Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Kisah Guru Kecil di Tengah Corona- Suhartini

Kisah Guru Kecil di Tengah Corona- Suhartini

Kisah Guru Kecil di Tengah Corona
oleh Suhartini

KAWACA.COM | Selepas shalat subuh, bergegas menyelesaikan pekerjaan rumah yang terbengkalai setelah seharian di depan laptop  dan Hp dengan melayani beberapa grup Mapel di layanan WA dan aplikasi pembelajaran lainnya, belum lagi siswa-siswa yang bertanya melalui chat pribadi.  Lelah luar biasa, kepalaku serasa tegang, tangan gemetar mungkin inilah efek radiasi. Tepat hari ketujuh, sejak masa isolasi, rasanya ada perasaan yang aneh.

Saat mencuci piring di dapur tiba-tiba dadaku serasa sesak. Tak terasa air mataku bercucuran dengan derasnya. Betapa mengajar dengan berbagai apliaksi modern ini tidak membuat ibu menjadi lebih nyaman, Tak lagi kudapati berlarian di koridor sekolah. Wajah-wajah polos yang sesekali kuhukum saat kalian tidak disiplin, entah  kelas yang tidak bersih, baju yang tidak rapi, atau tidak mengerjakan tugas yang ibu berikan atau mata ibu akan menyorot tajam saat ada yang menjahili temannya.. Tak lagi kudapati kalian membersihkan kelas yang selepas itu  kita akan  menghabiskan sekantong besar gorengan pisang yang  masih panas dari tungku. Ibu tak lagi bisa mendengar  dan melihat kalian di kelas. Kemarin sore saat ibu rindu mengajar kalian di kelas,  maka kunjungi ruang belajar kalian. Hanya koridor yang kosong dan  bangku-bangku kosong tak berpenghuni. Jujur guru kecil ini, rindu kalian. Tak lagi Ibu dapati salam  takzim yang mencium tangan kami saat bertemu. Tak ada lagi, sapaan berebutan “Assalamu alaikum Bu’.  Bagaimana kabar kalian Nak?.  Apa Ikhsan sudah sembuh alerginya? Abdallah juga apa tidak gatal-gatal lagi? Adly   apa masih minum obatnya? Hafizh yang selama ini usil dan selalu Ibu tegur karena menjahili temannya  ternyata  paling bisa kuharapkan, ia menjadi admin grup kelas dan akan menegur temannya jika ada yang menulis kalimat atau mengirim chat yang tidak santun.  Terima kasih Nak,  doa ibu untuk kalian. Masih segar dalam ingatan Ibu Nak, wajah-wajah kalian, Abdhallah dengan senyumnya,   Raihan Yusuf  ketua kelas paling rajin di semua tingkat meski ia masih kelas VII. Ibu tidak mengada-ngada, karena kepala sekolah pernah mengatakan pada Ibu,  engakau santun dan cerdas. Baso Akram, apa kabar Nak?  Satu semester ia jarang membuka diri, akhirnya mulai berubah. Awalnya serasa lama sekali menunggu ekspesi senyummu Nak.  Ananda Aqil, adam, Aprisal, Darus, Dewa, Jutman, Farhan, Kholik, Jokowi. Ibu rindu kalian , sehatlah selalu. 

Sejak wabah pandemi virus Covid-19,  rasanya seperti sebulan, entah sampai kapan?
Berita diman-mana sudah mnedengungkan lockdown local. Tiap hari korban terus bertambah.  Ah Nak,  Tujuh hari lalu  dengan semangat, ibu masih masuk ke kelas kalian menjelaskan lanjutan materi yang nantinya akan kita pakai dalam pembelajaran  moda daring. Tiba-tiba ada yang mengangkat tangannya,. “Bu di kampung saya tidak ada  jaringan.” Aku tersenyum sebab telah kusiapkan semalam dalam bentuk print out lembaran kerja untuk  empat kali pertemuan. Tapi hari ini, ini sudah pertemuan ketiga, tinggal satu kali pertemuan, tentu saja aku tidak bisa memantaunya. Jauh dari perkiraan, semakin buruk kabar dan pemberitaan yang kami terima. Ada beberapa solusi, katanya postinglah yang enak-enak atau apa saja.  Tak mengubah keaadaan, semakin banyak yang terpapar.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.