumahnya banyak pajangan-pajangan berkaitan dengan kapal. Salah satu pajangan milik kakek yang sangat menarik perhatian Nabil adalah sebuah replika kapal tempat kakek bekerja lengkap dengan replika awak kapalnya. Kakek pernah bercerita jika dulu kapalnya pernah mengalami musibah. Kapal yang kakek nahkodakan diterjang badai. Akhirnya kapal itu pecah dan tenggelam. Banyak awak kapal dan penumpang tidak selamat dalam kejadian itu. Untuk itu, kakek membuat replika kapal itu lengkap dengan replika awak kapal untuk mengingat mereka. 

saat hendak beranjak, Nabil tidak sengaja menyenggol replika kapal milik kakek. Replika kapal itu terjatuh. Segera Nabil mengambilnya dan menaruh di tempatnya semula. Nabil mengamati replika itu dengan seksama, berharap tidak ada yang rusak. Nabil sangat terkejut. Ada sebuah replika awak kapal yang rusak. Salah satu kaki awak kapal itu hilang. Segera Nabil mencarinya di bawah meja dan kursi. Mencari disekitar ruang tamu tempat replika itu disimpan, namun tidak juga menemukannya. “Gawat! Kakek pasti marah” kata Nabil sambil terus mencari. 
“Nabil sedang apa disini?”. Suara kakek mengejutkan Nabil
“Ng...enggak kek. Nabil hanya melihat-lihat”.

Nabil tidak berani bilang ke kakek. Takut jika kakek marah kepadanya karena sudah merusak pajangan berharga milik kakek. Setelah itu Nabil pamit keluar untuk jalan-jalan keliling kompleks. Ia berjanji setelah itu akan mencari bagian tubuh replika awak kapal itu lagi.
Wajah awak kapal itu masih terbayang dengan jelas dalam pikiran Nabil. Replika itu mengambarkan seorang kakek tua hampir seusia kakeknya, dengan jenggot putih, memakai kacamata dan memakai tongkat.  Pikiran Nabil kemudian menjadi-menjadi. Bagaimana jika kakek itu menghampirinya?. Meminta pertanggungjawaban darinya. 
Nabil yang masih belum hafal jalan sekitar kompleks seketika menjadi panik. Ditatapnya sekeliling dan mengingat dimana ia berada. Di depan ada sebuah jalan bercabang dua. Di belakang ada sebuah jalan bercabang tiga.  Nabil tidak ingat ia datang dari jalan mana dan harus berjalan kearah mana. Sedangkan langit mulai menunjukkan bahwa hari mulai gelap.

“Kemana arah jalan pulangnya?”. Kata Nabil yang mulai panik
Kemudian tiba-tiba Nabil mendengar suara memanggilnya. Dipalingkan mukanya ke belakang. Dari arah belakang, berjalanlah seorang  kakek tua dengan tertatih. Namun bukan itu yang semakin membuat Nabil panik. Namun salah satu kaki kakek itu. Kakek itu kehilangan salah satu kakinya. Persis seperti replika kakek tua salah satu awak kapal pajangan milik kakeknya. Diamatinya baik-baik rupa kakek itu. Dan kakek itu sangat mirip dengan replika itu. Nabil benar-benar ketakutan. Ia kemudian mulai berlari menghindari kakek misterius tadi. Nabil sangat takut jika kakek itu benar-benar meminta pertanggungjawaban dari Nabil karena telah menghilangkan salah satu kakinya. 
Nabil berlari menghindari kakek itu. Nafas Nabil terengah-engah. Nabil berhenti sejenak untuk menarik nafas. Nabil menengok ke belakang. Ia tak menemukan kakek itu mengejarnya. “Untung kakek tadi tidak bisa mengejarku” kata Nabil dengan nafas tersengal. “Cu, tolong kakek”. Tiba-tiba mendengar suara itu lagi. Suara yang sama di jalan sebelumnya. Nabil menengok ke belakang. Betapa terkejutnya Nabil. Kakek itu ada di belakangnya. Jalannya tertatih dengan bantuan tongkat. 
“Aaarrrghhh!”. Nabil berteriak kemudian langsung berlari lagi
Yang membuat Nabil semakin ketakutan adalah saat ia menatap sekitar. Ia benar-benar tidak tahu ia berada dimana. Bagi Nabil semuanya sama saja. Semua rumah dan jalan yang ditatap Nabil sama. Ia tidak ingat jalan pulang. Nabil tersesat. Ditambah lagi di kompleks itu sangat sepi. Tak ada seorangpun disana. Karena memang itu sudah mulai gelap. Sehingga semua orang bersantai dengan keluarganya di dalam rumah sambil menunggu makan malam.
“Cu... tolong kakek!”. Kakek itu tiba-tiba muncul dan langsung memegang tangan Nabil
“Aarrrgghh... nabil takut”. Ujar Nabil yang langsung melepaskan tangannya 
Nabil semakin takut. Hantu dalam kakek tua dalam replika itu mendatangi Nabil. Mungkin ia ingin meminta pertanggungjawaban dari Nabil yang telah menghilangkan salah satu kakinya. Nabil terus berlari menyusuri tiap jalan di kompleks itu. Namun nabil tidak menemukan rumah kakeknya. Malah ia semakin tersesat. Karena kecapekan, akhirnya Nabil terjatuh. Ia tersengkur di tanah. 

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang ingin meraihnya. Karena ketakutan, Nabil tidak berani menatap wajah orang di depannya itu. Ia tetap menatap ke tanah sambil berkata “ampun kek... Nabil tidak sengaja” sambil menangis.
“Jangan takut”. Kata orang itu 
Nabil lega. Karena itu bukan suara seorang kakek-kakek. Itu suara perempuan. Ia tatap wajah orang itu. Dan ternyata itu adalah seorang wanita cantik. Sepertinya ia orang sekitar. Nabil meraih tangan wanita itu yang ingin membantunya berdiri. 
“Ayo, saya antar kamu pulang”. Kata wanita itu dengan ekspresi datar
Nabil berjalan disamping wanita itu. Sekarang Nabil merasa lega karena sang kakek tua tadi tidak mengikutinya lagi. Nabil tak tahu harus kemana lagi ia berlari. Kakinya sudah cukup lelah. Dan hari sudah mulai malam. 

Selama perjalanan, wanita itu tidak berbicara sekata pun. Ia hanya diam sambil terus berjalan ke depan. Mungkin wanita itu adalah tipe orang yang pendiam. Pikir Nabil.
“Tante, namanya siapa?”. Ujar Nabil mengawali dialog
“Nina”. Jawab wanita itu sambil tersenyum kearahnya.

Senyum wanita itu sangat manis. Tubuhnya yang ramping dan wajahnya yang cantik membuat Nabil berpikiran jika wanita tersebut salah seorang model. Saat Nabil hendak bertanya perihal pekerjaan wanita tadi, ternyata ia sudah sampai didepan rumah kakek.

“itu rumah kakek kamu”.
“Iya tante”. Kata Nabil menghadap ke depan. Kearah rumah kakek
Ketika Nabil hendak mengucapkan terima kasih, tiba-tiba wanita yang tadi berdiri di belakangnya itu menghilang. “kemana tante tadi?” ujar Nabil sambil melihat sekeliling. Namun ia tak menemukan jalannya wanita tadi. “mungkin rumahnya disekitar sini” pikir Nabil.

Nabil langsung masuk kedalam rumah kakek tanpa memikirkan kembali wanita tadi. Namun betapa terkejutnya Nabil. Kakek yang tadi mengejarnya, kini duduk di kursi rumah kakek. Nabil yang tak mampu menahan rasa takutnya, akhirnya menangis sambil berkata “ampun kek. Nabil minta maaf. Nabil akan bertanggung jawab”.

“Nabil kenapa nak?”. Ujar kakek pada Nabil
“Nabil tadi tidak sengaja menjatuhkan replika kapal milik kakek dan menghilangkan salah satu kaki replika awak kapalnya. Dan sekarang hantu kakek dalam replika itu mengejar Nabil”. Kata Nabil kepada kakenya sambil menangis
Namun bukannya marah, kakek Nabil justru tertawa. Nabil yang kebingungan langsung mengusap air matanya dan bertanya kepada kakeknya.

“Replika kakek tua itu memang hanya memiliki satu kaki. Namanya adalah kakek sutejo. Dia masih hidup. Dulu, saat peristiwa itu kakek kaki kakek sutejo tertimpa besi besar sehingga akhirnya harus dioperasi”. Kata kakek menjelaskan kejadian yang sebenarnya

Ternyata kakek sutejo ingin meminta bantuan Nabil untuk mencari rumah Wiryo. Kakek Nabil. Kemudian kakek mengajak Nabil untuk melihat replika kapal itu. Kakek menjelaskan lebih rinci tentang replika kapal itu. Replika itu dibuat baru-baru ini. Sehingga rupa awak kapal dibuat persis dengan wajah dan umur mereka sekarang. 

“Siapa yang mengantarmu pulang?” Tanya kakek
“Tante Nina”. Jawab Nabil
Seketika raut wajah kakek dan kakek Sutejo seperti orang terkejut. Mereka berdua saling menatap. Seperti sedang memikirkan hal yang sama.
“Kenapa ke?”. 
“Apakah dia itu wanita tinggi, ramping berambut panjang dengan tahi lalat di dagu sepelah kanan?”. Tanya kakek 
“Kok kakek tahu?”.  Nabil mulai penasaran
“Apakah dia orangnya?”. Kata kakek sambil menunjuk kea rah sebuah replika awak kapal perempuan yang berdiri di sisi kanan
Betapa terkejutnya Nabil. Wanita yang tadi menolongnya ternyata sama dengan replika wanita yang ditunjukkan kakek. Wanita dalam replika yang dibuat masih muda seperti beberapa awak kapal yang lain.

“Dia memang bernama Nina. Salah satu awak kapal tempat kakek bekerja. Namun dia sudah meninggal saat kejadian itu. Sehingga replikanya dibuat masih muda, saat ia bekerja. Sama seperti awak kapal lain yang meninggal”. 

Penjelasan kakek itu membuat Nabil tercengang. Ternyata yang tadi menolong, berjalan, dan berdialog dengannya adalah sosok hantu yang sebenarnya. Dan ia justru lebih akrab dengannya dibandingkan dengan kakek Sutejo yang merupakan teman kakeknya yang masih hidup. 

____
Anggraeni Khusnah Lestari adalah cerpenis  dan mahasiswa. Tinggal di Rembang, Jawa Tengah.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.