Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Dampak Kecanduan Youtube bagi Perkembangan Emosional Anak - Fatika Nurfadilah

Dampak Kecanduan Youtube bagi Perkembangan Emosional Anak - Fatika Nurfadilah

oleh Fatika Nurfadilah*

Dewasa ini, gawai menjadi kebutuhan primer manusia. Hal ini dikarenakan manfaat gawai yaitu memudahkan orang untuk melakukan aktivitasnya. Salah satu aplikasi populer dan wajib pada setiap gawai adalah youtube. Aplikasi berbagi video ini diluncurkan pada tahun 2005 dan masih terus berkembang hingga sekarang. Di youtube, orang dapat berbagi video maupun mencari tonton video yang diinginkannya. Konten-konten video yang disajikan semakin bervariasi dan menarik membuat penggunanya tidak bosan untuk menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar. Hal ini ternyata dirasakan juga di kalangan anak-anak. Mereka sering kedapatan menghabiskan waktu dengan menonton video kartun melalui gawai yang diberikan orang tua.

Biasanya orang tua memanfaatkan aplikasi youtube khususnya konten kartun dengan alasan untuk menenangkan anak yang rewel. Padahal, youtube memiliki dampak-dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak, salah satu nya pada aspek emosional. 

Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik, pada diri sendiri juga dalam berhubungan dengan orang lain (Syamsu, 2017). Aspek emosional pada anak berpengaruh pada tingkah laku dan cara berpikirnya saat dewasa nanti. Untuk itu, mengembangkan kemampuan mengelola berbagai macam emosi pada anak sangat penting untuk perkembangan mental anak dengan cara mempelajarinya melalui pengamatan pada sekitarnya. 

Tidak Dapat Menyusun Pola Pengaturan Emosi
Setiap tahap perkembangan manusia, memiliki tugas perkembangannya sendiri. Tugas Perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya (Azam, 2016).

Tugas perkembangan pada anak usia dini salah satunya adalah mengenali realitas sederhana, berupa fisik maupun sosial. Pada tahap ini, anak belajar mengenali perbedaan jenis kelamin termasuk dengan perilaku yang seharusnya ia hasilkan terhadap antar jenis serta mengenali aturan-aturan sederhana yang terdapat dalam lingkungan sekitarnya. Saat anak kecanduan youtube, perhatiannya teralihkan dari lingkungan sekitarnya menjadi layar datar gawai yang dipakainya. Hal ini menyebabkan waktu sosialisasi dengan dunia luar semakin sedikit sehingga mempengaruhi sedikitnya waktu pengamatan dan pengalaman yang didapatkan anak pada lingkungan sekitar. Hasil pengamatan yang ditangkapnya tidak sampai pada tahap perilaku yang harus dilakukannya, hanya sekadar ‘tahu’. Ini berdampak pada kemampuan anak dalam mengatur pola emosi ketika berinteraksi dengan lingkungan sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan sosialisasi karena tidak dapat menyesuaikan dengan lingkungan pergaulannya. 

Regulasi Emosi Rendah
Karena konten yang tidak pernah habis, anak senang berlama-lama mencari video-video yang menarik baginya sehingga mempengaruhi kebiasaan anak meminta dan merengek ke orangtua untuk dipinjamkan gawai. Proses perkembangan ego anak ini, juga seiring dengan pertumbuhan kemampuan berpikir dan emosinya. Anak-anak mulai ingin menguji dirinya sendiri bagaimana rasanya jika ia menolak permintaan orang lain (Chairani & W., 2003).

Tapi, kalau hal tersebut terus-menerus dilakukan dan kontrol orang tua yang rendah, berakibat pada kurangnya kontrol anak terhadap emosi marah yang dimunculkannya. Karena minimnya pengalaman dan pengamatan cara mengelola emosi, anak cenderung berbuat sesuka hati mereka.
Youtube sebagai platform penyedia konten video rentan terdapat hal-hal negatif bisa berdampak pada anak usia dini yang belum bisa membedakan baik dan buruk. Penggunaan youtube untuk anak usia dini memerlukan pengawasan ketat dari orangtua terhadap konten dan waktu menonton anak agar tidak memengaruhi dan dapat menjaga tumbuh kembang emosional anak.

DAFTAR PUSTAKA

Azam, U. (2016). Bimbingan dan Konseling Perkembangan Di Sekolah : Teori dan Praktik. Deepublish.
Chairani, N., & W., N. (2003). Biarkan Anak Bicara. Jakarta: Republika.
Syamsu, Y. (2017). Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Bosdakarya.


*Fatika Nurfadilah lahir di Depok, 6 Juli 1999. Ia dibesarkan dari lingkungan keluarga religius sehingga mengharuskannya menempuh pendidikan di MI Roudlatul Jannah Depok. Fatika menempuh pendidikan menengah di MTsN 2 Jakarta lalu melanjutkan di SMAN 97 Jakarta. Saat ini ia sedang menyelesaikan studi S1 di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

____
Sumber: Ragam Problema Manusia Muda, Fajri Haikal Akbar, dkk, editor: Achmad Abimubarok, TareBooks, 2019

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.