Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Nabi Berdoa Supaya Miskin

Nabi Berdoa Supaya Miskin

Berdoa Supaya Miskin

Assalamualaikum warahmatullahi wabaratuhBarangkali

Saya pernah dengar hadis yang artinya; 

“Ya Allah, hidupkanlah aku miskin, dan matikanlah aku miskin, dan kumpulkanlah aku di hari kiamat dalam kelompok orang-orang miskin.“ 


Kenapa Rasulullah SAW menolak jadi kaya? Apakah kita dilarang untuk menjadi orang kaya atau sukses dan bahagia oleh Rasulullah SAW?


Siti Aminah
Surabaya

Waalaikumsalam warahmatullahi wabaratuh

Hadis tersebut ada dalam kitab hadis karangan Imam Tirmizi hadis nomor 2352, bab tentang orang-orang fakir muhajirin masuk surga sebelum orang-orang kaya. Hadis tersebut secara lengkap berbunyi:  

“Allahumma ahyini miskinan wa amitni miskinan wahsyurni fi zumrotil masakiin, qalat aisyah lima ya rasulullah? qala“ innahum yadkhulunal jannah qabla aghniyaaihim biarbaina khorifan ya aisyah la taruddil miskin wa law bi syiqqi tamroh ya aisyah ahibbil masakin wa qorribihim fainnallaha yuqorribuki yawmal qiyamah. (Hadis Ghorib). 


“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin dan bangkitkan aku di hari kiamat dalam kelompok orang miskin.“ Aisyah bertanya: “Kenapa, Ya Rasulullah? Beliau menjawab: “Mereka (orang miskin) masuk surga 40 tahun lebih dahulu sebelum orang kaya. Wahai Aisyah, janganlah menolak orang miskin meskipun hanya dengan sepotong biji kurma. Wahai Aisyah, cintailah orang miskin dan dekati mereka karena Allah akan dekat kepadamu di hari kiamat.”


Ibu Aminah, kebanyakan para ulama menegaskan bahwa hadis tersebut derajatnya adalah dhaif (lemah), sehingga tidak bisa dijadikan dasar suatu hukum. Jika hadis tersebut adalah shahih, maka kita harus  melihatnya secara utuh, yakni didukung dengan nash (teks) yang lain, seperti doa nabi dalam sebuah Hadis Bukhori yang artinya; “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu  dari fitnah kefakiran.” juga dalam Surat Addhuha (93), ayat 8: 

”Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.”  


Dari keterangan tersebut, kita juga mengetahui bahwa Rasulullah SAW dicukupkan oleh Allah dengan pemberian nikmat-nikmat yang banyak, sebagaimana beliau mengajarkan kita berdoa agar terhindar dari fitnah (ujian) kemiskinan. Kalau kita bandingkan antara hadis yang Ibu Aminah tanyakan dengan nash-nash yang lain, maka ditemukan adanya kontradiksi, di satu sisi ingin jadi miskin dan di sisi lain menghindari kemiskinan. Sebenarnya, tidak ada kontradiksi di antara keduanya, karena kata miskin dalam hadis bukan berarti miskin harta seperti yang kita pahami. 


Al Hafiz Ibnu Hajar Al Asqalaniy menjelaskan bahwa miskin yang dimaksud bukan miskin harta tetapi sikap tunduk, rendah hati dan tawadu. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah ketika ditanya tentang hadis tersebut menjawab; “Hadis ini dhaif  (lemah) dan maksud “jadikanlah aku miskin,” yaitu “jadikanlah aku orang yang khusyuk lagi tawadu (rendah hati).” 


Memang pada kenyataan orang-orang miskin yang hakiki adalah orang yang tawadu, tidak pernah menampakkan kemiskinannya, sebaliknya banyak orang kaya yang cenderung sombong lagi berbangga diri. Jelaslah bahwa Rasulullah tidak pernah meminta untuk menjadi orang yang kekurangan harta (miskin). Terlebih lagi dalam sirah beliau kita dapati kenyataan bahwa beliau adalah seorang pelaku bisnis yang sukses, membangun karir bisnisnya sejak dini. Dalam buku Super Leader Super Manager disebutkan bahwa usia yang dihabiskan Nabi Muhammad dalam berbisnis lebih lama dan lebih panjang dibandingkan yang digunakan untuk berdakwah.


Nabi Muhammad sudah memulai bisnisnya semenjak usia  12 sampai 37 tahun, alias 25 tahun lamanya, sedangkan dakwahnya dimulai dari 40 sampai 63 tahun, yakni  23 tahun. Jadi selisih 2 tahun. Lebih lanjut, banyak dari para sahabat nabi yang terkenal sebagai orang kaya atau konglomerat saat ini seperti Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, dll. Wallahu A'lam Bishawab. 

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.