Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Latar Belakang dan Ciri Kaum Fundamentalis

Latar Belakang dan Ciri Kaum Fundamentalis

oleh Shaifurrokhman Mahfudz


Fundamentalisme terdapat pada tiap bidang, termasuk agama, baik di agama Kristen atau Islam.

Apa itu fundamental, fundamentalis, dan fundamentalisme? Fundamental artinya bersifat dasar (pokok) atau mendasar. Fundamentalis berarti penganut gerakan keagamaan yang bersifat 'mendasar' dan reaksioner yang selalu merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli seperti yang tersurat di dalam kitab suci. Sementara itu, fundamentalisme adalah paham yang cenderung untuk memperjuangkan sesuatu secara radikal.

Dalam pandangan Kuntowijoyo, kemunculan kaum fundamentalis dalam bentuk radikalisme dan fundamentalisme ajaran Islam sesungguhnya adalah gerakan anti-industri. Hal ini -kadang- tidak disadari bahkan oleh pengikutnya sendiri. Kita tahu, industrialisme telah menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan manusia secara harmoni. Dampak tersebut berupa hegemoni atau dominasi atas sejumlah sumber daya yang ada, seperti: 

  1. Dominasi masa lalu oleh masa kini;
  2. Dominasi industri atas alam, dan 
  3. Dominasi bangsa atas bangsa.

Dominasi bisa bermakna penguasaan oleh pihak yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah (dalam bidang politik, militer, ekonomi, perdagangan, olahraga, dan sebagainya). Fakta-fakta tersebut, tentu saja sangat menggelisahkan. Kenapa? Karena mereka merasa sedang dijajah secara terselubung atau apa yang disebut 'penjajahan modern melalui dominasi industri'.

Lantas apa ciri-ciri golongan fundamentalis dalam Islam? Mereka -setidaknya- memiliki tiga ciri utama sebagai berikut: 

Pertama, kaum fundamentalis ingin kembali ke masa Rasulullah saw. dalam hal gaya hidup, berpakaian misalnya. Mereka cenderung memakai jubah dan cadar dengan maksud untuk menolak industri fashion. “Kesalahan” yang mereka lakukan ialah menganggap fashion yang bersifat muamalah sebagai akidah. Padahal kita tahu, akidah bukanlah muamalah. Akidah ya akidah. Muamalah ya muamalah.

Kedua, kaum fundamentalis ingin kembali ke alam. Sebenarnya slogan back to nature ini menjadi tema utamanya, tetapi diungkap dengan alasan lain. Misalnya untuk menolak wewangian atau parfum buatan pabrik industrialisme. Kaum fundamentalis lebih memilih memakai bahan-bahan alamiah, seperti siwak, minyak wangi tanpa alkohol dan sejenisnya. Kesalahannya sama dengan yang pertama. Mereka yang bersifat muamalah sebagai akidah.

Ketiga, mereka terkesan anti-Barat. Sikap tersebut kemudian mempunyai implikasi secara politik. Ini yang menyebabkan negara-negara industri memiliki persepsi bahwa sikap fundamentalis atau radikalisme sama dengan terorisme. Negara-negara Barat (utamanya Amerika Serikat) melihat Iran, Libya, Afghanistan, Palestina, Somalia dan Sudan sebagai kantong para fundamentalis sekaligus teroris.[1]

Berdasarkan fenomena tersebut, tampaknya ada 4 (empat) faktor yang menyebabkan lahirnya kaum fundamentalis (ifrath). 

Pertama, faktor modernisasi dirasakan dapat menggeser nilai-nilai agama dan pelaksanaannya dalam kehidupan. 

Kedua, pandangan dan sikap politik yang tidak sejalan dengan sikap dan pandangan politik yang dianut penguasa. 

Ketiga, ketidakpuasan mereka terhadap kondisi sosial, ekonomi, politik dan sebagainya yang berlangsung di masyarakat. 

Keempat, faktor sifat dan karakter dari ajaran Islam yang dianutnya cenderung bersikap rigid dan literal.

Endnote:
1. Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam, Bandung, Mizan, 1997, cet.I, hal. 49.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.