Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Suatu Epilog: Nyala Laut buat Tamadun Maritim - Agung Dhamar Syakti

Suatu Epilog: Nyala Laut buat Tamadun Maritim - Agung Dhamar Syakti

Suatu Epilog: Nyala Laut buat Tamadun Maritim
oleh Dr. Agung Dhamar Syakti


KAWACA.COM | Percuma mendalami samudra ilmu agar jika pengembalaan ijma ikan, udang dan barisan biduk berlayar tidak memberi kesejahteraan bagi nelayan dan masyarakat pesisir di kepulauan Nusantara. Ketidakberdayaannya membuat hilang kedaulatanya dihadapan para tengkulak dan konglomerat jahat serta ketidakhadiran aparat dan pamong negara. [Puisi 1,3,5,16]

Gemuruh sang ombak menderu deru…
Hanyutkan kelapa berbilang hari
Dengan literasi bahari di era yang baru…
Tamadun Maritim tercipta di Kepri
[Puisi 12, 57]

Potensi bahari Indonesia menurut perhitungan BPS (2015), bernilai 1.33 trilyun dolar yang setara dengan tiga kali produk domestic bruto Indonesia yakni sebesar 3.540 USD atau 7 kali APBN tahun 2016. Sebagai contoh perikanan budidaya dapat berpotensi menyumbang 205.2 milyar USD /tahun ketika dioptimalkan, belum lagi potensi perikanan tangkap, Industri pengolahan hasil perikanan, Industri bioteknologi kelautan, energi dan sumber daya mineral, Pariwisata bahari dan Industri dan jasa maritim serta sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan non konvensional.[Puisi 4, 16, 20].

Sebagai anugrah posisi geo-teknonik kita dari Allah SWT berupa pertemuan tiga lempeng besar. Tambang dan mineral adalah karunia Allah yang luar biasa bagi laut Kepulauan Riau (Kepri), niscaya seluruh laut Indonesia atau Nusantara. Reservoir minyak di Anambas dan gas alam Natuna harus dioptimalkan buat kemaslahatan bersama selain itu Lautan di Kepri juga memiliki potensi energi baru terbarukan yang sangat besar.Potensi energi ramah lingkungan ini dapat dikembangkan dari arus permukaan, angin, pasang-surut dan juga panel surya.

Potensi biodiversitas yang tinggi baik pada level spesies sampai ke ekosistem. Keanekaragaman biologi dapat diartikan sebagai kekayakan bahan-bahan kimia farmasi bahari yang mendukung Industri bioteknologi kelautan yang dapat menghasilkan produkproduk kelautan dengan kualitas dan kuantitas yang bagus. Dalam bahasa teknisnya marine bioprospecting yang dapat memberikan pendapatan sebesar 180 milyar dollar per tahun. Di Kepulauan Riau, bahan-bahan alami untuk obat dan kosmetik dapat diekstrak dari ekosismem laut seperti bakau (mangrove), lamun dan terumbu karang atau dari biota-biota laut seperti kuda laut, rumput laut dan teripang. Konon ekspedisi Laksanama Cheng Ho diabad ke 14 ke wilayah Nusantara juga bertujuan mengekplorasi potensi Sticopus horrens, atau teripang gamat guna pengobatan bagi bala tentaranya.
[Puisi 34, 40]

Bahkan kita dapat mengisolasi bakteri dari sedimen untuk menghasilkan antibiotik. Marinon dan debromomarinon adalah antibiotic yang didapat dari Actinomycetes, suatu bakteri gram positif bahkan jamur (fungi) yang hidup di biota karang lunak atau bahkan potongan kayu dapat menjadi tempat tinggal jamur laut (marine fungi) yang dapat menghasilkan antibiotic. Contoh lain adalah produk antitumor dari berbagai bakteri dan fungi laut yang didapat dengan cara mengisolsasinya dari sedimen dan biota laut. Semuanya ada di lautan Kepri dan juga di lautan Nusantara!.

Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya adalah laut, yang niscayamerupakan bagian penting Negara Kesatuan Republik Indonesia—karena bersempadan langsung dengan beberapa negara di ASEAN—memiliki potensi sumber daya perikanan tangkap sebesar 860.650,11 ton/tahun meliputi total potensi sumber daya ikan di perairan laut Kepulauan Riau sebesar 689.345.17 ton/tahun yang terdiri dari ikan pelagis besar sejumlah 16.483,29 ton/tahun, ikan pelagis kecil sejumlah 146.309,34 ton/tahun, ikan demersal sejumlah 491.653,06 ton/tahun, krustase sejumlah 4.402,70 ton/ tahun, moluska sejumlah 30.496,77 ton/tahun. Potensi perikanan tangkap di Provinsi Kepulaun Riau terbesar berada di perairan Natuna dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 4-6% dari total potensi Kabupaten Natuna sebesar 504.212,85 ton/tahun (58,59% dari total potensi Provinsi Kepulauan Riau), diikuti Kabupaten Bintan, Kabupaten Kepulauan Anambas, dan Kabupaten Lingga. [Puisi 63-66].

Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki ekosistem terumbu karang (coral reef), bakau (mangrove) dan padang lamun (sea grass bed) sebagai habitat aneka ragam jenis ikan dengan keindahan panorama alam dasar laut yang unik dan produktif dengan potensi sebagai penunjang pembangunan dan ekonomi daerah baik berupa sumberdaya ikan maupun jasa lingkungan melalui wisata maritim untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ekosistemekosistem ini dapat melindungi pantai dari hantaman gelombang, sehingga mengurangi abrasi dan kerusakan dan berperan secara ekologis sebagai daerah pemijahan (Spawning ground), daerah mencari makan (feeding ground) dan asuhan (nurshery ground), serta tempat berlindung beragam jenis ikan, udang dan kepiting.

Dengan potensi keindahan Alam,dan seni budaya Provinsi Kepulauan Riau kaya akan potensi pariwisata. Kawasan pariwisata di Provinsi Kepulauan Riau seluas 28.324 Ha yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Adapun arahan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Riau diimplementasikan ke dalam 7 (tujuh) Koridor Pariwisata Daerah yang berdasarkan keunggulan kooperatif. [Puisi 26, 28].

Potensi jasa lingkungan: jangkar kapal dan Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) yang memiliki nilai sejarah tinggi diduga banyak terdapat di perairan laut Kepulauan Riau mengingat perairannya sebagai perlintasan dunia. Laut Kepulauan Riau banyak terdapat barang-barang kuno bekas muatan kapal yang tenggelam. Sebagai gambaran pada tahun 1752 di Karang Heliputan, Riau. Kapal VOC bernama De Geldermalsen, yang tenggelam mengangkat 140.000 buah keramik Cina dan 225 potong emas batangan. [Puisi 34, 40, 44].

Jikalau Laut dinyalakan saya maknai dengan bagaimana kita mampu mengeklorasi, menyediakan data yang sahih dan akurat guna pengelolaan yang baik agar ekploitasi laut menjadi jalan menuju suatu Tamadun Maritim dimana masyarakat Kepulauan Riau, dan umumnya masyarakat di seluruh kepulauan di Nusantara nantinya dapat “mencapai suatu tatanan peradaban yang tangguh dan unggul dengan mengandalkan sumberdaya maritim di dalam pembangunan negeri baik secara fisik/lahiriah dan juga tata susila, budi pekerti dan spiritual yang tinggi”. Konsekwensinya kita, khususnya di Kepri harus dapat menjadi suatu entity yang mampu mengoptimalkan konsep provinsi maritim berkelanjutan yang sederhananya adalah bahwa kita dapat mengharmonisasi empat komponen sumberdaya yaitu kita sebagai pemilik sumberdaya, penghasil sumberdaya, pengolah sumberdaya dan konsumen sumberdaya tergambarkan sebagai siklus yang akan menentukan kesejahteraan masyarakat pesisir (coastal welfare) dalam suatu provinsi yang mampu mengelola sumberdya maritimnya dengan berkelanjutan (sustainable maritime). [Puisi 4, 55, 56, 57]

Geliat dan gaung menyalakan laut tidak hanya dari masyarakat pesisir dan pantai di Kepri sendiri dan di berbagai daerah kepulauan di Indonseia, namun sudah menjadi sebuah tujuan pembangunan perkelanjutan dunia (Sustainable Development Goals; SDGs) yang memiliki 17target, dimana target yang berkaitan dengan hidup dan kehidupan bawah laut (life below water) ada pada tujuan ke 14 (SDGs-14) dengan fokusmencegah dan mengurangi secara signifikan polusi laut, secara efektif mengatur produksi tangkapan ikan dan penangkapan ikan, penetatapan zona konservasi, dan pengelolaan berkelajutan, peningkatkan manfaat ekonomi ke pulaupulau kecil, menyediakan akses untuk nelayan artisanal skala kecil ke sumber daya dan pasar laut dan tentunya senantiasa meningkatkan pengetahuan ilmiah tentang kelautan dan kemaritiman seperti dalam Gurindam Dua Belas Pasal 5 Ayat 4: “Jika hendak mengenal orang berilmu/Bertanya dan belajar tiadalah jemu”

Gunung Bintan jadi sebutan…
Gunungnya tinggi tiada bertepi…
Tamadun Maritim jadi sebutan…
Peradaban tinggi tak hanya mimpi…
[Puisi 57]

JALES VEVA JAYA MAHE.
Tanjungpinang, 01 Juli 2019

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.