Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Sejarah Universitas al-Azhar Kairo

Sejarah Universitas al-Azhar Kairo

Sejarah Universitas al-Azhar Kairo

Sudah menjadi suatu kaidah tak tertulis bahwa peradaban Islam di suatu daerah selalu dikaitkan dengan peran masjid di kawasan tersebut. Hal ini mungkin diilhami oleh kerja nyata Rasulullah SAW saat berada di Madinah. Hal pertama yang beliau lakukan di Madinah adalah membangun masjid. Ini menandakan bahwa peran masjid yang tidak hanya terbatas pada kegiatan ritual semata. Tapi lebih dari itu, masjid adalah sentral pemerintahan Islam, sarana pendidikan, mahkamah, tempat mengeluarkan fatwa, dan lain sebagainya.

Bermula dari sebuah masjid yang dibangun pada 971 M/359 H, al-Azhar kini dikenal sebagai universitas tertua di dunia dan menjadi kiblat ilmu pengetahuan di penjuru dunia. Al-Azhar yang didirikan oleh Panglima Jauhar as-Siqillî pada masa Dinasti Fatimiyah, Khalifah ke-4, al-Mu‘iz li Dînillâh Ma‘d bin al-Mansûr (931–975 M/319–365 H). Merupakan masjid sekaligus institusi pendidikan yang secara fundamental sangat berperan dalam membangun paradigma pemikiran keislaman di dunia. Bermula dari kajian-kajian terbatas (halaqah) yang diadakan di bawah tiang masjid dengan sistem yang sangat tradisional, al-Azhar tak pernah lelah membidani lahirnya ulama dan cendekiawan muslim sepanjang zaman. 

Pada masa al-Mu‘iz li Dînillâh Ma‘d bin al-Mansûr  itulah Ibu Kota Mesir dipindahkan ke daerah baru yang kemudian dinamakan al-Qâhirah atau Kairo. Di dalamnya dibangun sebuah masjid, yakni Jami’ al-Qâhirah. Kemudian pada masa Khalifah al-‘Azîz Billâh, di sekeliling Jâmi‘ al-Qâhirah dibangun beberapa istana yang disebut al-Qusûr az-Zâhirah. Istana-istana ini sebagian besar berada di sebelah timur (kini di sebelah barat Masjid Husain), sedangkan sebagian yang kecil berada di sebelah barat (di dekat masjid al-Azhar sekarang). Kedua istana dipisahkan oleh sebuah taman yang indah. Keseluruhan daerah ini dikenal dengan sebutan Madînah al-Fâtimiyyin al-Mulukiyyah. Kondisi di sekitar Jâmi‘ al-Qâhirah yang begitu indah bercahaya ini mendorong orang menyebutnya dengan sebutan baru, yaitu Jâmi‘ al-Azhar. Kata al-azhar berasal dari kata zahrâ’ yang berarti bersinar, bercahaya, dan berkilauan.

Ada dua hal yang menjadikan Jâmi‘ al-Azhar menjadi pusat keilmuan utama saat itu. Pertama, ekspansi yang dilakukan oleh pasukan Tatar terhadap Baghdad, ibu kota Abbasiyah. Ekspansi ini menyebabkan pusat kekhalifahan pindah ke Mesir, dari tahun 660 H hingga tahun 923 H, bertepatan dengan awal munculnya Turki Utsmani. Akibat serangan Tatar, banyak ulama muslim dari Timur berhijrah ke Mesir karena Mesir berhasil mengalahkan Tatar dalam peperangan ‘Ain Jalut yang dipimpin oleh Raja Mesir, Sultan Saifuddîn al-Muzaffar Qutz. Kedua, orang-orang Islam di Andalusia ditindas oleh orang-orang Eropa sehingga banyak ulama di Barat berhijrah ke Kairo.

Dua hal inilah yang menyebabkan al-Azhar menjadi menara keilmuan dunia Islam saat itu. Di samping ilmu agama dan bahasa, dipelajari juga ilmu-ilmu eksakta, seperti matematika, astronomi, kimia, kedokteran, logika, dan sejarah. Di antara ulama-ulama terkenal yang mengajar di al-Azhar adalah Ibnu Khaldûn, Ibnu Hajar al-‘Asqalânî, ‘Abd al-Wahhâb asy-Sya‘rânî, Kamâluddîn ad-Damirî, al-Fârisî, Jalâluddîn as-Suyûtî, al-‘Ainî, al-Khawî, ‘Abd al-Latîf al-BaghdâdÃŽ, Ibnu Khâliqân, dan al-Maqrizî. Pada masa inilah,  abad ke-15 M/ke-9 H, puncak keemasan al-Azhar.

Al-Azhar bukan hanya yang tertua di kalangan dunia Islam, melainkan juga di seluruh dunia. Universitas-universitas di Amerika dan Eropa baru didirikan dua abad setelah berdirinya al-Azhar. Universitas Paris didirikan pada abad ke-12 Masehi; Universitas Oxford di Inggris pada abad ke-13; demikian juga universitas-universitas Eropa lainnya. Universitas yang mengimbangi al-Azhar dari segi sejarahnya adalah Universitas al-Qairawan di Kota Fez, Maroko. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Universitas al-Qairawan adalah yang tertua di dunia karena pendidikan di sana sudah berlangsung sejak tahun 859 M/245 H. Walaupun demikian, tingginya kedudukan al-Azhar, seperti disebutkan oleh Muhammad Kamâl as-Sayyid Muhammad dalam Jami‘an wa Jami‘atan: al-Azhar fî Alf ‘Âm, bukan karena usianya, melainkan karena peranan utama yang dijalankannya dalam menjaga kemurnian ajaran Islam.

Sejak awal didirikan, al-Azhar selalu terbuka untuk semua pelajar dari seluruh dunia. Hingga kini Universitas al-Azhar memiliki lebih dari 50 Fakultas yang tersebar di seluruh pelosok Mesir, dengan jumlah mahasiswa dan mahasiswi lebih dari 200 ribu orang. Itulah potret al-Azhar yang tetap tegar pada usianya yang semakin senja.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.