Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Pusawi yang Paradoksal telah Meninggal

Pusawi yang Paradoksal telah Meninggal

PUSAWI YANG PARADOKSAL TELAH MENINGGAL

Sofyan RH. Zaid





“Kematian bukan lawan dari kehidupan, kematian itu bagian dari kehidupan.”
-Haruki Murakami


Saya orang Jenang, Pusawi orang Banuaju Barat, beda desa satu kecamatan. Kami saling kenal pertama kali saat sama-sama nyantri di Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa sekitar tahun 2003. Namun pertemuan pertama itu, kami seperti sahabat lama yang bertemu kembali.

Selama bergaul dengannya, saya tahu, dia sosok yang unik dan langka, sebab dia pribadi yang paradoksal. Dia sepi, tetapi ramai. Dia lambat, tetapi cepat. Dia seolah, tetapi nyata. Dia soliter, tetapi solider. Pusawi merupakan sosok yang pendiam, tetapi ramah dan hangat. Dia juga sopan, bahkan dalam tiap guyonannya. 

Ada lima hal yang saya ingat dan pelajari darinya: (1) Dalam situasi apapun, dia pribadi peduli pada orang lain; (2) Dia fokus pada pengembangan diri, suka mencoba hal baru, dan punya target dalam hidupnya; (3) Walaupun terlihat lugu, dia hakikatnya seorang pemikir yang sangat rendah hati. (4). Sejak awal dia mendalami bahasa Inggris dan begitu menikmati puisi dan cerpen; (5) Sejauh yang saya tahu dan alami, dia tidak pernah menyakiti orang lain.

Kami selalu bertemu, tiap kali saya pulang kampung. Terakhir, dua bulan yang lalu. Pusawi adalah seorang sarjana pendidikan jurusan konseling yang bekerja sebagai guru BK di sejumlah lembaga pendidikan, termasuk SMPN I Batang-batang, Sumenep. Namun, ada dua aktivitasnya yang membuat saya kaget dan kagum, yaitu: dia menjadi mentor desain grafis di Balai Latihan Kerja, Legung, Batang-batang. Dia juga sebagai pioner yang berani membuka usaha laundry bersama kawannya di desa Batang-batang Daya, Sumenep, dan berkembang sampai hari ini.

Obrolan terakhir sebelum kami berpisah pada malam dua bulan yang lalu itu:

"Wi, kamu kapan nikah?"
"Doakan segera ya, sebab masih ada satu target belum tercapai."
"Amin. Pokoknya, kabari, saya insyaallah akan pulang dan hadir."

Barangkali benar kata George Eliot, bahwa di setiap perpisahan ada sebuah gambar kematian. Kemudian, 12 November 2022, 12.12 WIB, saya menerima SMS dari seorang kawan, bahwa Pusawi telah meninggal dunia sebab asam lambung, padahal sehari sebelumnya, dia sudah mengambil baju di tukang jahit untuk acara pernikahannya dalam waktu dekat.

Sebagaimana kata Emha, “kematianmu adalah kritik bagi kehidupanku…”

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.