Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Akibat Berteman dengan Orang ‘Dungu’ - Akhmad Idris

Akibat Berteman dengan Orang ‘Dungu’ - Akhmad Idris

Akibat Berteman dengan Orang ‘Dungu’
Oleh Akhmad Idris

***
KAWACA.COM | Teman memegang peran sentral dalam keberhasilan seseorang. Sejarah telah membuktikannya lewat pertemanan Soekarno dan Moh. Hatta hingga yang paling agung adalah persahabatan antara Nabi Muhammad dan Abu Bakar as-Shiddiq. Bahkan orang-orang tua dahulu menilai calon pasangan putra atau putrinya cukup dilihat siapa teman baiknya. Syaikh az-Zarnuji dalam Ta’lim al-Muta’allim hingga menyebutkan bahwa di antara faktor agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat adalah keberhasilan dalam memilih teman. 

Imam Abu Dawud dan Imam Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda: “Agama seseorang bergantung dengan agama sahabatnya. Hendaknya Kalian melihat siapa yang menjadi sahabatnya!”. Hadits ini menunjukkan bahwa satu di antara cara menilai baik atau buruknya seseorang adalah melihat pola perilaku teman dekatnya. Oleh sebab itu, penulis berpesan: Carilah teman terbaik ketika hendak melamar seorang gadis, sebab jika salah memilih teman, nasib bisa berakhir tragis!

Jalaluddin Rumi dalam al-Matsnawi menyebutkan sebuah kisah menggelitik tentang akibat fatal gegara salah berteman. Dikisahkan terdapat seorang pria yang memiliki sifat penyayang. Suatu hari pria tersebut melihat seekor beruang sedang dililit ular. Gegara sifat penyayangnya, pria itu segera menolong beruang dari lilitan ular. Beruang sangat berterima kasih kepada pria tersebut karena telah menyelamatkan nyawanya. Sebagai gantinya, beruang tersebut mengikuti ke manapun pria baik hati tersebut pergi untuk menjadi budak setia yang mengawal tuannya. Beruang selalu menjaga pria baik hati tersebut dari segala gangguan.

Suatu waktu, pria baik hati sedang tertidur, sedangkan beruang (seperti biasanya) menjaga pria baik hati dari gangguan yang bisa menganggu tidur pria baik hati. Kebetulan ‘pengganggu’ waktu pria baik hati sedang tertidur adalah sekelompok lalat yang terbang ke sana ke mari. Berkali-kali beruang mengusir lalat-lalat tersebut dan berkali-kali pula lalat-lalat itu kembali seakan tak memiliki rasa lelah. Beruang semakin hilang kesabaran menghadapi gangguan lalat. Akhirnya, beruang mengambil sebongkah batu besar lalu melemparkan batu ke arah lalat dengan sangat kencang. Sayangnya, sekelompok lalat tersebut berhasil menghindarinya dan batu mengenai wajah sang pria baik hati hingga remuk. 

Kisah ini mengajarkan tentang akibat berteman dengan orang yang ‘dungu’. Sungguh akibat fatal bisa saja terjadi akibat ‘kedunguan’ teman yang telah dipilih, seperti pria baik hati yang harus rela menanggung ‘kedunguan’ seekor beruang. Di dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, sudah disebutkan bahwa Nabi Muhammad menganalogikan teman yang baik dan teman yang buruk itu seperti seorang penjual minyak wangi (teman baik) dan seorang pandai besi (teman buruk). Penjual minyak wangi ‘paling tidak’ dapat memberikan bau wangi pada orang-orang di sekitarnya atau justru bahkan memberikan minyak wangi kepada orang-orang di sekitarnya. Sementara seorang pandai besi dapat memercikkan api pada pakaian orang-orang sekitarnya atau kemungkinan terendah adalah mendapatkan bau asap yang tidak sedap. 

Simpulannya sederhana saja: Setiap manusia (siapapun itu) perlu mendapatkan teman seperti penjual minyak wangi dan perlu menjauhi teman seperti pandai besi, bahkan seorang Presiden juga perlu berhati-hati dalam memilih ‘teman’ untuk kabinet menteri-menterinya. Jangan sampai yang terpilih adalah pandai besi, bukan penjual minyak wangi. Wallahu A’lam

Catatan: penjual minyak wangi dan pandai besi hanya bentuk analogi dari Nabi Muhammad. 

____
Tentang Penulis
Akhmad Idris alumnus Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang lahir tanggal 1 Februari 1994. Baru-baru ini telah menerbitkan buku kumpulan esai dengan judul Wasiat Nabi Khidir untuk Rakyat Indonesia (2020). Beberapa esai ringan tentang isu-isu pendidikan, sosial, dan budaya juga dimuat di beberapa platform digital. Beberapa artikel ilmiah juga pernah dimuat di dalam Jurnal Pena (Universitas Jambi), jurnal Salingka (Kemendikbud), Jurnal Pembelajaran Bahasa & Sastra (Universitas Negeri Malang), dan Jurnal Efektor (Universitas PGRI Kediri). Selain menulis, Ia juga sering mengisi beberapa kepelatihan Jurnalistik. Baginya, “Menulis adalah mengukir nama di dunia yang sudah lama fana”. Dapat dihubungi di 089685875606 dan ig @elakhmad.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.