Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Ulasan Karya Bani Hasyim Alpharexcztha - Sugiono MPP

Ulasan Karya Bani Hasyim Alpharexcztha - Sugiono MPP

ULASAN KARYA BANI HASYIM ALPHAREXCZTHA
oleh Sugiono MPP



KAWACA.COM | #Bani_Hasyim_Alpharexcztha tercatat sebagai generasi awal pengawal pusai. Bahkan pusai lahir dirangsang oleh kelenturan diksi Bani. Puisinya yang diposting di fb 24/05/2017 berjudul "Leburkan Perbedaan" saya gubah menjadi "Ata Lamaholot" (27/05/2017). Pusai itu berintikan ajakan rukun (bergandeng tangan) pacaperang di Tanah Lamaholot. Sungguhpun itu puisi tentag tari tradisional di Pulau Adonara, Nusa Tenggara, tapi pesannya untuk perdamaian global kini dan mendatang (warga dunia harus bergandeng tangan menyolusi covid-19). Ketertarikan saya pada puisi Bani itu merangsang lahirnya pusai.

Saya belum.pernah wawanmuka dengannya. Tapi ikatan batin kami.kuat. Ia tergolong pemuisi generasi gawai. Romantis. Religius. Di mata saya Bani adalah pribadi yang cerdas, rendah hati, terbuka, bertanggungjawab, soleh. Ikuti diksi-diksinya di sini, ia relatif menangkap neofuturistik pusai, seperti juga #Jejak_Kembara (karena keduanya sukwan pusai), hal yang beda dengan generasi susulannya, semisal Amiri Kulala.

Mari kita kulik pusainya yang sudah tayang di kawaca.com sebagai berikut.
"DISHARMONI: ranum buah/aroma pestisida/kepak kelelawar/mengguncang bumi//". Teknik kolase ini berhasil menyeret perhatian pembaca pada serpihan -serpihan objek yang berbeda namun terhimpun dalam kesatuan tutur yang membingkai pesan peradaban, kini menuju esok. Buah, pestisida, kelelawar (tiga unsur yang terpisah lepas baik dari wujud, struktur, fungsi, namun dibariskan dengan simpul: mengguncang bumi. Guncangan itu terjadi karena disharmoni. Buah yang ranum dipestisida yang nonorganik, 
memengaruhi habitat satwa seperti kelelawar (jadi ingat virus corona yang menginang di sel dalam tubuh kekelawar), menjadikan terganggunya keseimbangan ekosistem. Pesan yang tersirat: akankah disharmoni ini terus dibiarkan sampai esok hari?
"KAMASUTRA (seni bercinta): bulan telanjang/ tanah basah/ kudaku lari kencang/semangat berlomba-berlomba/dan kusingkap selimut malam/kemilau fajar//". Beda dengan teknik kolase, di sini idiom dan lambang-lambang yang digunakan mengacu ke keutuhan persenggamaan (bercinta) sampai mencapai rekah fajar (cahaya) setelah menyingkap selimut malam (penutup kelam). Pesannya, untuk mencapai cahaya kudu melakukan "ritual" kasih sayang (cinta) yang kafah seperti yang duajarkan dalam ilmu kasih sayang (kamasutra). Bukankah agama adalah ilmu kasih sayang? Catatan: masih ada pemborosan pada baris 4 serta kata 'dan' di baris 5 (kalau pun ditiadakan tak mengganggu baik musikal kata maupun makna).

"HEDONIS: genggam anggur/ gelembung busa/ melimpah ruah/ mabuklah burung, ular, dan dunia//". Hedonusme, kemabukan adalah nonproduktif dalam menata perjalanan ke masa depan. Secara inplisit pesannya: tinggalkan gaya dan sikap hidup yang hedonis.
"PUISI: suluh batin/perjalanan manusia//". Tidak hanya pendek diksi, tapi pilihan kata pun verbal, ungkapan umum (suluh/penerang batin), namun mampu menyampaikan pesan yang sarat makna. Bahwa sesungguhnya puisi kehidupan bukan sekedar aksara yang bisa tereja, namun ia adalah kisah perjalanan manusia, dari kelahiran menuju ke kematian yang batinnya terang sehibgga mampu mendenyarkan puitika (keindahan) hidup. Ini adalah salah satu cintoj pusai yang berhasil sebagai wahana spiritual buat masa depan. Praktis, singkat, tidak bertele-tele, mudah dicerna, namun membawa pesan yang maknawiah.

"DEMI WAKTU": jadilah bongkah batu/ tegak berzikir/ tak mengadu/ ditikam seribu badai//". Bagi.muslim, judul mengingatkan surah Al 'Ashr (QS 103 : 1) -- Demi masa -- yang memerintahkan amat untuk beramal saleh menyampaikan kebenaran dan kesabaran (dewasa ini warga dunia perlu sabar, menyampaikan kebenaran menghadapi covid 19). Kebenaran adalah bongkah batu yang tegak (bukan runduk) namun berzikir (kepadaNya), bukan semata-mata mengadu (dan mengaduh), walau ditikam nestapa (badai  corona). Pesan meskii bersumber kitabullah namun dikriya secara pusais yang kontekdtual dan komunikatif untuk semua umat.

"HUJAN SENIN PAGI: gemuruh langit pagi/ puisi berlomba-lomba/mengejar matahari//" Senin adalah hari.pertama, dan pagi adalah awal waktu. Katakan masih awal. Langut bergemuruh (bunyi hujan?), puisi berlomba-lomba (kompetisi kehidupan?), mencapai sukses (mengejar matahari). Pusai ini ditulis secara deskriptif (gambaran) suasana, tentang kesibukan orang-orang pada tiap Senin (awal munggu, bayangkan kehidupan guru atau karyawan) dalam.mencapai sukses hidup. Pusai ini hanya lukisan, pesannya tidak jelas.Catatannya, kata 'pagi' pada baris awal bisa dicarikan padanan (misal dini hari) agar tidak terjadi pengulangan dengan judul.

"BEKAL: siapkan lentera/ terus berlayar/ arungi gelap/ bumi yang terapung//". Pesannya jelas tertera pada judul, untuk mengarungi hidup kita harus membawa penerang (lentera) dan bumi tak akan tenggelam (optimis). Ini juga pusai yang gamblang, pesannya kena, meski klasik namun dengan diksi yang disanggit Bani, hemat, sarat, menyampaikan pesan solutif  ke masa depan,menjadikan kuliner yang sehat. 

Secara keseluruhan Bani telah relatif berhasil mencerna pusai walau pesan-pesan neofuturistiknya masih belum menghentak kesadaran baru yang mampu membuat dorongan untuk merangsang keberanian publik guna melakukan reorientasi dan restrukturisasi terhadap pola pikir dan pola sikap budaya. Tapi dari tuga tayamgan pemusai di kawaca.com boleh dibilang Bani masih mengantongi kewahidan. Salam sastra.

250320

__
Sugiono MP/Mpp adalah wartawan, penulis biografi, memori, dan histori yang lahir di Surabaya, 9 Desember 19530. Sempat meraih Hadiah Junarlistik Adinegoro untuk metropolitan (1984) dan Penulis Pariwisata Terbaik (1984). Bukunya yang sudah terbit: Belajar dan Berjuang (1985), Srikandi Nasional dari Tanah Rencong (1987), Sang Demokrat Hamengku Buwono IX (1989), Jihad Akbar di Medan Area (ghost writer, 1990), Menjelajah Serambi Mekah (1991), Ketika Pala Mulai Berbunga (ghost writer, 1992), Melati Bangsa, Rangkuman Wacana Kepergian Ibu Tien Soeharto (1996, Persembahan Wiranto),  Pancaran Rahmat dari Arun (1997), Biografi Seorang Guru di Aceh (2004, biografi Prof. DR. Syamsuddin Mahmud), Anak Laut (2005, biografi Tjuk Sukardiman), Selamat Jalan Pak Harto (2008), Pengabdi Kemanusiaan (2010), dan Aceh dalam Lintasan Sejarah 1940-200 (2014).  Dia pernah bekerja di beberapa penerbitan, antara lain: Sinar Harapan (s/d 1984), Majalah Sarinah (1984-1988), Majalah Bridge Indonesia (1990-1995), Harian Ekonomi Bisnis Indonesia (1996), dan Komunikasi (1998). Kini dia sebagai Pemimpin Redaksi majalah online NEOKULTUR. 

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.