Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Puisi Pilihan Riri Satria

Puisi Pilihan Riri Satria

Puisi Pilihan Riri Satria
DUNIA GELAP ITU

Ayo ke sini, kekasihku.
Kuceritakan padamu sebuah kota.
Yang semalam aku kunjungi.
Banyak tembok dan lorong gelap di sana.
Wajah-wajah dingin dan hampa lalu-lalang.
Ditemani tikus-tikus got berkeliaran.
Tak ada yang menjawab sapa dan tanyaku di sana
Semua lorong dan tembok sunyi mencekam
Tiba-tiba ada letusan senjata.
Aku tahu, itu pasti glock kaliber 19.
Tak ada yang terkejut, tak ada yang peduli.
Hanya tikus-tikus got yang kaget dan lari bersembunyi.
Entah apa yang terjadi?
Tempat itu sungguh nyata, kekasihku.
Sungguh membuat naluri malamku terjaga.
berjalan menelusuri jalan becek dan gelap.
Aku terus
Entahlah, apakah di dunia yang ini ada diksi cinta?
Aku pun berlari, pokoknya lari!
Karena aku masih rindu pelukanmu.
Dor! Ada lagi suara tembakan

Jakarta, 25 April 2019

10.200 METER DI ATAS PERMUKAAN LAUT

Eksistensi bagai noktah,
di ruang tak berbatas.

Di tangan-Mu,
semua dipasrahkan.

(Emirates EK369 Jakarta CGK - Dubai DXB,
10 Desember 2016)


BALADA SEORANG PEREMPUAN

Suaramu tertahan.
Matamu menerawang.
Lalu perlahan air mata meleleh.
"Jam 4 pagi aku sudah jalan ke pasar,
menjajakan makanan kepada orang-orang,
kalau tidak, anakku tak ada jajan ke sekolah"

Aku menangkap nada getir dari ceritamu
Kisah yang sudah lama dipendam di masa lalu.
Hidup hanya jangkauan hari ke hari.
Kau bahkan tak sempat memikirkan cita-cita.
Kau katakan sudah lupa makna bahagia.

Aku kembali menatap wajahmu
Sejenak kau terdiam, membisu
Bagai menatap potongan film di depan matamu.
Saat itu jalan terasa begitu kelam.
Tetapi api semangat hidup tetap menyala.

"Aku harus kuat!
Aku harus berjuang!
Walau kehidupan terus menekanku!
Walau tak ada puisi indah dalam hari-hariku!"
demikian katamu lirih kepadaku
Sungguh kau perempuan tangguh.
Aku menatapmu penuh kekaguman.
Walau kau tetap tak menoleh kepadaku.

Kau yakin jalanmu,
menuju cahaya, bahagia.

Cibubur, 8 Mei 2019)

ALIENASI

Aku terjebak di sini, kekasihku.
Tak tahu jalan pulang.
Ada cahaya di jendela itu.
Tetapi ruangan ini gelap gulita.
Aku disorientasi ruang dan waktu.
Semua serba asing bagiku.
Entah sedang apa engkau di sana.
Selama denyut jantungku masih ada.
Maka semangat hidup masih menyala.
Letusan senjata bisa mencabut nyawaku kapan saja.
Tetapi tidak rinduku kepadamu.
Apalagi kepada-Mu.
Karena itulah semua, aku hidup!

Jakarta, 29 April 2019)

KISAH DI UJUNG MALAM

Inilah kisah sepenggal malam,
yang memisahkan jarak,
yang menyatukan Imajinasi,
merangkai diksi jadi puisi.

Sepanjang jalan malammu,
sepanjang tatap mataku.

Kita menatap rembulan yang sama,
walau terpisah samudera.

(Bogor, 06 September 2017)


Tentang

Riri Satria, lahir di Padang, Sumatera Barat 14 Mei 1970 dan mulai menulis puisi sejak SMP berlanjut di SMA di kota kelahirannya. Setelah diterima kuliah di Universitas Indonesia (program studi ilmu komputer) pada tahun 1988, dan perjalanan hidup yang jauh dari sastra ataupun seni pada umumnya menyebabkan Riri vakum menulis puisi selama 19 tahun antara tahun 1988 sampai 2007. Latar belakang pendidikannya adalah Sarjana Ilmu Komputer (S.Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, dan saat ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School of Business, Paris, Perancis.

Buku karya Riri yang pertama adalah sebuah buku non-sastra, berjudul Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis (Pustaka Quantum, 2003). Buku ini merupakan buku kompilasi kumpulan tulisan Riri berbentuk esai tentang manajemen bisnis dan ekonomi pada harian Republika pada kurun waktu tahun 1999-2001. Buku puisi pertamanya adalah Jendela (Teras Budaya Jakarta, 2016) yang merupakan kumpulan puisi yang ditulis pada kurun tahun 2007-2016. Lalu buku puisi kedua adalah Winter in Paris (Teras Budaya Jakarta, 2017) yang merupakan kumpulan puisi dalam Bahasa Inggris yang ditulis selama musim dingin di kota Paris, Perancis, bulan Desember 2016. Buku ini diluncurkan pada Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2017, di Ubud, Bali, tanggal 26 Oktober 2017. Buku ketiganya, Siluet, Senja, dan Jingga (Teras Budaya Jakarta, 2019)

Di samping kedua buku tersebut, berbagai puisinya juga diterbitkan dalam sejumlah antologi bersama yaitu Fotamorgana (Teras Budaya Jakarta, 2014), Puisi Menolak Konupsi 4 (Forum Sastra Surakarta, 2015), Palagan Sastra (Teras Budaya Jakarta, 2016), Setelah 67 Tahun di Karet: Mengenang Chairil Anwar (Diandra Kreatif Jogjakarta, 2016), Memo Anti Terorisme (Forum Sastra Surakarta, 2016), Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (Forum Sastra Surakarta, 2016), Seberkas Cinta (Digna Pustaka Jogjakarta, 2016), Puisi Menolak Korupsi 6 (Forum Sastra Surakarta, 2017), Kita adalah Indonesia, Antologi Puisi Penyair Penjaga Kebhinnekaan (Taresi,Jakarta, 2017), The First Drop of Rain: Antologi Puisi Banjarbaru's Rainy Day Literary Festival 2017 (Wahana Resolusi Yogyakarta, 2017), Ketika Kata Berlipat Makna (Teras Budaya Jakarta, 2018), Epitaf Kota Hujan, Antologi Puisi Temu Penyair Asia Tenggara 2018 (Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padang Panjang), Jejak Cinta di Bumi Raflesia (Spirit Kita, 2018), A Skyful of Rain: Antologi Puisi Banjarbaru's Rainy Day Literary Festival 2018 (Wahana Resolusi Yogyakarta, 2018), Sebutir Garam di Secangkir Air (Teras Budaya Jakarta, 2019), Aku Menuju-Mu: Mengenang Penyair Dewi Salistiawati (Teras Budaya Jakarta 2019), serta esai pada buku Bunga Rampai Puisi Menolak Korupsi, Bergerak dengan Nurani (Forum Sastra Surakarta, 2017).

Saat ini Riri ikut mengelola komunitas Dapur Sastra Jakarta, serta komunitas Sastra Bumi Mandeh (SBM) di kampung halamannya, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Profesinya sehari-harinya memang jauh dari dunia sastra, yaitu sebagai Chief Executive Officer (CEO) sekaligus principal consultant pada Value Alignment Group, serta dosen program Magister Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.